Indonesia.go.id - Kemampuan Mutasi yang Lambat

Kemampuan Mutasi yang Lambat

  • Administrator
  • Kamis, 2 April 2020 | 00:33 WIB
COVID-19
  Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menunjukkan hasil tes cepat (rapid test) pendektesian COVID-19 kepada orang dalam pengawasan (ODP) di Bogor, Jawa Barat, Minggu (22/3/2020). Tes tersebut diperuntukan bagi peserta Seminar Anti Riba yang berlangsung di Babakan Madang Kabupaten Bogor pada 25-28 Februari 2020, dimana dua orang peserta seminar tersebut meninggal dunia di Solo Jawa Tengah akibat COVID-19. Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Dibandingkan virus flu biasa, virus penyebab Covid-19 bermutasi dengan sangat lambat. Sehingga orang punya waktu dan kemampuan untuk menghadapinya dengan menciptakan vaksin.

Peter Kolchinsky, investor bioteknologi sekaligus ilmuwan dari Boston, AS, telah menulis sebuah artikel yang dia beri judul "Ending Covid". Jika dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya "Mengakhiri Covid". Tulisan Kolchinksy yang dimuat di dalam website www.city-journal.org pada 31 Maret 2020 ini mencoba menjernihkan berbagai spekulasi dan mitos yang mengatakan bahwa virus corona baru mempunyai kemampuan bermutasi yang cepat layaknya virus flu pada umumnya. 

Padahal, SARS COV-2 itu jelas berbeda dengan varian virus flu biasa, demikian tegas Kolchinsky. Secara fundamental virus penyebab Covid-19 punya karakteristik yang berbeda. Karakteristik itulah yang membuat mutasi Covid-19 jauh lebih lambat ketimbang virus flu. Hal inilah yang akan memberi kesempatan dan waktu yang cukup untuk membuat sebuah vaksin baru yang ampuh dan teruji. 

Kolchinsky mencoba membuat artikel yang mudah dipahami. Sekalipun demikian, jika orang tidak punya pengetahuan sama sekali tentang bioteknologi barangkali agak susah menangkap apa yang dia coba jelaskan. Tulisan ini ingin lebih memudahkan lagi penjelasan Kolschinsky. 

SARS COV-2 adalah virus. Sebagaimana layaknya virus dia bermutasi. Tetapi mutasinya sangat lambat jika dibandingkan dengan virus flu biasa. Kecepatan mutasinya seperti membandingkan pertumbuhan tanaman anggur diadu dengan pertumbuhan kaktus. Yang satu begitu cepat merebak dalam hitungan minggu, yang lain bisa tahunan untuk bisa terlihat beda. 

 

Mutasi Minor

Virus corona yang mulai menjangkiti banyak orang sejak penghujung 2019 itu mempunyai kode genetik yang tersusun dalam satu untaian yang panjang. Sedangkan virus flu biasa kode genetiknya terbagi dalam beberapa bagian yang terpisah-pisah. Jika diibaratkan, SARS COV-2 seperti sebuah selebaran satu halaman sedangkan virus flu biasa adalah brosur berisi delapan halaman. Keduanya dihadapkan pada satu mesin fotokopi dan segera digandakan dalam jumlah yang sangat banyak dalam waktu yang cepat. Tentu kesalahan paling banyak banyak terjadi dalam penggandaan brosur, sedangkan selebaran relatif paling hanya mencong-mencong saja. 

Kesalahan dalam proses penggandaan kode genetik adalah yang menentukan mutasi. Itulah yang membuat virus baru tersebut--walaupun ada beberapa laporan ilmiah mengatakan sudah bermutasi--menurut Kolchinsky, mutasinya cenderung minor dan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Bagaikan sepasang kembar, orang kerap susah membedakannya walaupun secara genetik jelas berbeda. 

 

Vaksin Pasti Jadi

Vaksin bisa diibaratkan seperti selebaran untuk menangkap buronan kriminal. Di dalamnya terdapat petunjuk dengan ciri-ciri jelas dan rinci. Sedangkan virus adalah kriminal yang dicari. Selama kriminal yang buron tampilannya tidak berubah maka sangat mudah untuk membekuknya. Begitulah adanya dengan virus corona baru. Kemampuan mutasinya sangat lambat sehingga seiring berjalannya waktu, wujudnya masih begitu-begitu saja. Mudah ditangkap. 

Laboratorium seluruh dunia sekarang berlomba menguliti SARS COV-2 dan mencoba paling cepat menghasilkan vaksin. Gambaran kasarnya, sekitar satu tahun waktu yang diperlukan untuk membuatnya berada di pasar bebas. Yang pasti menurut Kolchinsky, vaksin pasti akan berhasil dibuat dan mujarab. Sekalipun ada kecenderungan untuk berubah bentuk lagi, orang sudah punya waktu dan kemampuan untuk menghadapinya dan potensi pandemik lainnya masih utama.

Akhir kata, tetaplah menjaga jarak dan diam di rumah dulu untuk sementara. Beri kesempatan agar sistem penangkalan pandemi yang membahayakan umat manusia bisa bekerja dengan seksama. 

 

 

Penulis: Yul Amrozi
Editor : Eri Sutrisno
Redaktur Bahasa : Ratna Nuraini