Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang sangat baik dibandingkan banyak negara lain. Dalam lingkup kelompok negara G-20 saja, Presiden Jokowi menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di urutan ketiga yang terbaik, tepat di bawah India dan Cina.
“Apalagi dengan keadaan ekonomi global yang masih sangat berat, dimana semua negara mengalami tekanan. Namun, kita berada di tiga besar, itu adalah sesuatu yang patut disyukuri,” ujar Jokowi dalam acara Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi 2017 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta pada Kamis (27/7/2017).
Menurut Jokowi, pertumbuhan ekonomi adalah kunci penting dalam mengelola perekonomian negara, baik di tataran kota, kabupaten, provinsi, maupun negara. “Intinya adalah bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta menekan inflasi serendah-rendahnya,” ucap Jokowi.
Adapun sejumlah faktor yang dinilai dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi ialah tingkat konsumsi, belanja pemerintah, investasi, dan juga ekspor.
“Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada konsumsi. Oleh sebab itu, daya beli masyarakat harus diikuti terus, agar konsumsi ini tetap berada pada posisi yang diinginkan. Untuk belanja pemerintah pun harus hati-hati,” ungkap Jokowi.
“Selain konsumsi dan belanja pemerintah, dua kunci penting lain terkait dengan investasi dan juga ekspor. Kita tidak mungkin mengalami pertumbuhan ekonomi dari loncatan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Ekspor memang mengalami penurunan pasar baru lesu, namun kita masih punya peluang investasi. Mendatangkan investor merupakan kunci pertumbuhan ekonomi,” jelas Jokowi lebih lanjut.
Masih dalam kesempatan yang sama, Presiden Jokowi sempat menyampaikan sejumlah pencapaian terkait pertumbuhan ekonomi yang telah dilakukan pemerintah daerah.
“Saya senang setelah muter, pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan adalah 7,4 persen dan Makassar 7,9 persen. Untuk yang di Makassar, mungkin itu yang tertinggi di dunia,” ujar Jokowi lagi.
“Sangat sulit sekali, karena di Amerika Serikat dan Eropa, pertumbuhan ekonomi paling 1-2 persen. Kita bisa ada yang tumbuh 7,9 persen itu luar biasa. Saya kira seluruh kabupaten, kota, dan provinsi berlomba-lomba untuk menumbuhkan perekonomian secara baik,” tambahnya.
- Baca juga: Presiden Jokowi Klaim Indonesia Masuki Era Inflasi Rendah
Lebih lanjut, Jokowi mengatakan pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi. “Percuma saja pertumbuhan ekonomi 6 persen, tapi inflasi 9 persen. Rakyat tekor, dan mencapai sebuah harga pun susah. Tapi misalnya pertumbuhan ekonomi 5 persen dan inflasi 3 persen, rakyat akan enteng menjangkau sebuah harga,” tutur Jokowi.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi itu harus bersifat inklusif. “Jadi tidak membuat jarak antara si kaya dan si miskin menjadi jauh. Dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan inklusif, dan inflasi yang terjaga, itu bisa membuat daya beli masyarakat tercuri,” ungkap Agus.
“Kalau inflasi rendah, ketimpangan kemiskinan bisa terhindari, bunga bisa turun, investasi bisa masuk, ekspor bisa naik, dan yang terpenting terkait dengan daya beli masyarakat itu sendiri,” ucap Agus lagi.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 mencapai 5,02 persen. Adapun pencapaian tersebut lebih tinggi daripada angka pertumbuhan ekonomi di 2015 yang sebesar 4,88 persen. Sementara itu, untuk angka inflasi sendiri, laju inflasi di 2016 adalah sebesar 3,02 persen.