Pentingnya penguatan literasi digital pada anak-anak Indonesia di tengah pesatnya pertumbuhan internet dan digitalisasi nasional.
Pegiat Literasi Media, Gun Gun Siswadi, menyoroti pentingnya penguatan literasi digital pada anak-anak Indonesia di tengah pesatnya pertumbuhan internet dan digitalisasi nasional.
Hal itu disampaikannya dalam webinar bertema “Ruang Digital Anak: Antara Peluang dan Ancaman” yang diselenggarakan secara daring pada Selasa (6/5/2025).
Gun Gun mengungkapkan bahwa hingga Januari 2024, jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 221,5 juta orang, atau sekitar 80 persen dari total populasi. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia telah terkoneksi internet, sekaligus menandai masifnya transformasi digital yang merambah hingga ke pelosok negeri.
“Internet kini menjadi bagian hidup sehari-hari masyarakat, termasuk anak-anak. Maka, pembangunan infrastruktur digital harus diimbangi dengan pembangunan regulasi, literasi, dan kesiapan sumber daya manusianya,” tegas Gun Gun.
Merujuk pada data internal dan hasil survei, Gun Gun membeberkan bahwa sekitar 70 persen anak Indonesia sudah aktif menggunakan internet, namun ironisnya 80 persen orang tua tidak mengetahui aktivitas digital anak-anak mereka.
“Ini menjadi masalah serius. Anak-anak aktif online, tapi orang tuanya tidak tahu mereka akses apa saja. Orang tua harus terlibat langsung, tidak bisa hanya menyerahkan semua pada gadget,” tegasnya.
Ia juga menyebut bahwa berdasarkan data demografis, anak usia 0–14 tahun di Indonesia mencapai hampir 65 juta orang atau sekitar 23 persen dari total populasi, menandakan bahwa kelompok usia ini sangat rentan terpapar dampak negatif digital tanpa pendampingan yang memadai.
Gun Gun memaparkan sejumlah tantangan besar dalam ruang digital saat ini. Salah satunya adalah fenomena "banjir informasi" yang membuat anak-anak kesulitan memilah mana informasi yang relevan dan benar.
“Informasi yang melimpah justru bisa membingungkan. Ditambah lagi banyaknya konten negatif, perilaku adiktif terhadap game, serta penggunaan internet yang tidak produktif,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa kurangnya pemahaman tentang informasi menyebabkan banyak anak dan remaja menggunakan internet secara tidak bijak, bahkan terpapar konten berbahaya.
Gun Gun menekankan bahwa dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, kesiapan sumber daya manusia, termasuk anak-anak, harus menjadi prioritas utama. Ia menegaskan bahwa literasi digital yang kuat akan menjadi penentu bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan global.
“Kita ingin anak-anak Indonesia bisa menggunakan teknologi untuk meningkatkan taraf hidup, bukan malah tersesat. Literasi digital harus membekali mereka agar bisa menjadi produsen konten, bukan sekadar konsumen,” ujarnya.
Gun Gun juga menyoroti dampak penggunaan gadget terhadap kesehatan anak. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kecanduan gawai dapat menyebabkan gangguan tidur yang sangat penting untuk pertumbuhan anak-anak. Ia mengingatkan bahwa penggunaan internet yang tidak terkontrol juga dapat mengganggu aspek fisik dan mental anak.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Gun Gun mengajak orang tua untuk “turun gunung” mendampingi anak-anak saat berselancar di dunia maya. Ia juga menyerukan pentingnya peran guru dan komunitas dalam menciptakan lingkungan digital yang sehat dan edukatif.
“Orang tua harus belajar dan mengerti dunia digital. Jangan sampai anak-anak lebih canggih dari orang tuanya. Kita perlu kerja sama lintas sektor agar ruang digital menjadi tempat anak-anak belajar, bukan terancam,” pungkasnya.
Penulis: Wandi
Redaktur: Untung S
Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/nasional-sosial-budaya/918136/literasi-digital-anak-jadi-kunci-hadapi-era-informasi-berlimpah