Pada awal 2013, ketika hiruk-pikuk Pilkada Gubernur Jabar, terbit sebuah buku tentang Teten Masduki. Ya. Waktu itu Teten merupakan calon wagub yang berpasangan dengan Rieke Diah Pitaloka yang diusung PDIP. Dalam buku itu banyak diceritakan lika-liku hidupnya. Termasuk bagaimana menghadapi rezim yang tak bersahabat dengan aktifis HAM dan demokrasi waktu itu.
Teten lahir dari keluarga petani dan pemilik pabrik tepung tapioka yang berkecukupan di Limbangan, Garut, Jawa Barat. Tapi ia menjadi mahasiswa miskin di IKIP Bandung yang hidup dari uang beasiswa.
Sempat menjadi guru matematika berstatus pegawai negeri sipil di Tangerang, namun garis tangannya membawa dia pindah haluan menjadi aktivis buruh dan bergabung dalam Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Teten lantas menggerakkan perlawanan masyarakat sipil terhadap korupsi melalui Indonesia Corruption Watch (ICW).
Teten pernah menjadi ikon aktivis antikorupsi. Ketika menjadi Koordinator Indonesia Corruption Watch, dia mendapat penghargaan Ramon Magsaysay 2005 dari Yayasan Magsaysay, Filipina, atas perjuangannya dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Sebelumnya, aktivis antikorupsi itu telah pernah mendapat penghargaan Suardi Tasrif Award 1999 dan Alumni Berprestasi IKIP Bandung 2000.
Saat reputasinya mendunia ketika memimpin Transparency International Indonesia (TII), dia malah beternak domba sehingga dijuluki “Panglima Legiun Domba Garut”. Dia maju sebagai calon wakil gubernur dalam pemilihan kepala daerah di Jawa Barat pada 2013. Namun pasangan Rieke Dyah Pitaloka-Teten Masduki kalah.
Sepertinya sejak pencalonan itulah Joko Widodo mengenal dengan baik Teten Masduki. Jokowi yang waktu itu Gubernur DKI, bersedia menjadi Juru kampanye pasangan Rieke-Teten. Bahkan dalam kampanyenya Jokowi menjamin pasangan ini bersih dan jujur.
Ketika Joko Widodo mencalonkan diri sebagai Presiden, Teten ikut dalam tim pemenangan. Sosok Teten sebenarnya telah berada di lingkaran dekat Jokowi sejak masa kampanye Pilpres 2014. Dalam tim sukses Jokowi-Jusuf Kalla, Teten Masduki menempati posisi sebagai anggota Tim Relawan. Ia pun kemudian menjadi anggota Tim Transisi ketika itu.
Setelah Jokowi terpilih, Teten kemudian masuk ke lingkaran Istana Kepresidenan dengan menjadi staf khusus kabinet. Pada 2015, ia digeser menjadi Kepala Staf Kepresidenan menggantikan Luhut Binsar Pandjaitan yang kala itu diangkat menjadi Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Pada 2018, posisi Teten di Kepala Staf Kepresidenan digantikan oleh Moeldoko. Namun, Teten masih berada di lingkaran Istana dengan menjadi Koordinator Staf Khusus Presiden.
Namun ketika hiruk-pikuk rekrutmen menteri beberapa waktu lalu nama Teten Masduki kembali beredar. Akhirnya Teten dilantik jadi Menteri Koperasi dan UKM. Pekerjaan yang tidak jauh dari aktivitas sosialnya yang dekat dengan petani dan peternak domba. Kini Sang Panglima domba menjadi Menteri Koperasi dan UKM. (E-2)