Kereta Laluan Monorail bekerja hampir seperti biasa di Kuala Lumpur, pada akhir pekan Sabtu dan Minggu (21-22 Maret 2020). Operasinya mulai jam 06.00 pagi hingga 19.00 petang. Di Stasiun Air Asia Bukit Bintang yang berada dekat Pavilion, tempat belanja paling ikonik di KL, kereta itu datang dan pergi tiap 15 menit. Namun, hanya segelintir orang yang naik-turun di gerbong kereta berkapasitas 300 orang, yang meluncur di atas jalur layang (elevated track) itu.
Untuk akhir pekan, Pemerintah Malaysia memang melongarkan kebijakan lockdown-nya. Tak hanya Laluan Monorail KL yang melintasi kawasan bisnis dan wisata, wahana LRT (long rapid transport) Kelana Jala Line dan Kereta listrik MRT (mass rapid transport) Sungai Buloh--Kajang pun melayani warga dari pagi sampai petang. Begitu halnya bus kota, bus antarkota, taksi, dan taksi online. Tapi, kondisinya sama saja, sepi penumpang.
The Pavilion sepi pengunjung. Sebagian counter-nya tutup. Jalan-jalan di sekitar kawasan turis Bukit Bintang sunyi. Sebagian besar restoran, bar, kafe, dan klub malam, tutup. Tak ada lagi suara musik berdentam-dentam dan cahaya lampu yang berpendar-pendar pada pekan, untuk sementara waktu. Badai pandemi Covid-19 telah mendorong warga KL mengisolasi diri di rumah masing-masing.
Kebijakan lockdown telah diputuskan oleh PM Muhiddin Yassin pada seluruh wilayah Malaysia, baik di Tanah Semenanjung maupun Sabah-Sarawak, per 18 Maret lalu. Kebijakan itu akan diberlakukan sampai 31 Maret nanti. Sekolah-sekolah dan kampus diliburkan. Pasar, mal, dan tempat perdagangan umum ditutup. Kantor-kantor pemerintah dan swasta beroperasi secara terbatas, dan pekerjaan dinas diminta dikerjakan di rumah (work from home).
Yang bekerja secara reguler hanya mereka yang ikut dalam pelayanan publik, seperti polisi, tentara, dokter, petugas medis, petugas kebersihan, dan mereka yang bertanggung jawab pada urusan public utility. Beberapa mini market, toko kelontong, rumah makan, dan gerai fast food seperti McDonald serta KFC masih buka, dan melayani pelanggan take away.
Pada hari biasa, di luar weekend, transportasi publik hanya beroperasi dua jam di pagi hari dan dua jam lainnya di sore hari. Hasilnya memang tampak kasat mata. Bukan di hanya KL, di Kota Putra Jaya, Subang Jaya, Damansara, Malaka, Johor Baru, Penang, dan Kuching (Sarawak), serta Kinabalu City di Sabah, pun tampak lengang. Kerumunan orang susut drastis.
Pemerintah Malaysia pun mendorong seluruh warganya melakukan social distancing. Satu sama lain mengambil jarak aman dalam melakukan kontak, supaya peluang penularan langsung dari orang ke orang dapat ditekan. Di gerai McDonald jarak antrean satu meter, dan pembeli diminta menyantap makanannya di rumah masing-masing. Bioskop ditutup.
Pesta-pesta ditunda, meeting dibatasi, dan ritual keagamaan dilakukan di rumah. Event budaya dan olah raga ditiadakan. Pemerintah Malaysia menyerukan supaya ibadah salat Jumat diganti dengan salat Zuhur di rumah masing-masing. Masjid, gereja, dan vihara ditutup.
Kebijakan lockdown itu diambil setelah ledakan Covid-19 dianggap sudah melewati garis kuning dan bergerak ke zona merah. Pada hari Sabtu 21 Maret lalu, jumlah pasien positif Covid-19 di seluruh Malaysia mencapai 1.030 orang, empat kali lipat dari sepekan sebelumnya. Namun, Malaysia dapat menekan angka kematian pada tiga kasus saja.
Langkah lockdown tentu tidak serta-merta bisa menurunkan angka kejangkitan infeksi virus corona mutan ini. Sebagian pasien yang positif menderita Covid-19, di tengah suasana lockdown itu, sudah tertular setidaknya sepekan sebelumnya. Hasil lockdown yang disertai pengaturan social distancing itu tentu tak serta-merta bisa terlihat, namun diharapkan akan tampak pada beberapa pekan ke depan.
Untuk memastikan kebijakan lockdown itu dapat berjalan, Pemerintah Malaysia mengerahkan polisi dan tentaranya. Mereka membubarkan kerumunan-kerumunan dan menanyai orang yang lalu-lalang di jalan. Warga harus punya urusan jelas untuk melenggang di jalan raya.
Seluruh bandara dan pelabuhan laut di Malaysia beroperasi secara terbatas. Namun, penerbangan dari dan ke Malaysia semakin sulit selama masa darurat Covid-19. Secara umum, tamu asing tak diizinkan masuk ke Malaysia, kecuali ada tugas yang tergolong esensial. Para warga Malaysia yang datang dari luar negeri diminta mengisolasi diri 14 hari. Semua dilakukan atas nama hukum Malaysia’s Movement Control Order.
Tiket Gratis Masuk Pulau Sentosa
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Tatkala kota-kota di Malaysia menutup pintu, Singapura terus bertahan dalam keadaan biasa. Transportasi publik tetap beroperasi seperti biasa. Taksi dan taksi online tersedia. Semuanya diupayakan berjalan normal. Kantor-kantor bisnis, kantor pemerintah buka seperti biasa, meski sejumlah karyawan bekerja secara online dari rumah masing-masing. Industri berjalan secara normal, aktivitas di pelabuhan tak terganggu, bahkan bioskop pun boleh membuka layarnya.
Mal-mal buka. Bahkan Pulau Sentosa menggoda pelancong dengan gratis biaya akses masuk pulau wisata itu. Targetnya, anak-anak sekolah yang sedang liburan reguler bisa menikmati fasilitas yang ada, termasuk berbagai wahana yang tersedia dalam The Universal Studios di sana.
Wabah Covid-19 bukannya tidak berjangkit di Singapura. Sampai akhir pekan lalu, tercatat ada 385 kasus infeksi Covid-19 di Pulau berpenduduk 5,7 juta jiwa, yang 1,7 juta di antaranya adalah warga asing yang mendapat status PR (permanent resident) dan penduduk non-resident. Angka kematian dua orang. Ketersediaan layanan medis yang tergolong premium membuat Pemerintah Singapura percaya diri untuk tidak melakukan kebijakan lockdown.
Namun, tidak berarti Singapura tidak melakukan tindakan pencegahan. Jembatan Singapura-Johor ditutup sejak 20 Maret hingga 31 Maret nanti. Warga asing tidak boleh masuk, kecuali yang punya urusan penting di Singapura, dalam kondisi sehat, dan mau menjalani karantina selama 14 hari. Hal yang sama juga diberlakukan bagi tamu yang datang melalui jalur udara dan laut.
Kewaspadaan juga tampak di hampir semua gedung perkantoran dan bisnis di Singapura. Mereka yang datang, tanpa kecuali, harus melewati pemeriksaan thermal scanner. Mereka yang terkena demam, harus segera diperiksa. Sejauh ini, tak ada rencana lockdown di Singapapura.
Tidak berarti semua berjalan normal. Sopir taksi mengeluh karena penumpang berkurang. Tamu-tamu hotel menurun, pengunjung mal, kafe, dan tempat perniagaan berkurang. Orchard Road tak seramai biasanya.
Maju Mundur
Bagi Perdana Menteri Scott Morrison, peristiwa di Pantai Bondi, Sidney, Sabtu 21 Maret lalu adalah insiden serius. Di pantai wisata itu, sekitar 500 orang berkerumun di atas pasir putih di pesisir yang memang turistik itu. Bagi PM Morrison, kerumunan massa yang umumnya anak muda itu merupakan pelanggaran serius atas protokol kesehatan masyarakat terkait wabah Covid-19. Pantai Bondi ditutup esok harinya.
Pelanggaran itu, menurut PM Morrison, adalah ‘’peringatan” agar pemerintah mengambil tindakan yang lebih serius terkait pandemi Covid-19. Peringatan PM Australia itu mengisyaratkan bahwa kebijakan lockdown bukan hal yang mustahil untuk diambil dalam waktu dekat. Selama dua pekan terakhir, wacana lockdown telah bergulir di Australia. Tentu, ada pro dan kontra. Pemerintah pun terkesan maju mundur untuk mengambil tindakan.
Yang dilakukan Pemerintah Australia adalah menutup pintu pagarnya. Pelancong untuk sementara waktu tak diizinkan memasuki wilayah Australia, meski telah mengantungi visa kunjungan. Bandara Australia hanya akan membuka pintu masuk bagi warga negara atau permanen resident yang pulang dari perjalanan keluar negeri. Permanen resident yang tinggal di luar Australia, diwajibkan menjalani isolasi mandiri selama 14 hari bila masuk wilayah negeri kanguru itu.
Warga negara Australia pun dilarang meninggalkan negaranya, kecuali ada keperluan yang esensial. Yang nekat, akan dicegat di bandara. Ketentuan ini berlaku per 21 Maret 2020, sampai waktu yang tak ditentukan.
Namun, sejauh ini langkah lockdown belum diambil. Yang dilaksanakan baru sebatas protokol social distancing. Keramaian dilarang, baik untuk kegiatan budaya, keagamaan, atau olah raga. Restoran, bar, gedung bioskop, dan klub malam, ditutup. Namun, kegiatan yang dianggap memberikan pelayanan esensial, seperti rumah makan cepat saji dan kantin yang menyediakan layanan take away diizinkan buka. Toko sembako, minimarket, dan supermarket tetap beroperasi. Pabrik-pabrik terus berjalan.
Transportasi publik bisa berjalan seperti biasa untuk perjalanan domestik. Namun, ada isyarat kuat bahwa perjalanan lintas negara bagian akan segera dibatasi. Bahkan, lockdown di kawasan tertentu kemungkinan akan diberlakukan. Pasalnya, dalam sepekan terjadi lonjakan penderita infeksi Covid-19 ini. Bahkan, dalam dua hari terakhir pekan lalu ada kenaikan dari 873 pasien menjadi lebih dari seribu orang.
Tentu, situasi darurat Covid-19 itu memberikan pukulan sendiri bagi masyarakat. Pemerintah pun memberikan stimulus bantuan bagi usaha kecil, menaikkan nilai tunjangan sosial bagi para pencari kerja (korban PHK), dan perusahaan penerbangan.
Dengan semakin meningkatnya korban virus SARS COV-2 itu, kini PM Scott Morrison pun menghadapi tekanan publik untuk mengambil tindakan yang lebih ketat, termasuk lockdown. Tapi, risiko sosial ekonomi ke arah lockdown juga disadari bukan urusan sepele.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur Bahasa : Ratna Nuraini