Indonesia.go.id - Tes PCR sebagai Kunci Menekan Penularan

Tes PCR sebagai Kunci Menekan Penularan

  • Administrator
  • Minggu, 19 Juli 2020 | 01:48 WIB
PANDEMI COVID-19
  Petugas mengambil sampel cairan dari hidung dan tenggorokan pedagang saat mengikuti swab test di Pasar Pagi, Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (11/6/2020). Presiden Jokowi menargetkan pemeriksaan spesimen tes PCR (polymerase chain reaction) COVID-19 mencapai 20 ribu per hari. Foto: ANTARA FOTO/Anindira Kintara/Lmo

Angka kematian akibat gempuran virus SARS COV-2 masih sangat tinggi. Tes polymerase chain reaction (PCR) dengan prioritas khusus memegang peranan penting.

Hampir 13,3 juta orang terinfeksi, 188 negara terpapar, dan lebih dari 577 ribu jiwa meregang nyawa hingga Rabu (15/7/2020). Pandemi Covid-19 masih terus menebar ancaman ke seluruh dunia dengan persentase kematian rata-rata 4,3 persen. Belum ada tanda-tanda serangan akan mereda.

Laporan harian Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menunjukkan, pada pekan kedua Juli 2020 kasus baru Covid-19 dapat menyentuh angka 220.000 per hari, meski kemudian menciut ke posisi di bawah 200.000. Namun, perkembangan itu jelas mengkhawatirkan, mengingat pada awal Juni pertambahan kasus positif Covid-19 masih dapat tertahan di 120.000 kasus per hari. Berita baiknya, sekitar 7,4 juta pasien Covid-19 telah sembuh.

Amerika Serikat (AS) tercatat sebagai negara dengan serangan pandemi paling parah. Pada kanal maps & trends di laman Johns Hopkins yang khusus menyoroti Covid-19 disebutkan bahwa 3,4 juta warga AS telah terpapar dengan angka korban meninggal sekitar 136 ribu, Rabu (15/7/2020)

Di Amerika, upaya deteksi (surveilance) atas kejangkitan Covid-19 telah dilakukan atas 41,7 juta warga, yang tersebar di wilayah seluas 9,83 km2 (hampir lima kali daratan Indonesia). Dengan kasus positif 3,4 juta berarti positivity rate-nya sekitar 8,1 persen, hanya sedikit lebih tinggi dari Indonesia.

Angka serangan yang tinggi juga tercatat di negeri samba Brazil. Dengan 204,5 juta warga yang tersebar di wilayah yang luasnya 8,4 juta km2 (4,2 kali daratan Indonesia), angka kematian di sana akibat Covid-19 mencapai lebih dari 74 ribu kasus, dari 1,9 juta orang yang terinfeksi.

Tingkat kematian terbesar berikutnya ditemukan di Inggris. Di negara dengan luas wilayah 130.395 km2 dan populasi 53.013.000 penduduk itu, terjadi 45.053 kasus kematian di antara total 292.931 penderita Covid-19.

Bagaimana dengan Indonesia? Dari data dashboard yang ditunjukkan laman itu per Rabu (15/7/2020), Indonesia berada pada urutan ke-25 dengan korban meninggal akibat terinfeksi SARS COV-2 sebanyak 3.710 jiwa. Jumlah kematian itu terjadi di antara total 78.572 kasus infeksi.

Berdasarkan informasi yang disampaikan Gugus Tugas  Percepatan Penanganan Covid-19, pada Selasa (14/7/2020), melalui juru bicara resminya, Kolonel dr Achmad Yurianto, per hari itu ada penambahan sebanyak 1.592 kasus terkonfirmasi positif. Angka ini diperoleh dari pemeriksaan atas 23.001 spesimen. Hingga kini, total sudah sebanyak 1.097.468 spesimen diperiksa. “Tercatat 947 pasien sembuh dari Covid-19 hari ini. Sehingga total kasus sembuh per 14 Juli ada sebanyak 37.636 pasien,” tuturnya.

Hingga 14 Juli, pemeriksaan spesimen itu dilakukan pada sekitar 700 ribu. Karena ada sebagian yang harus diperiksa lebih dari dua kali, untuk memantau kesembuhannya, maka total spesimen yang diperiksa bisa mencapai 1,09 juta. Namun, dengan pemeriksaan atas 700.000 orang itu, Indonesia sudah melampaui harapan WHO dengan mencatat surveilance rate 2,5 per 1.000 penduduk. WHO sendiri mensyaratkan 1 per 1.000 penduduk.

 

Tingkatkan Target PCR

Terkait kondisi di dalam negeri, beragam upaya telah dilakukan demi menekan laju penularan virus dan menekan mortality rate. Dimulai dari memberlakukan berbagai protokol terkait antisipasi penularan virus penyebab Covid-19, hingga melakukan inovasi di bidang medis dan menggelar beragam penelitian demi menemukan obat, vaksin, dan alat-alat penunjang kesehatan dan perawatan pasien Covid-19.

Salah satunya yang terus digenjot adalah meningkatkan kemampuan proses deteksi keterjangkitan. Setelah sebelumnya Presiden Joko Widodo menargetkan pelaksanaan tes Covid-19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR) sebanyak 10 ribu spesimen per hari, pada akhir Juni 2020 pun target itu dikerek hingga 100 persen.

"Saya harapkan target berikutnya, ke depan adalah 20.000 per hari. Ini harus mulai kita rancang menuju ke sana," kata Jokowi, ketika itu.

Jelang medio Juli 2020, target deteksi Covid-19 melalui tes kembali dinaikkan. Presiden meminta jajarannya agar terus meningkatkan pelacakan dan tes demi menemukan kasus Covid-19 di tengah masyarakat. Kali ini, Jokowi memasang target 30.000 tes per hari.

"Kita harapkan nantinya target sesuai yang saya sampaikan bisa tercapai, 30.000 (spesimen per hari)," kata Presiden saat membuka rapat terbatas percepatan penanganan dampak pandemi Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/7/2020).

Tes masif itu sendiri diharapkan dapat dilakukan khususnya di tujuh provinsi dengan angka penularan yang masih tinggi. Yakni, di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, dan Papua.

Gencarnya pelaksanaan tes PCR memang dinilai banyak pihak perlu dilakukan. Termasuk, oleh WHO. Bahkan WHO secara khusus dalam dalam laporan terbarunya untuk Indonesia mengingatkan, perlunya dilakukan deteksi pada mereka yang dicurigai tertular Covid-19. Hal itu seiring dengan angka kematian pada PDP (suspek) dan ODP (probabel) yang tergolong 'sangat tinggi'.

"Indonesia memiliki jumlah kematian yang sangat tinggi pada PDP dan ODP. Oleh karena itu, tes PCR harus diprioritaskan untuk dugaan kasus (PDP dan ODP), daripada untuk tes tindak lanjut pada pasien yang akan dipulangkan," tulis WHO dalam laporan terbarunya untuk Indonesia.

Sebelumnya, WHO sendiri telah memperbarui pedoman manajemen klinis untuk Covid-19, yang diterbitkan pada 27 Mei. Pedoman itu merevisi kriteria pasien sembuh Covid-19. Di mana disebutkan, bagi pasien kasus konfirmasi Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, tidak lagi diperlukan tes PCR negatif dua kali berturut-turut.

"Jika pedoman ini diadopsi di seluruh negeri, maka prioritas PCR dapat meningkatkan diagnosis pada dugaan kasus Covid-19," pungkas WHO. Bila orang yang terpapar Covid-19 lebih cepat ditemukan, akan lebih cepat pula untuk dirawat dan diisolasi. Dengan begitu, potensi penularannya bisa ditekan.

 

 

Penulis: Ratna Nuraini
Editor: Putut Tri Husodo/Elvira Inda Sari