Indonesia.go.id - Ketika Orang Jepang Suka Ngemil Edamame

Ketika Orang Jepang Suka Ngemil Edamame

  • Administrator
  • Jumat, 18 Oktober 2019 | 09:05 WIB
KOMODITI
  Edamame. Foto: Istimewa

Masyarakat Jepang gemar minum sake di sela-sela rutinitasnya. Otsumami (cemilan) yang cocok sebagai teman sake adalah si polong besar yaitu edamame. Salah satu favorit mereka adalah edamame dari Indonesia.

Edamame atau mao dou dalam bahasa China, punya nama latin Glycine mas adalah tanaman tropis yang masuk sub familia polong-polongan yaitu salah satu varietas kedelai yang dipanen sebelum matang dan bercitarasa manis. Edamame berasal dari kata Jepang, eda berarti cabang dan mame berarti kacang. Orang Indonesia menyebutnya kedelai sayur atau lebih gampang disebut kedelai Jepang.

Tinggi tanaman adalah 30-50 cm, merupakan tanaman semusim yang mulai berbuah 50-60 hari setelah tanam, tumbuh tegak dan berdaun lebat. Edamame lebih jumbo dibanding kedelai sayur dengan lebar polong lebih besar yaitu 1,4-1,6 cm dan panjang 5,5 – 6,5 cm. Sebanyak 100 biji kedelai sayur punya berat 11-15 gram, sedangkan 100 biji edamame tanpa polong punya berat sekitar 30-50 gram.

Edamame diperjualbelikan dengan polongnya dalam keadaan beku. Edamame tumbuh subur di China dan Jepang. Juga di Amerika Serikat (AS), Brazil, Chile, Thailand, Taiwan dan Indonesia. Sebenarnya edamame sudah ditanam di Indonesia pada abad ke 17 untuk memenuhi kebutuhan komunitas Jepang di Jakarta. Mereka menanamnya di Lembang, Bandung.

Sekitar 30 tahun lalu, ketika kebutuhan Jepang mulai tinggi beberapa pihak mulai membawa benih edamame dari Jepang untuk ditanam di Indonesia. Benih dari Taiwan juga dikembangkan di sini. Lahan yang dipilih adalah Bogor dan Bandung (Jawa Barat) dan Jember (Jawa Timur).

Proses pengembangan di Indonesia memakan waktu lama karena persilangan varietas harus dilakukan dan kecocokan lahan terus diupayakan. Lalu diketahui bahwa kedelai Jepang ini hanya bisa tumbuh baik di lahan dengan ketinggian sekitar 600 mdpl dengan varietas Ryokkoh, Chamame, Ocunami, dan Tsurunoko. Varietas R 75 dari Taiwan juga cocok dengan iklim Indonesia.

Selain Bogor dan Jember, tanaman ini juga tumbuh dengan baik di Temanggung, Wonosobo, Magelang dan Kendal, Jawa Tengah. Edamame dari Jawa Tengah melayani permintaan dari Belanda, sedangkan edamane Jawa Timur yang diproduksi secara massal, banyak melayani permintaan dari Jepang. Selain dua negara itu, Indonesia juga mengekspor ke AS, Australia, Malaysia dan Timur Tengah.

Kebutuhan global atas edamane sekitar 100 ribu ton pertahun. Produsen edamame di Jawa Timur yaitu anak perusahaan PTPN X sanggup memproduksi 7.900 ton rata-rata pertahun. Dari jumlah ini 68 % dialokasikan untuk pasar global, sedangkan 32 % dipasok untuk pasar domestik. Meskipun ceruknya masih kecil di pasar Eropa, produsen edamame di Jawa Tengah sanggup mengekspor sekitar 280-300 ton setiap tahunnya.

Pasar Indonesia juga mulai menyukai. Mereka mulai makan edamame yang direndam air garam sebelum direbus untuk cemilan, diolah menjadi kue atau penganan lainnya. Meskipun dijual cukup mahal yaitu 30-35 ribu rupiah perkilogram, produsen edamame mencatat peningkatan minat pasar domestik sekitar 20-25 % setiap tahunnya.

Komersial Sejak Zaman Edo

Hal yang membuat orang Jepang tergila-gila pada edamame adalah, cemilan ini menyehatkan. Kita tahu orang Jepang terobsesi soal kesehatan dan makan makanan yang sehat seperti sushi, tahu dan ramen. Edamame mudah jadi makanan keempat yang menyehatkan karena mengandung gizi lengkap mulai dari protein, lemak sehat, karbohidrat, folat, vitamin A, B, C, E dan K, mineral, zat besi, kalium, zinc sampai magnesium.

Kedelai diperkenalkan di Jepang pada periode Yayoi (200-250 SM). Kedelai fermentasi seperti miso, kecap dan natto berasal dari Dinasti Tang di Cina dan dibawa ke Jepang pada periode Yamato (300 -710) dan periode Nara (710-794) Tiga fermentasi kedelai itu akhirnya menjadi tulang punggung masakan tradisional Jepang.

Kebiasaan makan kedelai sayur dicatat oleh arsip kekaisaran pada periode Heian (794-1185) dan mulai menjadi komersial pada periode Edo (1603-1868) Pada masa itu disebut makanan cepat saji, karena mereka memegang batang edamame sambil berjalan.

Musim panen edamame di Jepang Selatan adalah Juni sedangkan di Jepang Utara adalah September. Sedangkan musim terbaik untuk menikmati kedelai sayur ini adalah musim panas yaitu Maret-Mei. Edamame mulai dipasangkan dengan sake atau bir dingin pada sekitar tahun 1960-an. Saat itu lemari es mulai banyak dimiliki oleh keluarga Jepang sehingga mereka menyimpannya dalam kulkas.

Jika seorang Jepang menghabiskan waktu di izakaya (semacam pub atau kafe untuk minum sake) saat musim panas, maka teman sempurna untuk sake dingin dipastikan adalah edamane. Di kafe tersebut mereka mengabaikan tsukemono (sayur asam), eihire (sirip ikan pari kering) atau ayam goreng nankotsu. (K-CD)