Kekayaan alam bawah laut Karimunjawa memukau siapa pun yang melihatnya. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pun mengakui kawasan Karimunjawa itu sebagai cagar biosfer dunia.
Karimunjawa menjadi magnet wisata bahari utama di Jawa Tengah. Sejatinya, ia merupakan salah satu kecamatan di kabupaten tempat lahirnya pahlawan nasional RA. Kartini, Jepara. Karimunjawa luasnya 74,6 kilometer persegi, terdiri dari 30 persen daratan dan 70 persen perairan.
Seperti dikutip dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara tahun 2021, penduduknya berjumlah 10.116 jiwa. Mereka tersebar di empat kelurahan yakni Karimunjawa, Kemujan, Parang, dan Nyamuk. Umumnya bekerja sebagai nelayan dan pedagang ikan. Penduduknya mayoritas datang dari tiga suku utama, Jawa, Bugis, dan Madura.
Cagar Biosfer Dunia
Pemerintah pusat sejak 22 Februari 1988 menetapkan Karimunjawa sebagai taman nasional karena keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Misalnya hutan hujan tropis, hutan mangrove dengan mayoritas mangrove sejati utama atau mayor berjenis Rhizophora. Mangrove sejati utama hanya tumbuh pada kawasan pasang surut dan membentuk tegakan murni saja tanpa ada tumbuhan darat. Hutan mangrove mayor ini dapat dijumpai di Pulau Kemujan.
Selain itu, ada pula tumbuhan khas Karimunjawa, namanya pohon dewandaru (Crystocalyx macrophyla) atau cemara belanda yang buahnya punya banyak manfaat buat kesehatan. Ekosistem bawah lautnya juga tak kalah menarik seperti padang lamun, terumbu karang mencakup luas 7.487,55 hektare yang masih terjaga dengan baik.
Di Karimunjawa terdapat 400 jenis biota laut termasuk 242 jenis ikan hias. Ia menjadi rumah sejumlah fauna langka seperti elang laut dada putih (Haliaeetus leuogaster), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas).
Sejumlah pulau di kawasan Karimunjawa menjadi lokasi bertelur penyu sisik dan penyu hijau. Kawasan perairannya menjadi tempat berkembang biak beberapa jenis hiu jinak seperti hiu karang putih (Triaenodon obesus) dan hiu karang hitam (Charcharhinus melanopterus). Kedua jenis hiu itu banyak ditemukan di perairan dangkal dan hidup berkelompok. Sesekali ikut muncul hiu paus (Rhincodon typus), jenis terbesar dari keluarga hiu.
Karimunjawa terdiri atas lima pulau berpenghuni dan 22 lainnya tidak dihuni serta delapan lokasi pasir timbul atau gosong. Hamparan pantai pasir putih, bukit-bukit hijau, gunung, dan barisan pohon kelapa menjulang di tepi pantai mewarnai pulau-pulau di sini. Jangan tanya soal pemandangan bawah lautnya, sungguh memukau di bawah biru jernihnya air laut.
Bahkan di pulau-pulau tertentu kita tak perlu repot menyelam hanya untuk melihat terumbu karang atau ikan-ikan hias. Karena, cukup hanya berdiri di atas dermaga atau kapal, kita sudah dapat melihat keindahan bawah laut itu. Komunitas selam nasional dan internasional kerap melakukan penyelaman bersama di titik-titik bawah laut Karimunjawa sekadar untuk menikmati keindahannya.
Setidaknya ada enam pulau paling cantik untuk dikunjungi di Karimunjawa seperti Pulau Tengah, Pulau Cilik, Pulau Gleyang, Pulau Cemara Besar, Pulau Genting, dan Pulau Karimunjawa. Wisatawan umumnya ke sini untuk berenang di permukaan atau snorkeling atau menikmati jalan kaki memutari pulau berpasir putih.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2020 menetapkan Karimunjawa sebagai cagar biosfer dunia. Penetapan itu seperti dilansir website Kementerian Luar Negeri diumumkan dalam sidang ke-32 International Coordinating Council (ICC) Man and Biosphere UNESCO, 27-28 Oktober 2020 secara daring dari Paris, Prancis.
Karimunjawa terpilih karena punya ekosistem unik gabungan kepulauan, dataran rendah, hingga pegunungan dan jadi bagian dari 714 cagar biosfer dunia versi UNESCO yang tesebar di 129 negara. Pantas saja jika pemerintah kolonial Belanda menjuluki Karimunjawa sebagai Caribbean van Java atau Karibia dari Pulau Jawa.
Itu mengacu kepada ribuan pulau cantik mirip Karimunjawa di Laut Karibia, Amerika Selatan, dan sebagian membentuk negara-negara pulau yang berdaulat. Sejumlah pulau di sana jadi bagian dari Kerajaan Belanda seperti Aruba, Bonaire, Curacao, Sint Marteen, dan Saba. Keindahan pantai dan bawah lautnya menjadi andalan negara-negara di Karibia ini untuk mendulang devisa dari sektor pariwisata.
Infrastruktur
Untuk urusan penginapan, tersedia 11 hotel berbintang dan 80 penginapan kelas melati serta homestay di Karimunjawa. Sudah banyak biro perjalanan wisata menawarkan paket berlibur ke sana.
Untuk menggapai kawasan kepulauan ini, masyarakat dapat menumpang kapal feri dengan lama pelayaran 2-3 jam atau memakai pesawat terbang dari Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang menuju Bandar Udara Dewandaru di Pulau Kemujan. Melansir data Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jalur udara dilayani pesawat berbadan sempit dan kecil seperti ATR 72-600 dan CASA 212-200 berkapasitas 18-72 penumpang.
Pesawat-pesawat tersebut dioperasikan oleh NAM Air, Wings Air, dan Airfast Indonesia, dari Semarang dan Surabaya ke Karimunjawa. Pesawat jenis itu dipakai karena cocok mendarat di landasan pendek seperti Bandara Dewandaru yang berukuran panjang 1.200 meter dan lebar 30 meter. Pihak Kemenhub berencana memperpanjang landasan menjadi 1.600 meter dan membangun terminal penumpang baru.
Namun, sejak pandemi Covid-19 operasional penerbangan ke Karimunjawa dihentikan sementara oleh pemerintah. Seperti dikutip dari website Pemkab Jepara, Edy Supriyanta pernah mengajukan permintaan kepada pemerintah pusat agar akses udara menuju Karimunjawa bisa dibuka kembali. Hal itu disampaikan sewaktu mendampingi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif(Menparekraf)/Kepala Badan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno berkunjung ke Pondok Pesantren Balekambang, Jepara, 26 Juli 2022 lalu.
Edy tak lupa mengundang Menparekraf untuk menjejakkan kaki di Karimunjawa. "Masih ada tantangan koneksi udara ke Karimunjawa. Saya akan memberikan catatan dan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan maskapai penerbangan untuk menghidupkan kembali," ujar Sandiaga kala itu.
Untuk menjaga kebersihan dan sanitasi di sana, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah membangun tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah di Dusun Alang-Alang seluas 10.097 meter persegi dan menghabiskan anggaran dari APBN senilai Rp15,4 miliar. TPA ini dilengkapi instalasi pengolahan lindi (IPL), sistem drainase, dan penyediaan air bersih untuk warga kepulauan.
Selain itu, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama PT Perusahaan Listrik Negara sejak Juli 2022 telah membangun pembangkit listrik tenaga surya untuk menerangi tiga pulau yaitu Parang, Nyamuk, dan Genting. Besarnya bentuk perhatian pemerintah itu tak lain supaya denyut pariwisata di Karibia dari Pulau Jawa ini semakin ramai di masa mendatang. Yuk kita berwisata di negeri sendiri.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari