Indonesia.go.id - E-SMART, Menghitung Penghematan Listrik sebelum Memasang PLTS Atap

E-SMART, Menghitung Penghematan Listrik sebelum Memasang PLTS Atap

  • Administrator
  • Minggu, 28 Februari 2021 | 16:13 WIB
ENERGI
  Penggunaan pembangkit surya di pemukiman Jakarta. ANTARA FOTO
Sebelum memutuskan memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada atap rumah, konsumen dapat mengetahui secara online berapa pengurangan biaya tagihan listrik dan biaya yang dibutuhkan untuk memasang PLTS tersebut.

Pandemi virus corona yang telah berlangsung setahun belakangan ini telah meningkatkan penggunaan teknologi digital di berbagai sektor, termasuk hadirnya beragam aplikasi baru. Hal ini dilakukan untuk mempermudah ruang gerak masyarakat dan terhindar dari penularan virus SARS COV-2.

Salah satu yang memanfaatkannya adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE), Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Instansi ini telah menyediakan layanan jasa untuk perencanaan pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menggunakan aplikasi berbasis web. Yaitu electronic survey, monitoring, and reporting (e-SMART) lewat laman situs https://esmart-plts.jatech.co.id/.

Aplikasi hasil inovasi peneliti P3TKEBTKE ini mampu menginformasikan potensi kapasitas dan produksi PLTS atap hingga biaya yang diperlukan. Aplikasi ini memungkinkan pengguna mendapatkan sejumlah informasi ketika mempertimbangkan investasi PLTS atap.

Seperti misalnya, potensi produksi listrik PLTS, pengurangan biaya tagihan listrik, biaya investasi, dan operasional. Demikian dikatakan Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi melalui siaran persnya, Rabu (17/2/2021).

Aplikasi ini juga akan menampilkan manfaat sistem PLTS yang dipasang berupa penghematan tagihan listrik PLN, pengurangan emisi karbondioksida (CO2), serta ekuivalensi terhadap jumlah pohon yang ditanam dan pemakaian bahan bakar minyak (BBM) pada kendaraan bermotor. Artinya dengan memasang PLTS atap maka akan ikut membantu mengurangi dampak perubahan iklim.

Masyarakat yang akan memasang PLTS atap cukup menggambar luas atap yang akan dipasang PLTS dan kemudian sistem informasi akan menampilkan estimasi manfaat dan biaya. Dibandingkan dengan aplikasi serupa lainnya, e-SMART sudah memasukkan fungsi survei dan analisa kelayakan PLTS atap secara cepat dan gratis sehingga berpotensi mendorong investasi PLTS atap.

Elemen perhitungan meliputi luas atap, kebutuhan konsumsi listrik, dan kapasitas daya terpasang PLN dalam menghitung potensi kapasitas PLTS atap. Aplikasi e-SMART photovoltaik (PV) ini bermanfaat sebagai alat bantu perencanaan PLTS atap, terutama dalam mengurangi biaya survei pemasangan PLTS. Sekaligus memberitahu manfaat ekonomi dan biaya PLTS atap secara cepat dan akurat. "Aplikasi ini diharapkan dapat membantu masyarakat ketika ingin menggunakan PLTS atap," kata Agung.

Perhitungan potensi PLTS atap meliputi beberapa tahap analisa. Tahap pertama adalah menghitung potensi PLTS berdasarkan luasan atap yang tersedia dan kebutuhan PLTS berdasarkan konsumsi listrik. Tahap kedua adalah membandingkan data potensi dengan kapasitas daya terpasang dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Nilai paling rendah dipilih sebagai batas kapasitas maksimum yang dapat dipasang (kapasitas desain) dan paling tinggi adalah sebesar 100 persen dari kapasitas daya tersambung konsumen PLN. Tahapan selanjutnya adalah menggunakan nilai kapasitas disain tersebut untuk simulasi perhitungan kapasitas inverter dan modul, sesuai dengan basis data yang tersedia. Hasil simulasi ini akan menentukan rekomendasi nilai kapasitas PLTS atap.

Aplikasi e-SMART dapat diakses melalui website P3Tek KEBTKE (https://p3tkebt.esdm.go.id/) pada bagian pelayanan publik. Aplikasi e-SMART memuat tentang halaman awal, halaman peta dan perhitungan, artikel, regulasi, kontak dan halaman admin apabila ingin mengubah master data. Pengguna dapat mencoba mengimplementasikan penghitungan secara mandiri.

Pada halaman muka, pengguna dapat memulai analisis dengan menekan tombol 'Mulai' untuk mengawali pengisian data. Pada halaman input data, pengguna dapat menggambar luas atap pada peta GIS untuk menghitung luas atap yang akan dipasang PLTS dan data tersebut dimasukkan pada bagian keterangan teknis. Setelah data keterangan teknis diinput dan dihitung, aplikasi e-SMART selanjutnya akan menampilkan hasil kalkulasi.

Aplikasi ini diharapkan dapat mendukung kebijakan pemerintah dalam mendorong pemanfaatan PLTS atap melalui Peraturan Menteri ESDM 49/2018 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap oleh Konsumen PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Sebagaimana di negara maju, program PLTS atap perlu didukung dengan sistem informasi yang dapat memberikan informasi manfaat dan biaya PLTS atap secara komprehensif sehingga masyarakat berminat untuk menggunakannya.

 

Panen Penghematan Listrik

Indonesia memiliki potensi sinar matahari sepanjang tahun sebesar 112 ribu gigawatt peak (GWp) atau sekitar 4,8 KwH per meter persegi. Namun, itu baru termanfaatkan sebanyak 10 MWp. Oleh karena itu masih terdapat potensi untuk memanen sinar matahari lebih banyak sebagai energi baru terbarukan termasuk dengan PLTS atap.

Menurut panduan elektronik berjudul "Panduan Perencanaan dan Pemanfaatan PLTS Atap di Indonesia" yang dikeluarkan Kementerian ESDM bersama USAID pada Juni 2020, terdapat sejumlah perusahaan instalasi listrik tersertifikasi dari PLN yang siap memasang PLTS atap dengan rekomendasi Kementerian ESDM. Daftarnya dapat dilihat pada laman

http://ebtke.esdm.go.id/post/2019/08/02/2306/daftar.badan.usaha.pembangunan.dan.pemasangan.plts.

Umumnya pada PLTS atap menggunakan teknologi dengan sistem on-grid tie, artinya dapat dihubungkan dengan jaringan listrik PLN. Sehingga kelebihan daya listrik dihasilkan dari PLTS atap bisa diekspor ke PLN. Di samping itu, setiap pelanggan yang akan memakai PLTS atap secara otomatis akan mengubah model pembayaran tagihan listriknya menjadi pascabayar jika semula masih memakai sistem prabayar atau token.

Selain itu pemasangan PLTS atap akan mudah jika konstruksi atap rumah berbentuk datar atau miring menghadap sisi utara dan selatan. Namun jika atap rumah miring menghadap sisi timur dan barat maka diperlukan tambahan konstruksi penyangga panel surya agar PLTS atap dapat berfungsi optimal.

Dalam buku panduan tadi juga disebutkan kisaran harga pemasangan PLTS atap yaitu sekitar Rp14 juta-19 juta per kWp. Dengan harga tersebut masyarakat sudah mendapatkan seperangkat modul surya berkapasitas 1.000 Wp, besi penyangga modul surya, kabel-kabel, inverter, alat meter listrik ekspor-impor (exim), dan alat penunjang lainnya serta biaya pasang. Seluruh alat termasuk modul surya berdaya tahan 20-30 tahun pemakaian. Hal ini sesuai amanat Peraturan Menteri ESDM 49/2018. 

Setiap modul surya umumnya mampu menghasilkan 250 watt peak (Wp) daya listrik. Watt peak adalah satuan ukur daya listrik yang digunakan dalam PLTS atap. Sehingga jika pelanggan PLN akan berniat memasang PLTS, maka ia bisa memilih sesuai kebutuhan listriknya, misalnya 1.000 Wp (1 kWp) hingga 2 kWp. Artinya diperlukan sekitar 4-8 panel modul surya untuk menghasilkan daya sebanyak 1-2 kWp.

Waktu terbaik untuk memanen listrik dari sinar matahari antara pukul 08.00 hingga 16.00 dan mampu menyerap sekitar 8-11 kilowatt hour (kWh) selama 8 jam bergantung dari besaran pencahayaan saat itu. Kekuatan pondasi atap rumah juga perlu diperhatikan mengingat berat setiap modul surya berbentuk papan ini berkisar 11-15 kilogram. Sehingga apabila ingin memasang PLTS atap berkapasitas 1 kWp, maka diperlukan 4 panel surya seberat total 44-60 kg pada bidang atap seluas 4,8 meter persegi.

Makin besar kebutuhan pemasangan PLTS atap, maka akan semakin berat pula beban yang harus dipikul oleh konstruksi atap rumah pelanggan listrik. Untuk PLTS atap kapasitas 1 kWp saja, misalnya, hasil panen listrik dari sinar matahari selama 8 jam dapat menghidupkan sejumlah perangkat listrik dalam kurun waktu sama, baik siang atau malam hari.

Misalnya 1 unit pendingin ruangan (AC) berkapasitas 350 watt dan 1 unit kulkas berkapasitas 100 watt, 8 lampu listrik jenis hemat daya berkekuatan masing-masing 10 watt. Ditambah masing-masing menyalakan 1 unit mesin cuci dengan daya 200 watt selama 1 jam, dan rice cooker 370 watt selama 1 jam untuk kebutuhan memasak dan menghangatkan nasi.

Pemakaian daya listrik hasil panen sinar matahari tentunya akan berlebih. Karena itu kelebihan daya listrik tadi diekspor kepada PLN setiap bulannya sebanyak 65 persen sedangkan 35 persennya tetap disimpan sebagai cadangan pada alat meter listrik exim di kediaman pelanggan. Ini sesuai ketentuan Permen ESDM 49/2018. Adanya cadangan 35 persen listrik dari panen sinar matahari dapat menjadi faktor penambah penghematan tagihan listrik dari PLN untuk bulan berikutnya.

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari