Indonesia.go.id - Lencam Babi, Digulai, Digoreng, Dibakar Sama enaknya

Lencam Babi, Digulai, Digoreng, Dibakar Sama enaknya

  • Administrator
  • Selasa, 29 Oktober 2019 | 23:38 WIB
KEANEKARAGAMAN HAYATI
  Ikan Lencam. Foto: Dok. WAAC

IkanĀ ini fisiknya unik, berbibir tebal dan lebar sehingga terlihat seksi. Badannya pipih dan lebar. Punya nama berbeda-beda di beberapa daerah. Ada yang menamai Butila (Halmahera), di tempat menamainya dengan Sikuda, Drapapa, Matahari, Ramin. Nama generik-nya adalah Ikan Lencam Babi atau ada juga yang menyebut Ikan Emperor.

Dari aneka julukan tersebut menunjukan bahwa ikan ini banyak diminati dan tak heran menjadi salah satu tangkapan favorit nelayan tradisional saat melaut. Selain itu pemancing-pemancing profesional (angler) juga menjadikan ikan ini target perburuan. Lokasi andalan pemancingan ikan lencam terdekat dari Jakarta ada di sekitar perairan karang Kepulauan Seribu atau di perairan Banten (Pulau Sangiyang).

Di lokasi ini para angler sering mendapatkan strike ikan lencam dan ikan lain yang hidup di perairan dangkal seperti kerapu. Biasanya ikan ini menyukai perairan berdasar pasir dan kedalaman tak lebih dari 50 meter. Di wilayah perairan di Indonesia tersebar habitat lencam babi seperti di perairan Karang Suak Seumaseh di Meulaboh, Aceh, perairan Maluku, Lombok, dan Bangka.

Populasi lencam babi cukup melimpah di perairan Nusantara dan mudah di dapatkan di wilayah perairan karang, hutan mangrove. Secara global, ikan Lencam populasinya di sekitar Teluk Benggala, sepanjang pantai laut China Selatan, perairan tropis Australia bahkan di pantai tropis di Amerika dan Afrika Selatan.

Lencam babi memiliki bentuk (morforlogi) unik, yakni pipih, lebar, bermulut runcing dan berbibir lebar. Situs FAO mendeskripsikan secara detil, yaitu bentuk badan agak tinggi dan pipih. Lengkung kepala bagian atas sampai setelah mata hampir lurus. Dari mata sampai awal dasar sirip punggungnya agak cembung dan sirip ekor berlekuk. Kepala dan badan bagian atas hijau kecokelatan, bagian bawah lebih terang.

Badan dengan sirip yang mempunyai bercak putih, kuning atau merah muda. Sirip punggung berwarna putih dengan burik garis jingga kemerahan. Sirip anal berwarna putih dengan ujung-ujung sirip berwarna putih atau jingga. Bagian belakang operkulum dan dekat dengan sirip dada terdapat garis merah. Mulut yang tipis memanjang dengan bibir tebal, panjang ikan ini bisa mencapai 1 meter.

Sebagai ikan karnivora (bottom feeders), tak heran lencam babi bisa memiliki fisik besar hingga 100 cm (1 meter). Ikan ini pemangsa kepiting, udang, cumi-cumi dan gurita kecil yang banyak hidup di seputar perairan dangkal.

Menurut situs FAO, lencam babi bereproduksi tanpa perlu pasangan atau Hemaprodit Protogini. Ada fase di mana jenis kelamin ikan ini berubah dari kelamin betina ke jantan pada saat panjangnya mencapai 33 cm. Dalam satu tahun, biasanya lencam memijah (bereproduksi). Namun umumnya nemijah dua kali dalam satu tahun, biasanya pada bulan Februari dan November di tahun yang sama.

Punya Nilai Ekonomi Tinggi

Lencam babi sudah menjadi makanan konsumsi favorit, artinya ikan bernama Latin Lethrinidae ini banyak digemari oleh masyarakat Indonesia dan mancanegara yang tentu secara bisnis bagus karena punya nilai tinggi. Apa yang menjadikannya favorit?

Kita bisa menikmati ikan lencam babi di sejumlah restoran seafood terkenal di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Nusantara. Ikan ini paling enak dimasak gulai. Dagingnya terasa sangat lembut, berserat halus seperti daging ayam. Bagian favorit para penggemar ikan adalah kepala dan bibir.

Setiap daerah memiliki kekhasan dalam memasak hasil laut termasuk ikan lencam babi yang popular di berbagai wilayah Nusantara. Racikan bumbu tergantung selera lokal, ada yang suka dimasak kuah seperti gulai atau bumbu kuning atau masakan kering dengan digoreng atau dibakar.

Sayang sekali populasi lencam babi bersama 100 species lain antara lain kakap dan kerapu sedang terancam. Menurut catatan The Nature Conservancy (TNC), lencam babi dan 100 species tersebut yang mempunyai bentuk normal tinggal 20 persen, salah satu faktor penyebab turunnya populasi ikan ini karena penangkapan ikan-ikan usia muda.

Keberlanjutan populasi ikan di perairan Indonesia mejadi isu penting mengingat jumlah ekspor ikan dari perairan Indonesia mencapai 15 ribuan ton per tahun. (K-SB)