Akrab dipanggil Mbak Rerie demikianlah Lestari Moerdijat, seorang politikus perempuan yang menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Rerie menjadi politisi perempuan satu-satunya yang duduk mengisi kursi kepemimpinan MPR RI periode 2019 – 2024.
Sekalipun baru kali ini melenggang menjadi politisi ke Senayan, Rerie tampaknya cukup berhasil menyemai kepercayaan masyarakat luas. Bagaimana tidak, maju bersaing di Dapil Jawa Tengah II, yakni salah satu dapil terpanas, dia berhasil mengumpulkan suara terbanyak pada pemilihan anggota legislatif di DPR RI 2019 dengan perolehan sebanyak 162.996 suara.
Merujuk situs resmi Partai Nasional Demokrat atau popular disingkat NasDem, kemenangan Lestari jelas bukanlah mudah. Pasalnya Dapil Jawa Tengah II yang meliputi Kabupaten Kudus, Jepara, dan Demak, juga terdapat beberapa caleg yang sebelumnya diprediksi memiliki tingkat elektebalitas tinggi dan dukungan basis partai kuat.
Sebut saja partai pendatang baru, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang mengusung salah satu nama legenda bulu tangkis Harijanto Arbi. Atau PDI Perjuangan), partai pemenang dalam pemilu kali ini mendaulat nama presenter Tamara Geraldine Tambunan. Tak kecuali artis tenar tahun 1990-an Dina Lorenza Audria, didaulat maju melalui Partai Demokrat.
Sudah tentu keberhasilan Rerie memperoleh suara terbanyak di Dapil Jawa Tengah II ini tak terlepas dari kemampuannya membangun komunikasi dan persuasi di akar rumput. Kemampuan ini tentu tidak terlepas dari karir Rerie, yang sejak awal lekat dengan dunia bisnis media dan public relation. Selain itu, juga bisa dikatakan Rerie telah banyak belajar dari sosok politikus kawakan yang dikenal sangat piawai lobi, Surya Paloh, pria kelahiran Aceh yang membesut kelahiran Partai NasDem.
Dari SD hingga SMA, Rerie tinggal di Purwokerto, Jawa Tengah. Lulus dari SMAN 1 Purwokerto, dia hijrah ke Jakarta. Mengawali kuliah S1 di Fakultas Sastra dan mengambil jurusan arkeologi di Universitas Indonesia, setelah lulus kuliah Rerie memulai pekerjaannya jauh dari disiplin ilmu yang digelutinya selama ini. Mengawali karirnya bekerja di PT Royalindo Expoduta, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha Professional Conference Organizer (PCO) dengan berbagai kegiatan penyelenggaraan berskala internasional, posisinya ialah sebagai Executive Production Assistant.
Namun pada tahun 1993, Rerie memutuskan kembali ke bangku sekolah. Dia mengambil pendidikan Public Relation di London School. Kursus di London School ini mengantarkan Rerie berkenalan dengan teman-teman yang bekerja di Media Indonesia. Kemudian, ia mendapat tawaran mengisi salah satu bagian di Media Indonesia.
Masih di tahun 1993, Rerie lantas bergabung ke Media Indonesia. Posisinya ialah menggawangi departemen periklanan. Setelah bekerja beberapa tahun, bakat dan intuisi bisnisnya mencuri perhatian Surya Paloh. Masih di tahun yang sama, Rerie diberi kesempatan untuk mengelola Indocater, sebuah perusahaan katering yang didirikan oleh Surya Paloh pada 1978, yang merupakan bagian dari Media Group.
Awalnya Rerie berperan sebagai Business Development Manager di Indocater, hingga akhirnya mencapai posisi President Commissioner pada 2010. Selama ia bekerja di sini, di tahun 2008 Indocarter berhasil mendapatkan sertifikasi ISO 0991 2000. Kini, Indocater tercatat menjadi salah satu perusahaan katering terbesar di Indonesia, yang sebagian besar kliennya ialah perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor minyak, gas atau tambang.
Sejak keberhasilannya memimpin Indocater inilah, Rerie mendapat banyak kesempatan dari Surya Paloh untuk memimpin beberapa perusahaan yang tergabung dalam Media Group. Mayoritas perusahaan yang dipimpinnya mengalami pertumbuhan bisnis yang pesat.
Ya, Rerie memiliki karier cemerlang. Dia adalah seorang eksekutif wanita yang menjabat sebagai Wakil Ketua Media Grup dan Presiden Direktur Media Indonesia. Dia juga menjabat sebagai direksi dan komisaris di beberapa anak perusahaan Media Grup, seperti Surya Energi Raya, CS Media Investment, Metro TV, Pangansari Utama, dan Emas Mineral Murni.
Berjuang untuk Dirinya dan Orang Lain
Tidak hanya cakap di dunia usaha, Rerie juga aktif di bidang sosial. Duduk sebagai Dewan Pembina Yayasan Sukma Bangsa, yayasan ini mengelola beberapa sekolah di Bireun, Pidie, dan Lhokseumawe, di Provinsi Aceh. Bermula dari pascabencana tsunami di Aceh, ia bersama Surya Paloh, Ana Widjaya, Rahmi Lohwur, dan Rachmadi Heru juga mendirikan yayasan lembaga nonprofit yang bergerak di bidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan pada 2005. Dalam struktur organisasi ini, yang Rerie didaulat sebagai ketua yayasan.
Selain di Yayasan Sukma Bangsa, Rerie terlibat aktif dalam kampanye-kampanye berjuang melawan kanker payudara lewat Komunitas Sahabat Lestari.
Lahir di Kota Pahlawan Surabaya pada 30 November 1967, Rerie merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Bersama orang tuanya Rerie menghabiskan masa kecil hingga duduk di bangku menengah di Purwokerto. Sejak duduk di bangku sekolah, Rerie tercatat aktif berorganisasi dan menjadi pengurus organisasi pelajar, organisasi mahasiswa dan juga pramuka.
Ayahnya Tonny S Moerdijat selain merupakan seorang dokter spesialis ahli di bidang kandungan, juga dikenal aktif memberikan penyuluhan dan pemeriksaan kanker serviks. Dengan latarbelakang orang tuanya selaku seorang dokter membuat Rerie jauh dari rasa jerih ketika di tahun 2016, menjelang usianya masuk setengah abad ternyata ia harus menjadi penyintas karena divonis mengidap kanker payudara HER2-Positive.
Mengetahui bahwa dia mengidap kanker payudara, Rerie langsung menjadwalkan operasi dan pengobatan kanker payudara di Singapura. Baginya kecepatan dan ketepatan dalam mengambil keputusan untuk menentukan tindak lanjut adalah kunci utama dari proses penyembuhan kanker. Selain itu, dukungan dan cinta keluarga besar juga telah banyak membantunya melewati serangkaian pengobatan dalam rangka penyembuhan kankernya.
Dalam berbagai kesempatan Rerie sering berbagi pengalaman tentang perjuangannya melawan kanker payudara kepada para pengidap kanker lain untuk memberi semangat. Menurutnya, menderita kanker bukan akhir dari segalanya. Baginya, sebagai penderita kanker dan kemudian jadi penyintas adalah kesempatan kedua yang diberikan Tuhan untuk menjadi manusia, yang lebih baik dan berguna untuk sesama.
Menjadi penderita kanker dan penyintas, ibarat bermakna sebuah kelahiran kembali sebagai manusia. Hidup itu harus diisi dengan tujuan, tidak pantang menyerah, dan terus berjuang bukan hanya untuk kesembuhan, tetapi juga untuk mengisi hari dan waktu dengan berbagi pada sesama semampu kita dan memohon ridho Tuhan.
Melalui komunitas Sahabat Lestari yang dibinanya, Rerie gencar mengkampanyekan cara pencegahan kanker payudara dengan metode Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Kegiatan ini telah diikuti ribuan orang di Jawa Tengah dan sekitarnya. Selain itu, Rerien juga mendirikan beberapa rumah singgah bagi para penderita kanker yang sedang menjalani pengobatan dan kemoterapi.
Menyimak track record-nya selama ini, tak salah jikalau Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menunjuk Lestari Moerdijat sebagai pimpinan MPR. Ini tentu bukannya tanpa alasan. Menurut Surya Paloh, Rerie merupakan sosok yang tepat untuk duduk di pucuk pimpinan untuk menahkodai MPR mewakili Fraksi Partai NasDem. Rerie, masih merujuk pendapat Surya Paloh, merupakan salah satu kader partai yang mumpuni dan mempunyai banyak prestasi.
"Saya kenal lebih dari 30 tahun, ia seorang wartawati muda, hingga berkembang jadi pimpinan CEO korporasi besar. Tekun, teliti, ada idealisme di sana," ujar Surya Paloh.
Selain itu, Surya Paloh pernah menyampaikan, penunjukan Lestari Moerdijat menjadi pimpinan MPR dari Fraksi Nasdem merupakan bentuk komitmen partai untuk memberikan kesempatan kepada kaum perempuan berkontribusi bagi partai dan bangsa.
Bagaimana sepak terjang Mbak Rerie selanjutnya, baik itu selaku anggota DPR maupun Wakil Ketua MPR, kini dan ke depan nanti? Mari kita ikuti dan kawal agenda perjuangannya. (W-1)