Sebetulnya wajar. Setiap negara akan memanfaatkan event internasional yang diselenggarakan di negaranya sebagai ajang promosi. Tujuannya selain untuk menciptakan imbas langsung seperti pendapatan dari peserta dan suppporter asing, ekonomi yang bergeliat, peningkatan pariwisata, memperkenalkan produk asli kepada dunia, juga yang lebih penting membangun imaji positif tentang Indonesia.
Imaji positif itulah yang perlu dikelola dengan baik agar nama Indonesia semakin harum di mata dunia. Sebab, harus diakui, bahkan penilaian terhadap kemampuan ekonomi bukan hanya melulu berpegang pada angka-angka. Pengenalan penilai internasional terhadap sebuah negara juga sangat penting.
Dalam Asian Games 2018, kita berhasil meraih nilai tertinggi sehingga dunia menengok ke Indonesia. Pusat perhatiannya adalah Presiden Jokowi. Atraksi sepeda motor yang memukau dibalut pagelaran kolosal yang apik membuat orang kagum. Sebuah surat kabar di Korea Selatan memujinya dengan menyebut itu sebagai pagelaran terindah dalam pesta olahraga dunia.
Pujian juga datang dari The New York Times yang menulis bahwa Indonesia berhasil menghadirkan Energy of Asia pada acara tersebut. Mulai dari pembukaan penyelanggaraan dan penutupan merupakan kesatuan antara efisiensi dan keramahan.
Berita dengan judul "Asian Games Closed, Indonesia Shows its the Energy of Asia", juga diturunkan ABC News, sebuah kantor berita Australia. Fokus utama berita ada pada keterlibatan Presiden Jokowi secara total dalam event akbar tersebut. Mereka memuji kemampuan Indonesia berhasil membangkitkan energi Asia lewat pagelaran olah raga tersebut.
Surat kabar China Morning bahkan menasehati Ghuangzou dan Tokyo yang akan menjadi tuan rumah Asian Games berikutnya untuk melihat kesuksesan Indonesia.
Apalagi Indonesia juga berhasil memadukan K-Pop yang memang sedang menjadi demam anak-anak muda Asia dalam event tersebut. Selain itu, dalam momentum Asian Games 2018, Kementerian Pariwisata dan Kementerian Luar Negeri juga rajin melakukan promosi. Artinya, momentum ini berhasil membentuk persepsi posiiltif mengenai Indonesia.
Kiprah sebuah negara selain berpangku pada momentum-momentum penting dan besar juga ditentukan oleh keberadaan kepala negara tersebut. Harus diakui, dengan gayanya Presiden Jokowi berhasil menampilkan citra seorang kepala negara yang efektif, efisien, update terhadap teknologi dan perkembangan peradaban, sekaligus tidak kehilangan citra keindonesiaanya.
Dalam berbagai event internasional, kehadiran Presiden Jokowi mampu menyedot perhatian dunia. Pidatonya yang efektif tanpa banyak bumbu retoris, dianggap sebagai terobosan baru bagaimana sebuah pemikiran dijajakan. Indonesia berhasil meraih simpati yang pada akhirnya membangkitkan kepercayaan dunia internasional untuk bekerja sama.
Sukses Asian Games 2018 bahkan menambah bobot rasa percaya diri Indonesia untuk mengajukan sebagai tuan rumah pesta Olimpiade 2032 . Memang masih lama. Tetapi menyiapkan sebuah ajang olahraga terbesar tersebut membutuhkan segala upaya bangsa, untuk menunjukkan wajahnya kepada dunia. Wajah bangsa yang bersahabat, berprestasi, mampu mengelola sebuah pekerjaan besar yang rumit, dan sekaligus efisien.
Sebetulnya pasca-Asian Games 2018 ada satu momentum besar lagi yang dapat dimanfaatkan Indonesia, yaitu pertemuan bisnis IMF dan Word Bank yang bakal dihadiri 189 perwakilan negara di dunia. Momentum ini diperkirakan akan menampung 20 ribu tamu di Bali. Ini adalah kesempatan besar bagi bangsa Indonesia menunjukkan kemampuannya dan sekaligus kebesaran sebagai sebuah bangsa.
Harus diakui, meskipun kita memiliki berbagai destinasi wisata indah, kesempatan investasi yang menguntungkan, jika informasi tentang Indonesia masih sangat terbatas itu akan menjadi kendala untuk mendatangkan keuntungan.
Sebuah pelajaran penting kita dapatkan. Sebagai sebuah pagelaran akbar, Asian Games 2018 yang dikelola dengan baik bisa memberikan efek positif, bukan hanya pembangunan imaji. Tetapi juga menciptakan peluang-peluang baru ekonomi bagi Indonesia.