Indonesia.go.id - Harumnya Afo, Cengkih Tua Legendaris Ternate

Harumnya Afo, Cengkih Tua Legendaris Ternate

  • Administrator
  • Minggu, 27 Oktober 2024 | 09:05 WIB
HUMANIORA
  Petani memperlihatkan cengkeh hasil panen di Kelurahan Tongole, Ternate, Maluku Utara. ANTARA FOTO
Cengkih afo merupakan varian terbaik dengan kualitas buah padat dan rasanya lebih pedas, kadar air dan daya susut yang rendah.

Indonesia adalah surga rempah dan sejak ratusan tahun lampau menjadi tujuan Utama bangsa-bangsa di dunia terutama dari daratan Eropa. Salah satu produk rempah itu adalah  cengkih atau dalam bahasa Latin dikenal sebagai Syzygium aromaticum. Rempah itu berasal dari pohon yang memiliki ciri khas, antara lain, bisa mencapai tinggi 10 meter. Selain itu, daunnya rimbun dengan bunga berbau harum dan rasa daun serta buahnya khas pedas segar.

Cengkih banyak digunakan sebagai bumbu dapur untuk menambah cita rasa masakan serta bahan baku dalam industri obat-obatan. Pada industri kesehatan, cengkih sering digunakan dalam pembuatan minyak esensial untuk mengobati sakit gigi dan meningkatkan kesehatan mulut. Selain itu, cengkih merupakan bahan utama dalam produksi rokok kretek, yang sangat populer di Indonesia.

Data World Population Review menunjukkan, Indonesia saban tahun memasok 72,63 persen dari kebutuhan cengkih dunia atau sekitar 109.600 ton. Pada 2023, produksi cengkih nasional menembus angka 134.100 ton.

Artinya, Indonesia menjadi penentu perdagangan cengkih dunia dan tren itu telah berlangsung sejak ratusan tahun lampau. Bahkan Jack Turner dalam Sejarah Rempah: Dari Erotisme sampai Imperialisme menuliskan bahwa saudagar Italia bernama Francesco Balducci pada abad ke-14 telah memasukkan cengkih Nusantara bagian dari katalog dagangnya.

Provinsi Maluku dan Maluku Utara merupakan sentra cengkih dan memasok hampir 20 persen atau sekitar 19,81 persen kebutuhan cengkih nasional. Data Kementerian Pertanian menunjukkan, pada 2021 produksi cengkih dari kedua provinsi di Kepulauan Maluku menembus angka 25.685 ton. Cengkih sendiri terdiri dari bermacam varietas di antaranya adalah afo, zanzibar, dan posi-posi yang banyak tersebar di wilayah Kepulauan Maluku.

Cengkih afo misalnya, dapat ditemui di Pulau Ternate, Maluku Utara, tepatnya di Lingkungan Tongole, Kelurahan Marikurubu, Kecamatan Ternate Tengah, di sekitar lereng Gunung Gamalama atau berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tepat di lokasi itu terdapat destinasi wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi, yaitu menyaksikan pohon cengkih tertua di dunia dan usianya telah berabad-abad.

Kawasan tersebut dikelola oleh masyarakat setempat yang berhimpun dalam Komunitas Cengkih Afo and Gamalama Spices serta masuk ke dalam perlindungan Dinas Pertanian Maluku Utara. Lantaran posisinya berada di ketinggian, kita dapat menyaksikan secara jelas Pulau Tidore dan Pulau Maitara yang tercantum dalam uang kertas nominal Rp1.000.

Diperlukan perjalanan darat selama sekitar 20 menit dari pusat kota di Ternate untuk mencapai lokasi destinasi menarik nan sejuk ini. Perkampungan di Tongole tertata dengan baik di mana rumah-rumah penduduk berderet mengikuti kontur lereng menghadap timur Pulau Ternate.

Masyarakat setempat meyakini bahwa daerah mereka menjadi cikal bakal berkembangnya cengkih ke seantero Maluku, termasuk afo yang dalam bahasa setempat artinya "tua". Salah satu buktinya adalah pohon cengkih afo berusia lebih dari 500 tahun dengan tinggi 36,6 meter dan diameter 1,98 meter atau perlu 3 orang untuk memeluk batang pohonnya.

Ketika musim panen, pohon cengkih berusia 525 tahun ini mampu menghasilkan hingga 600 kilogram (kg) buah cengkih. Tak hanya satu pohon, ada pula pohon cengkih afo kedua yang usianya sekitar 350 tahun dengan tinggi 20 meter dan garis tengah 3,97 meter.

Ketika panen pohon itu dapat memproduksi 340 kg cengkih. Sayangnya, kedua pohon tadi telah mati termakan usia pada 2001 dan 2019. Dan kini dari kedua pohon itu yang tersisa hanya batang keringnya.

Sementara itu, pohon cengkih afo ketiga adalah satu yang tersisa. Dengan lingkar tengah batangnya 3,90 meter, pohon itu telah ber usia 200 tahun. Ketika panen, pohon tersebut dapat menghasilkan 250 kg buah cengkih. 

Agar masyarakat senantiasa dapat menyaksikan ketiga pohon cengkih tertua di dunia yang tumbuh di dalam kawasan ekowisata seluas 4 hektare tersebut, pihak pengelola membangun jembatan atau koridor kayu sepanjang 300 meter melintasi pokok pepohonan rindang termasuk bambu sehingga menambah sejuk suasana.

Jauhar Mahmud, selaku pengelola setempat, mengatakan bahwa cengkih afo di daerahnya menjadi bibit bagi varietas zanzibar yang banyak dikembangkan di Afrika sejak 1770 ketika dibawa oleh saudagar Eropa. Zanzibar sendiri adalah nama kawasan pesisir di timur Afrika, tepatnya di negara Tanzania.

Cengkih afo merupakan varian terbaik dengan kualitas buah padat dan rasanya lebih pedas, kadar air dan daya susut yang rendah. Afo sendiri telah ditetapkan sebagai varietas cengkih unggulan asli Ternate melalui Keputusan Menteri Pertanian nomor 3680/Kpts/SR.120/11/2010 tentang Pelepasan Populasi Cengkih Afo sebagai Varietas Unggul.

Di kawasan ekowisata di Tongole itu, pengunjung tidak saja diajak menyaksikan pohon-pohon cengkih tua di antara kehijauan hutan cengkih. Para tetamu juga dapat menikmati kudapan beraroma cengkih dan pala, yang disajikan di kedai yang ada di sana. Kepada para tamu, kudapan itu disuguhkan dalam wadah yang terbuat dari batok buah kelapa.

Penulis: Anton Setiawan 
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf