Indonesia.go.id - Ada Geliat Ekonomi di Bulan Juni

Ada Geliat Ekonomi di Bulan Juni

  • Administrator
  • Senin, 20 Juli 2020 | 01:26 WIB
EKSPOR-IMPOR
  Sebuah kapal bermuatan peti kemas melakukan peran pemanduan oleh kapal tunda saat akan bersandar di Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (24/6/2020). Menurut Menteri Perdagangan Agus Suparmanto kinerja ekspor impor berjalan baik . Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Setelah dua bulan berturut-turut merosot akibat pandemi Covid-19, kinerja ekspor Indonesia mulai menunjukkan pemulihan. Industri pengolahan hanya terkoreksi 0,41 persen pada semester 1/2020.

Setelah dua bulan berturut-turut denyut perekonomian Indonesia seperti sesak nafas, ada geliat baru pada Juni 2020. Neraca perdagangan mulai mengembang kembali. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Rabu (15/7/2020) menunjukkan, terjadi kenaikan ekspor dan impor yang signifikan bersamaan dengan dimulainya transisi menuju adaptasi kehidupan baru pada Juni.

Kenaikan volume neraca perdagangan itu mengindikasikan adanya peningkatan industri. Arus ekspor barang industri terungkit naik, dan impor bahan baku dan penolong juga terkerek. Roda pabrik mulai berputar menuju kecepatan normal.

Laporan terbaru BPS itu menyebutkan, kinerja ekspor Juni mencatat kenaikan sebesar 15,09 persen menjadi USD12,03 miliar. Kenaikan ini membuat neraca perdagangan meraih surplus sebesar USD1,27 miliar. Setelah mencatat pertumbuhan negatif selama dua bulan, lonjakan pada Juni itu memberikan optimistis baru, bahwa kinerja ekonomi akan segera pulih.

Secara kumulatif dalam satu semester Januari-Juni 2020, nilai ekspor Indonesia mencapai USD76,41 miliar. Turun 5,49 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019. Namun, bila ekspor migas dipisahkan, ekspor nonmigas hanya turun 0,41 persen. Apapun impor pada semester I/2020 tercatat USD70,91 miliar. Ada surplus USD5,50 miliar.

Khusus untuk impor bahan baku/penolong, menurut laporan BPS, mencapai USD52,73 miliar selama Januari-Juni 2020. Merosot dari posisi USD62,04 miliar yang tercatat di semester 1/2019.

Secara umum, laporan BPS itu menunjukkan bahwa dunia industri tak terjerembab telak, terutama di sektor industri pengolahan. Ditambah dengan geliat pada Juni itu, bangkitnya optimistis sepertinya cukup beralasan.

 

Membesarkan Hati

Hasil positif di bulan Juni, dan daya tahan industri pengolahan (nonmigas) tentu membesarkan hati. Menurut data BPS, sebagian besar dari 10 komoditas unggulan Indonesia ternyata membukukan kinerja ekspor yang cukup kuat di tengah terpaan badai Covid-19 ini. Yang tergolong cukup tangguh di masa sulit itu adalah industri lemak dan minyak hewan/nabati, mesin dan perlengkapan elektrik, karet dan barang dari karet, mesin dan peralatan mekanis, bijih terak (leburan logam), dan abu logam.

Industri andalan yang lain, seperti produk besi dan baja, pulp, bahan kimia anorganik, pupuk, biji dan buah mengandung minyak, mengalami penurunan ekspor. Dari segi nilai, peran 10 komoditas tersebut berkontribusi sekitar 35,31% dari total ekspor keseluruhan.

Berkaitan dengan kinerja ekspor industri, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan keterkejutannnya. “Saya suprise dengan kinerja ekspor industri pengolahan. Seperti diketahui, industri kita sering disebut dalam tekanan karena pandemi. Namun, di luar dugaan kinerja ekspor tak selambat yang diperkirakan.”

Daya tahan sejumlah industri itu juga membuka harapan baru, bahwa pemerintah bersama swasta harus memperkuat kemampuan industri manufaktur nasional. Beberapa langkah di antaranya adalah dengan mulai mengurangi ketergantungan impor bahan baku penolong hingga meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.

Sebagaimana yang disampaikan berulang kali oleh Presiden Joko Widodo, sektor manufaktur akan dijadikan tulang punggung perekonomian maka sedini mungkin penguatan harus dilakukan. Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juni 2020 menjadi 39,1, naik signifikan dibandingkan dengan Mei yang masih pada kisaran 28,6. Itu menandakan mulai pulihnya sektor industri manufaktur nasional. Meski angka PMI tersebut masih di bawah angka 50 yang menandakan adanya ekspansi usaha.

Dalam laporannya IHS Markit menyebutkan indeks output masa depan, tolok ukur, dan sentimen bisnis melonjak ke angka 73% pada Juni 2020. Angka ini merupakan yang tertinggi selama 5 bulan terakhir.

Artinya, sudah mulai meningkat kepercayaan industriawan. Namun di tengah kondisi wabah pendemi ini yang belum tampak tanda-tanda melandai, semua pemangku kepentingan saling bergandeng tangan dan bekerja sama untuk menangani kondisi pandemi Covid-19 secara serius.

Kita tentu mengharapkan angka-angka pasien positif dapat terkendali dengan baik termasuk juga penanganan pasien positif. Aktivitas ekonomi harus didorong tanpa melupakan pentingnya keselamatan masyarakat. Di sisi lain, kedisiplinan masyarakat dalam menjaga protokol kesehatan juga sangat diharapkan agar kegiatan ekonomi dapat terus bergerak.

Tantangan ekonomi nasional dalam setahun ini masih panjang. Pencapaian sepanjang Juni harus menjadi penyemangat semua pihak untuk terus bergerak. Dukungan yang nyata dari pemerintah kepada pelaku usaha, baik berupa kucuran stimulus hingga memaksimalkan penyerapan produk hasil produksi dalam negeri, harapannya bisa segera memulihkan kinerja dagang dan ekonomi.

 

 

 

Penulis: Firman Hidranto
Editor: Putut Tri Husodo/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini