ASEAN Weekend Market 1--3 September 2023, menandai pembukaan KTT ASEAN ke-43, yang dihadiri sedikitnya 45 peserta dari berbagai negara. Ini menjadi ajang promosi dan membuka peluang bagi UMKM untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas, khususnya di ASEAN.
Format dan nama bisa beda, namun tujuan utamanya sama; promosi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Begitulah “agenda wajib” yang selalu terselip di setiap event internasional yang digelar di tanah air.
Kali ini, di rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN di Jakarta, yang berlangsung 5--7 September 2023, agenda itu diberi tajuk “ASEAN Weekend Market”. Kegiatan yang digelar Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta, itu merupakan hasil kolaborasi ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) berkolaborasi dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki didapuk membuka acara diikuti sekitar 45 UMKM dari berbagai negara Asia Tenggara, termasuk Kamboja dan Myanmar, pada Jumat (1/9/2023). Kepada mereka yang hadir, Menkop menyatakan, penyelenggaraan ASEAN Weekend Market memiliki kontribusi nyata dalam membuka peluang bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas khususnya di kawasan ASEAN.
Dengan total populasi 679 juta jiwa, ASEAN jelas merupakan potensi pasar yang menggiurkan. Ini yang harus dioptimalkan. Pelaku usaha perlu meningkatkan daya saing demi kepentingan pertumbuhan ekonomi domestik dan kawasan.
Sesuai pula dengan tema Keketuaan ASEAN Indonesia yaitu Epicentrum of Growth, ASEAN harus bersatu, menguatkan kolaborasi, serta berpihak pada produk lokal dan regional agar ASEAN menjadi pusat produksi dunia di mana produknya dapat mendominasi secara global.
Selain itu, ASEAN juga perlu memperkuat ekosistem digital bagi UMKM mulai dari peningkatan literasi digital, equal playing field dalam ecommerce, tidak adanya praktik predatory pricing, sampai dengan menghadirkan akses keuangan yang mudah berbasiskan rekam data transaksi untuk credit scoring.
Keketuaan Indonesia di ASEAN, dalam pandangan Menkop Teten, dapat menjadi momentum bagi pelaku koperasi dan UMKM agar dapat beradaptasi dengan isu-isu strategis yang diangkat seperti transformasi digital UMKM, serta model bisnis yang mengadopsi transisi produksi ke arah ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan pemanfaatan energi terbarukan.
“Selain itu, kesempatan ini bisa dijadikan sebagai upaya bersama dalam mendorong UMKM dalam memperluas akses pasar dan masuk ke rantai pasok global khususnya di kawasan ASEAN,” tandasnya.
Ragam kultur ASEAN
ASEAN Weekend Market menampilkan berbagai produk UMKM di ASEAN, seperti fesyen, kerajinan tangan, kuliner, dan lainnya. Dari ragam produk yang ada juga memperlihatkan keunikan dan keberagaman kultur di ASEAN.
Selain itu, menghadirkan UMKM di tengah momen internasional KTT ASEAN merupakan momentum untuk menghargai kerja keras para pelaku UMKM dalam mendukung pertumbuhan ekonomi ASEAN. Sebagaimana diketahui, merujuk data Kementerian Koordinator bidang Perekonomian (https://indonesia.go.id/kategori/indonesia-dalam-angka/6721/porsi-kredit-diperbesar-sektor-umkm-segera-naik-kelasa.) jumlah UMKM di Indonesia sudah mencapai 99 persen dari keseluruhan unit usaha, dengan kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 60,5 persen dan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 96,9 persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional.
Sementara itu, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dalam laporan berjudul “ASEAN Investment Report 2022” (terbit Oktober 2022) merilis bahwa pelaku UMKM tercatat sebanyak 65,46 juta. Mereka memberikan kontribusi sebesar 60,3 persen terhadap PDB dan mampu menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia.
Merujuk data Kemenkop UKM pada 2018, dari total UMKM, sebagian besar adalah pelaku usaha mikro (98,68%) dengan daya serap tenaga kerja sekitar 89%. Mereka memberi sumbangan usaha mikro terhadap PDB sekitar 37,8%.
Dengan data seperti itu, dpat dipahami Indonesia mempunyai potensi basis ekonomi nasional yang kuat karena jumlah UMKM terutama usaha mikro yang sangat banyak dan daya serap tenaga kerja sangat besar. Pemerintah dan pelaku usaha harus menaikkan ‘kelas’ usaha mikro menjadi usaha menengah.
Basis usaha ini juga terbukti kuat dalam menghadapi krisis ekonomi. Usaha mikro juga mempunyai perputaran transaksi yang cepat, menggunakan produksi domestik dan bersentuhan dengan kebutuhan primer masyarakat.
“Mengapa UMKM? Mereka adalah tulang punggung perekonomian kita. Tidak hanya di Indonesia, tapi di kawasan (ASEAN),” kata Arsjad Rasjid dari Kadin yang didapuk sebagai Ketua Dewan Penasihat Bisnis ASEAN, selaku tuan rumah acara tersebut, saat memulai festival.
Selain alasan ekonomi, kehadiran UMKM juga membawa misi mempromosikan warisan budaya ASEAN, baik itu kain tenun tradisional maupun kerajinan tangan. “Setiap stan membawa sebuah cerita. Hal ini mencerminkan warisan budaya yang unik dan semangat kewirausahaan masyarakat kami. Mari kita ingat warisan budaya di balik produk-produk ini,” jelas Arsjad.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini