Kehidupan new normal mulai berdenyut di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Di Kota Bogor dan Bekasi, Senin (8/6/2020), new normal ditandai dengan antrean panjang calon penumpang di stasiun commuter line, sebutan kereta listrik yang menjadi tulang punggung transportasi massal Jabodetabek. Di Jakarta, jalanan mulai macet, akibat kendaraan bermotor yang membeludak, seperti dulu.
Yang berbeda, hampir semua orang di jalan mengenakan masker selama dalam perjalanan maupun di tempat kegiatan masing-masing, yakni di pusat perdagangan, restoran, toko eceran, pasar, kantor swasta, dan pemerintah. Tempat ibadah mulai didatangi jemaah lagi. Dunia sosial media (sosmed) diwarnai dengan berbagai foto dan komentar tentang situasi baru ini.
PSBB yang dimulai sejak awal April lalu mulai dilonggarkan. Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengumumkan, laju penularan Covid-19 di DKI Jakarta kini sudah melandai. Menurut Anies, R nought (R-o), angka penularan efektif, wabah virus corona itu telah turun di bawah 1. “Posisinya sekarang 0,99,” ujarnya kepada pers.
Namun, situasi belum sepenuhnya bisa dianggap aman sentosa. Maka, ketika PSBB tahap 4 usai per 4 Juni lalu, Gubernur DKI memberlakukan PSBB transisi selama dua pekan. Sekolah-sekolah dan kampus masih tutup. Kegiatan belajar-mengajar tetap digelar secara online. Kantor-kantor pemerintah dan swasta, pusat-pusat perniagaan, dan rumah makan, hanya boleh beroperasi 50 persen dari kapasitas normal. Semua orang mengenakan masker. Tempat cuci tangan dan petugas dengan perkakas pemindai suhu badan ada di mana-mana. Mereka yang berusia di atas 45 tahun atau/dan penyandang risiko penyakit bawaan (komorbid) diizinkan work from home (WFH).
Toh, banyak yang menilai masa transisi ini terlalu cepat. Gambaran besar bahwa di Indonesia masih terjadi penularan yang masif tidak bisa disembunyikan. Pada Jumat 5 Juni lalu, misalnya, ada 993 kasus positif baru Covid-19. Itu angka tertinggi sepanjang pandemi akibat virus SARS COV-2 (nama resmi virus Covid-19) yang mengamuk sejak awal Maret lalu. Sepekan terakhir (31 Mei-7 Juni) ada penambahan 4.713 orang terkonfirmasi Covid-19. Rata-rata 673 orang per hari. R-O nasional di awal Juni masih sekitar 1,3.
Namun, dengan luas wilayah daratan hampir 2 juta km2, dengan 17 ribu pulau, pengendalian penyakit menular tentu tak harus dilakukan secara seragam di semua tempat. Intensitas pandeminya sendiri tak merata di semua daerah. Memang, wabah ini telah menerobos ke 422 kabupaten kota di 34 provinsi di Indonesia. Namun, setidaknya ada 96 kabupaten kota yang masih bebas dari paparan wabah.
UMKM Terengah-engah
Tidak semua kabupaten dan kota harus mengalami serangan wabah yang sengit. Banyak daerah yang pernah diterjang Covid-19 mulai pulih, setelah pasien yang positif dirawat , diisolasi, dan tidak banyak lagi ada penularan baru. Bahkan, di tengah hantaman keras Covid-19 di Jawa Timur, utamanya di Surabaya dan wilayah sekitarnya, beberapa daerah masih bisa bertahan di zona kuning.
Untuk menggambarkan kondisi beragam pada berbagai daerah, pemerintah menyematkan kode-kode warna, yakni merah, orange, kuning, dan hijau. Ada 15 indikator yang digunakan untuk memutuskan daerah masuk dalam kategorisasi warna apa. Yaitu mulai dari laju penambahan (atau penurunan) pasien positif Covid-19, orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), jumlah kematian, angka kesembuhan, persentase orang positif terpapar virus dalam populasi ODP dan PDP yang didiagnosis (secara molekuler), hingga sarana kesehatan yang ada di daerah tersebut.
Secara umum, yang terberat ialah zona merah, yang berciri R-nought di atas satu. Penularan masih tak terkendali sehingga di wilayah tersebut harus dilakukan PSBB. Orange berarti serangan sedang, secara aktual R-nought-nya di atas satu, tapi dalam jangka beberapa minggu menunjukkan tren menurun. Zona kuning serangannya virus ringan, terkendali dengan R nought di bawah 1. Adapun zona hijau ditandai dengan R-o sudah menjauh dari satu dan menuju ke nol. Pasien positif Covid-19 pun semakin jarang ditemukan.
Fakta adanya perbedaan kondisi wabah itu yang membuat pemerintah mendorong masa transisi, yang ditandai dengan pelonggaran PSBB. Situasi karantina sosial berskala berat memang tak dapat berlarut-larut. Kondisi perekonomian sudah semakin berat. Maka, selepas Hari Raya Idulfitri silam, pemerintah gencar mengampanyekan cara hidup “new normal”, untuk menyongsong pelonggaran PSBB. Tagline hidup produktif secara aman pun digemakan.
Pertumbuhan ekonomi nasional kuartal 1 hanya 2,97 persen, dan diperkirakan akan merosot di kuartal 2. Industri, perdagangan, jasa keuangan, dan banyak kegiatan ekonomi merosot. Perekonomian rakyat yang bertumpu pada sektor informal dan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), yang menampung 95 persen angkatan kerja Indonesia, sudah terengah-engah bahkan kolaps. Sekitar 85 persen penduduk merasa penghasilannya anjlok, menurut survei Indikator Politik di akhir Mei 2020. Tak heran, menurut survei ini pula, tingkat kepuasan warga kepada Presiden Joko Widodo dan pemerintah menyusut.
Zona Kuning
Profesor dokter Pratiwi Sudharmono, Kepala Lab Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UI, mengakui bahwa serbuan Covid-19 sudah mulai melandai, dan R-o sudah di bawah satu. Namun, dalam Webinar, Senin (8/6/2020) sore, dia mewanti-wanti karena angkanya masih terus berfluktuasi naik turun di angka 0,9. Profesor Pratiwi yang aktif di Gugus Tugas Nasional Covid-19 ini pun sebetulnya tidak berharap DKI merelaksasi PSBB secepat ini. Perlu dua pekan, tren penurunan itu berjalan konsisten.
Namun, Pemprov DKI Jakarta tampaknya juga tidak bisa menutup portal ekonomi lebih lama. Gubernur Anies Baswedan pun memperingatkan, bila angka penularan naik tak terkendali, PSBB yang ketat akan dikenakan kembali. Sejalan dengan pelonggaran di DKI, begitu juga di Kota Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, dan Kota Depok.
Kota Bandung sudah melonggarkan PSBB-nya sepekan sebelumnya. Seperti Jakarta, kantor-kantor dan tempat niaga mulai beroperasi dengan kapasitas terbatas. Namun, per 1 Juni ada 15 kabupaten kota di Jawa Barat yang telah memberlakukan new normal, yakni kehidupan normal tapi tetap dengan masker, jaga jarak antarsesama dan cuci tangan sesering mungkin.
Daftar kabupaten kota yang melonggarkan pelaksanaan PSBB agaknya bakal terus bertambah panjang. Di Sumatra Barat, setelah Kota Padang melonggarkan PSBB, beberapa kabupaten kota akan mengikuti dalam waktu dekat ini.
Gugus Tugas Nasional Covid-19 secara resmi mengumumkan bahwa per 7 Juni 2020 ada 136 kabupaten kota yang dinyatakan sebagai zona kuning, dengan risiko paparan rendah. ‘’Datanya akan kami update setiap minggu,’’ kata dokter Dewi Nur Aisyah, anggota Dewan Pakar di Gugus Tugas Covid-19.
Zona kuning ini tersebar di 28 provinsi. Beberapa ibu kota provinsi juga sudah menjadi zona kuning seperti di Banda Aceh, Kota Jambi, Kota Tanjungpinang, Mamuju, dan Palu.
Meski sempat menjadi episentrum pandemi, tidak semua wilayah di Pulau Jawa tergolong zona rawan. Gugus Tugas Covid-19 memetakan, kini sudah ada 11 kabupaten kota di Jawa Barat yang termasuk zona kuning, dan itu di luar Bogor, Depok, dan Bekasi yang sudah menjalani relaksasi PSBB pekan ini. Di Jawa Tengah, ada 10 kabupaten kota yang dinyatakan sebagai zona kuning, dan di Jawa Timur tercatat empat dari 38 kabupaten kota masih bertahan di zona kuning.
Situasi akan berlangsung dinamis. Ada daerah kuning yang bersinggungan dengan zona merah, dan tak mustahil terjadi transmisi virus antarwilayah. Maka, Profesor Pratiwi Sudharmono terus mewanti-wanti supaya pemerintah daerah terus waspada. ‘’Kita baru kenal virus ini lima bulan, belum banyaklah yang kita ketahui,’’ ujarnya.
Namun, Profesor Pratiwi mengajak semua pihak untuk tak terlalu panik. Angka kematian akibat virus ini di Indonesia sekitar 6 persen dari pasien yang terinfeksi. Di Eropa angka kematiannya relatif lebih tinggi. Di Belgia 16,2 persen, Prancis 15,5 persen, dan Italia 14,4 persen. Di Amerika Serikat 5,7 persen, India 2,8 persen, dan di Singapura dengan kasus Covid-19 di atas 35 ribu angka kematiannya hanya 0,07 persen.
‘’Covid-19 tak seganas virus Ebola, SARS COV-1, dan flu burung,’’ ujar Profesor Pratiwi Sidharmono. Potensi penularannya pun tak semassal penyakit campak yang bisa memberikan R-nought 16, jadi satu pasien bisa menularkan ke 16 orang lainnya. Namun, meski R-o di Indonesia hanya menunjukkan R-o-nya pada kisaran dua atau tiga. Namun situasinya bisa gawat kalau tak dikelola secara sungguh-sungguh. Dari 1.000 pasien positif Covid-19 dengan R-o sebesar 2 saja, katanya, dalam 60 hari akan menjadi 10.000 ribu.
Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini