Pahlawan Nasional - Raden Mattaher Bin Pangeran Kusen Bin Adi
Sejak tahun 1959 setiap tahunnya dalam peringatan Hari Pahlawan, Presiden memberikan anugerah Gelar Pahlawan Nasional kepada tokoh-tokoh yang telah berjasa dan berkontribusi besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Tahun ini Presiden menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada 6 (enam) tokoh. Mereka adalah: 1) Sultan Baabullah dari Provinsi Maluku Utara; 2) Macmud Singgirei Rumagesan – Raja Sekar dari Provinsi Papua Barat; 3) Jenderal Polisi (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo dari Provinsi DKI Jakarta, 4) Arnold Mononutu dari Provinsi Sulawesi Utara, 5) MR. SM. Amin Nasution dari Provinsi Sumatera Utara, dan 6) Raden Mattaher Bin Pangeran Kusen Bin Adi dari Provinsi Jambi.
Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional diselenggarakan di Istana Negara pada 10 November 2020 pukul 10.00 WIB dengan Inspektur Upacara Presiden RI. Hadir mendampingi Presiden, Menteri Sosial Juliari P. Batubara.
Dalam UUD 1945 Pasal 15 meyatakan bahwa Presiden memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur pelaksanaannya dengan UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Ungkapan ini menjadi sebuah prinsip yang negara kita pegang teguh," kata Mensos Juliari.
Pemberian gelar Pahlawan Nasional bertujuan untuk penghargaan kepada mereka yang telah berjasa besar mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan NKRI. Selain itu juga menumbuhkembangkan sikap keteladanan bagi setiap orang dan mendorong semangat melahirkan karya terbaik bagi kemajuan bangsa dan negara.
Raden Mattaher Bin Pangeran Kusen Bin Adi :
- Semasa muda Raden Mattaher belajar berbagai ilmu dan ketrampilan kepada guru di seberang Pauh. Ilmu agama ia dalami dari seorang guru berdarah Arab. Ia juga dikenal piawai memainkan alat musik biola, dan menjadi anggota grup orkes melayu Jambi. Di dunia olahraga, ia piawai dan handal sebagai pemain sepak. Sementara ilmu perang, ia menggalinya dari para panglima perang Sultan Toha Syaifuddin, pemimpin perlawanan rakyat Jambi terhadap penjajah.
- Pada tahun 1891, Raden Mattaher menggantikan ayahnya sebagai panglima wilayah satu, Raden Kusin yang meninggal dunia ketika menunakan ibadah Haji. Tahun ini pula ia semakin dikenal sebagai seorang pemimpin yang cerdas, pemberani, saleh, religious, dan berbakat seni.
- Selama menjadi panglima, Raden Mattaher berhasil memimpin banyak pertempuran melawan Belanda yang seluruhnya dimenangkannya. Karena ini pula Belanda menjulukinya “Singa Kumpeh”
- Tahun 1900, menyerang konfoi 8 jukung Belanda di Sungai Batanghari, dekat Tanjung Panyaringan. Serangan ini berhasil menewakan semua pasukan Belanda dan merampas semua logistic dan senjata Belanda.
- Tahun 1901, menyerang konfoi Belanda di Sungai Bengkal dan Poan, Jambi. Raden Mattaher dan pasukannya berhasil menewaskan tentara Belanda, merampas senjata sejumlah karaben, dan memporakporandakan bivak Belanda di Pijoan.
- Tahun 1891, menyerang kilang minyak Belanda di Bayung Lincir, Serangan ini berhasil menewaskan kepala beacukia dan merampas 5000 gulden dan 30.000 ringgit milik perusahaan Belanda itu.
- Tahun 1901, menyerang kapal uap Musi, yang megankut pasukan Belanda dan logistik militer di sungai Tembesi. Semua personil tentara Belanda tewas, dan memperoleh sejumlah senjara dan puluhan peti peluru.
- Tahun 1902, menyerang konfoi 30 jukung Belanda di Sungai Alai, Muaro Bungo. Konfoi itu membawa pasukan Belanda yang didatangkan dari Palembang. Seluruh tentara Belanda tewas, dan semua senjata dan logistik berhasil dirampas.
- Tahun 1903, menyerang markas pasukan Belanda di Lubuk Kepayang, Jambi, pasukan Raden Mattaher mengepung markas menyusup dan mermpas segala persenjataan.
- Tahun1904, menyerang markas persembunyian Belanda di wilayah ilir Batanghari, sebagai balasan atas kematian Sultan Thaha oleh Belanda. Banyak tentara Belanda yang tewas.
- Tahun 1906, menyerang kapal Belanda di Sungai Kumpeh. Seluruh tentara Belanda tewas, kecuali 3 orang berkebangsan Melayu awak mesin yang merupakan kerabat kesultanan Palembang.
Penulis: Taofiq Rauf
Editor: Elvira Inda Sari