Indonesia.go.id - Sembawa, Ayam Unggul dari Pangkalan Balai

Sembawa, Ayam Unggul dari Pangkalan Balai

  • Administrator
  • Rabu, 29 April 2020 | 21:03 WIB
KOMODITAS
  Pekerja mengambil telur dari hasil peternakan ayam di kelurahan Rangas, Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (15/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/ Akbar Tado

Ayam sembawa merupakan jenis petelur yang mampu memproduksi 210-250 butir telur dalam setahun dengan berat mencapai 40-45 gram per butir telur.

Telur ayam termasuk sumber protein hewani yang relatif terjangkau oleh masyarakat. Kandungan gizi telur ayam pun juga sangat tinggi. Dapat mencapai 12,8 gram protein dan 162 kalori energi dalam sebutir telur ayam dan diperlukan bagi daya tahan tubuh terlebih dalam masa pandemi virus corona seperti sekarang ini.

Ada beberapa ras ayam petelur lokal yang mampu memproduksi telur dengan kualitas baik. Ayam kampung memiliki kemampuan bertelur 140-150 butir dalam setahun. Adapula ayam nunukan dan ayam kedu hitam, masing-masing dengan kemampuan produksi 140 butir dan 213 butir per tahun.

Satu lagi adalah ayam sembawa, jenis petelur yang mampu memproduksi 210-250 butir telur dalam setahun dengan berat mencapai 40-45 gram per butir telur. Ayam sembawa ini sebetulnya bukan ayam asli Indonesia. Ia merupakan salah satu galur dari ayam arab dan telah dikembangkan sejak 2001 oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT). BPTU-HPT merupakan salah satu unit teknis yang berada di bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian.

BPTU-HPT berlokasi di Desa Sembawa, Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan. Nama desa itulah yang kemudian disematkan sebagai spesies genetik baru dari turunan ayam arab.

Ayam arab merupakan salah satu ayam yang potensial untuk menjadi sumber bibit ayam lokal petelur berkualitas. Dijuluki sebagai ‘the everyday layer’ atau ‘jagoan bertelur setiap hari’, ayam arab menghasilkan telur di atas rata-rata ayam asli/lokal Indonesia, sekitar 230 butir per tahun.

Ayam arab dan ayam sembawa memiliki leluhur dari Belgia. Ayam ini dinamakan braekel kriel-silver, karena pertama kali berkembang biak di daerah Braekel. Nama lain dari ayam ini adalah brakel, brakelhoen, kempische brakel.

Pihak BPTU-HPT secara terus menerus memperbaiki mutu genetik dari ayam sembawa, yang dimulai sejak 2003. Ayam ini merupakan salah satu dedikasi pemerintah dalam mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal untuk mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif. Pada 2012, ayam sembawa diperkenalkan secara nasional pada peringatan Bulan Bakti Peternakan Kementan di Jatinangor, Jawa Barat. 

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH, Sugiono mengatakan bahwa kualitas ayam sembawa ini tidak diragukan lagi. Berbagai perlakuan khusus mulai dari sistem pemeliharaannya sampai pada program kesehatan ternak ayam sangat diperhatikan.

Ayam sembawa ini sangat dijaga kualitasnya karena pada saat penyebaran anakan (day old chicken/DOC) dilakukan dengan seleksi ketat, dan tampilannya juga seragam dengan lurik hitam putih, kerlip perak, dan shank hitam. “Ayam ini juga sangat kuat dan tahan terhadap serangan penyakit, tidak boros pakan, sehingga lebih efisien,” kata Sugiono.

Sugiono menuturkan bahwa ayam sembawa telah tersebar ke hampir seluruh provinsi di Indonesia, seperti seluruh Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, sebagian Kalimantan, hingga ke Papua. “Paling banyak distribusi ayam sembawa ini ada di Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Tengah,” kata Sugiono menambahkan.

Sementara itu, Kepala BPTU-HPT Sembawa Bagong Kusminandar menjelaskan bahwa peluang pasar telur ayam sembawa sangat besar, karena telur ayam sembawa dapat digunakan untuk subtitusi telur ayam ras. “Dengan pengelolaan yang baik, ayam sembawa dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan yang menguntungkan,” kata Bagong.

 

Ayam Unggulan

Menurut Firmansyah Budiyanto, peneliti unggas pada BPTU-HPT Sembawa, ciri fisik ayam sembawa dapat dikenali dari bulunya. Pada sepanjang leher berwarna putih mengkilap, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih, dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih. Sedang jenggernya berbentuk kecil berwarna merah muda dan mata hitam dengan dilingkari warna kuning.

Ciri lain ayam sembawa adalah pejantannya pada umur 1 minggu sudah tumbuh jengger, dan betina induk tidak memiliki sifat mengeram. Dari penampilan tubuhnya, tinggi ayam sembawa dewasa mencapai 35 cm dengan bobot 1,5-2 kilogram (kg). Kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan bergerigi.

Ayam ini berbulu tebal. Bulu di sekitar leher berwarna kuning dan putih kehitaman. Warna bulu badannya putih bertotol-totol hitam. Kokok suara jantan nyaring. Ayam sembawa betina dewasa tingginya mencapai 25 cm dengan bobot 1-1,5 kg. Kepalanya berjengger tipis, bergerigi. Badannya berbulu tebal. 

Ayam sembawa ini mulai memproduksi telur pada umur 25-40 minggu dengan rata-rata pertumbuhan bertelur mencapai 66,85 persen. Tingkat konsumsi pakan ayam sembawa ini terhitung murah karena ukuran tubuhnya yang lebih kecil dari ayam petelur lainnya. Hingga usia 25-30 minggu, seekor ayam sembawa menghabiskan 110 gram pakan per hari dan feed conversion ratio (FCR) yang dihasilkan tak lebih dari 3,14.

FCR digunakan untuk mengetahui pemakaian pakan yang diperlukan untuk seekor ayam mampu menghasilkan telur seberat 1 kg. Umumnya biaya pakan mencapai 70 persen dari total biaya produksi pemeliharaan ayam. Angka FCR ayam sembawa ini lebih rendah dari ayam kampung yang mencapai 4,54. Dengan berat rata-rata telur 40-45 gram per butir, maka dalam 1 kg terdapat 22-25 butir yang dapat dijual di harga kisaran Rp1.250/butir atau Rp27.500-Rp31.250 per kg.

Telur ayam sembawa memiliki daya tarik tersendiri karena kulitnya yang putih bersih dan warna kuning telur yang lebih jingga kekuningan dibandingkan dengan telur ayam ras. Kuning telurnya memiliki volume mencapai 53,2 persen dari total berat telur. “Ini menandakan telur kaya akan betakaroten,” kata Firmansyah.

Dengan segala kelebihannya sebagai jenis petelur, ayam sembawa jelas memiliki keunggulan dibandingkan produk sejenis termasuk harga anakannya yang lebih mahal dari ayam sejenis. Namun demikian, ayam sembawa memiliki kelemahan di mana warna kulit dan dagingnya sedikit hitam serta tipis sehingga jarang dijadikan ayam pedaging. Selain itu induk betina dari ayam sembawa tidak mengeram sendiri telurnya sehingga diperlukan mesin penetas untuk proses penetasan. 

 

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Edtor: Eri Sutrisno/Elvira
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini