TNI Angkatan Laut menerjunkan KRI dr. Wahidin Sudirohusodo 991 yang bertipe Kapal Bantu Rumah Sakit untuk kebutuhan medis dan mitigasi kesehatan selama pelaksanaan KTT ke-42 ASEAN 2023 di Labuan Bajo.
Ada pemandangan tak biasa di dermaga Marina Waterfront Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Ini terjadi ketika kapal perang milik TNI Angkatan Laut, KRI dr. Wahidin Sudirohusodo bernomor lambung 991 merapat dan bersandar di pelabuhan utama ibu kota Manggarai Barat tersebut. Seperti halnya kapal perang TNI AL lainnya, warna KRI buatan dalam negeri ini pun sama yakni abu-abu.
Satu hal membedakan dari kapal perang lainnya adalah bentuk fisiknya yang sedikit tak lazim. Hampir dua pertiga bagian kapal membentuk seperti bangunan tinggi besar dan hanya menyisakan tempat terbuka di bagian belakang atau buritan dan haluan atau palka. Bagian buritan menjadi tempat parkir dan pendaratan helikopter (helipad) dan pada palka dibiarkan terbuka. Inilah kapal perang dari jenis Kapal Bantu Rumah Sakit (KBRS) karya anak bangsa buatan PT PAL Surabaya, Jawa Timur.
Kapal ini namanya diambil dari pahlawan nasional asal Yogyakarta, dr. Wahidin Sudirohusodo sekaligus pemberi ide bagi lahirnya organisasi kebangsaan pertama, Budi Utomo pada 20 Mei 1908 lampau. Markas Besar TNI memutuskan untuk menerjunkan KRI dr. Wahidin Sudirohusodo 991 untuk membantu penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara atau ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, 9-11 Mei 2023.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Julius Widjojono dalam siaran persnya di Jakarta, Senin (8/5/2023). Menurut jenderal bintang dua itu, selain KRI dr. Wahidin Sudirohusudo 991, TNI melibatkan delapan kapal perang untuk beberapa keperluan, seperti pengamanan perairan sekitar Labuan Bajo dan membantu pergeseran personel dan logistik TNI.
Kapal-kapal lainnya meliputi KRI Diponegoro 365, KRI Sultan Nuku 373, KRI Teluk Youtefa 522, KRI Banjarmasin 592, KRI Teripang 648, dan KRI Tongkol 813, KRI Tarakan 905, dan KRI dr. Soeharso 990. Mereka tergabung ke dalam Satuan Tugas Laut (Satgasla) Pengamanan KTT ASEAN di Labuan Bajo. Mereka akan berada di bawah kendali Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono selaku Komandan Pengamanan Bersama TNI-Polri KTT ASEAN 2023.
Dilibatkannya berbagai unsur pada kapal perang ini disebabkan pusat kegiatan utama KTT ASEAN yang rencananya akan dihadiri oleh 11 pemimpin negara di Asia Tenggara dan lebih dari 1.000 peserta delegasi diadakan di Hotel Meruorah yang berada di tepi laut. "Unsur-unsur di Satgasla meliputi keperluan SAR, evakuasi VVIP, evakuasi medis, dan untuk menutup peluang terjadinya penyusupan ancaman keamanan yang datang dari dan lewat laut," ucap Julius.
Serba Digital
Keputusan TNI mengerahkan KRI dr. Wahidin Sudirohusodo 991 sebagai rumah sakit terapung disambut baik oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD yang meninjau langsung kesiapan kapal tersebut di Labuan Bajo, Senin (8/5/2023). Menurutnya, Indonesia perlu menyiapkan langkah mitigasi dan antisipasi jika terjadi masalah dengan kesehatan dari para peserta KTT ASEAN dan memerlukan dukungan medis segera.
Mantan Menteri Pertahanan itu melihat seluruh fasilitas medis yang tersedia di KBRS, termasuk ruang operasi dan kamar perawatan. Mahfud didampingi Panglima Komando Armada II TNI AL, Laksamana Muda Maman Firmansyah yang bertindak sebagai Komandan Satgasla serta Komandan KRI dr. Wahidin Sudirohusodo 991, Kolonel Laut (P) Anang Setioko. "KRI dr. Wahidin Sudirohusodo 991 tersedia seluruh peralatan canggih yang serba digital dan 11 dokter spesialis untuk mengantisipasi segala kemungkinan," ucapnya.
Julius pun menambahkan, ke-11 dokter spesialis yang bertugas di kapal perang khusus rumah sakit itu terdiri dari spesialis bedah konsultan, digestif, bedah ortopedi, penyakit dalam, jantung dan pembuluh darah, THT, anestesi, radiologi. Ada juga dokter gigi spesialis bedah mulut dan dokter gigi spesialis konservasi gigi. KRI dr. Wahidin Sudirohusodo 991 juga mempekerjakan 28 tenaga perawat dan seorang analis laboratorium.
Fasilitas medis yang dimiliki pun sangat lengkap dan setara rumah sakit tipe B. Misalnya, 156 tempat tidur untuk pasien rawat inap, tiga tempat tidur di ruang Intensive Care Unit (ICU), dua tempat tidur untuk High Care Unit (HCU), empat kamar operasi steril dan satu kamar operasi nonsteril. Selain itu, ada ruang Unit Gawat Darurat (UGD), layanan persalinan, poliklinik (umum, mata, gigi, THT, kandungan, dan lainnya) apotik dan gudang farmasi.
Untuk fasilitas radiologi tersedia layanan rontgen X-Ray, CT Scan, Panoramic, dan USD empat dimensi. Kapal ini juga ditunjang oleh adanya Mobile Hypebaric Chamber, yakni sebuah ruangan khusus berisi oksigen bertekanan tinggi. Ini biasanya dipakai untuk sistem terapi gangguan pernapasan dan pemulihan khususnya bagi para prajurit penyelam.
Terdapat pula dua unit kapal ambulans pada lambung di kiri dan kanan kapal. Ini disiapkan untuk memudahkan mobilitas pasien di wilayah perairan menuju kapal. Kapal juga dilengkapi fasilitas empat mobil ambulans, dua truk, dan dua jip pengangkut tim medis. Fasilitas helipad dapat menampung dua helikopter evakuasi medis TNI AL jenis Panther AS 565.
Tersedia pula dua unit speedboat jenis Rigid Hull Inflatable Boat (RHIB) untuk kebutuhan penanganan medis cepat. Letaknya tepat berada di bawah dek helipad. Speedboat jenis ini memiliki lambung keras dan bukan terbuat dari karet serta dapat melaju hingga kecepatan 45 knot per jam.
Sekilas KRI dr. Wahidin
TNI AL sendiri memiliki tiga unit kapal perang bertipe KBRS, yakni KRI dr. Soeharso 990, KRI dr. Wahidin Sudirohusodo 991 dan KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat 992. Sebagai sebuah KBRS, ketiga kapal perang tersebut memiliki tanda khusus, yakni logo palang merah berukuran sangat besar pada sisi kiri-kanan, depan-belakang, dan dua dek terbuka di belakang dan lantai teratas kapal.
Dimensi KBRS dr. Wahidin Sudirohusodo yakni panjang 124 meter dan lebar 21,8 meter dan berat penuh saat di air (displacement) 7.290 ton. Kapal mampu dibawa melaju dengan kecepatan maksimal 18 knot per jam dan kecepatan jelajah sebesar 14 knot. Kapal BRS ini dikembangkan dari tipe Landing Platform Dock (LPD) dan sanggup berlayar tanpa henti selama 30 hari atau sejauh 10 ribu mil laut. Kemampuan angkutnya adalah sebanyak 643 personel termasuk membawa 159 pasien.
Sebagai sebuah kapal perang dan diluncurkan pada 7 Januari 2021, KRI dr. Wahidin Sudirohusodo 991 merupakan pendukung operasi militer perang (OMP). Pada masa damai dapat difungsikan untuk membantu operasi militer selain perang (OMSP) seperti membantu tugas operasi penanggulangan bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan. Juga dapat dilibatkan dalam tugas membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR).
Kehadiran kapal TNI AL berjenis KBRS sangat pas dengan karakteristik dari negara kepulauan Indonesia yang terletak di kawasan Cincin Api (Ring of Fire) dan rawan terjadinya bencana alam seperti gempa bumi disertai tsunami dan gunung meletus. Dengan situasi tersebut, kapal BRS bersifat mobile dan dapat digerakkan kapan pun ke wilayah terdampak bencana untuk melaksanakan kegiatan tanggap darurat bencana.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari