Indonesia.go.id - Sigale-gale Carnival Bukti Kekayaan Budaya Batak

Sigale-gale Carnival Bukti Kekayaan Budaya Batak

  • Administrator
  • Kamis, 13 Juni 2019 | 17:00 WIB
KEBUDAYAAN
  Perhelatan budaya Sigale-gale Carnival di Tuktuk Siadong, Sabtu (8/6/2019). Foto: IndonesiaGOID/Dedy Hutajulu

Sigale-gale pun diamanahkan sebagai kado bagi perempuan yang meninggal tanpa mewariskan anak laki-laki.

Memanfaatkan momentum libur lebaran, Pemerintah Kabupaten Samosir menggelar perhelatan budaya akbar bernama Sigale-gale Carnival 2019. Event ini dilangsungkan di sepanjang Jalan Tuktuk Siadong, Pulau Samosir, Sabtu (8/6/2019) kemarin. Even besar ini mengangkat tajuk "The Beauty of Ulos".

Sesuai tema yang mengangkat keadiluhungan kain ulos, para pengunjung disuguhi beragam kegiatan budaya yang didominasi dengan ulos, seperti manortor (menari), fesyen show berbahan ulos, atraksi Sigale-gale, dan penampilan epos Nai Manggale, atraksi Marching Band Taganing, lomba menghias orang-orangan sawah, dan lomba becak hias wisata. Tak ayal, event ini merupakan fesyen Ulos terbesar dan pertama kalinya di Kawasan Danau Toba dan dimeriahkan oleh rancangan desainer-desainer terkenal dari Jember Fesyen Carnaval.

Perhelatan budaya serupa magnet yang mampu menarik perhatian banyak orang. Ribuan pengunjung memadati jalanan Tuktuk Siadong. Mereka tak lain para wisatawan baik lokal, nasional maupun mancanegara. Perhelatan budaya ini bahkan melibatkan ratusan anak muda untuk manortor dan memainkan atraksi Sigale-gale. Tabuhan Gondang Sabangunan, alat musik tradisional Batak beserta suara ratapan sarune (sejenis seruling) mengiringi adegan-demi adegan penampilan epos Nai Manggale maupun atraksi Sigale-gale manortor.

Kali ini, baik penampilan epos Nai Manggale maupun Sigale-gale, sama sekali tidak memakai unsur mistis. Sigale-gale digerakkan dengan tali yang diikat pada tiap simpul-simpul tubuh boneka kayu itu agar bisa bergerak. Akan tetapi, lewat atraksi tersebut, para pengunjung bisa menangkap seperti apa kisah dua legenda masyarakat Toba itu berawal.

Epos Nai Manggale

Ada beberapa versi yang berkembang soal Epos Nai Manggale. Namun satu versi menyebut epos ini berkisah soal peran tiga orang Batak yang berhasil menciptakan sosok Nai Manggale, seorang perempuan cantik dari batang kayu yang dipahat di tengah hutan. Datu (dukun) Panggana berperan mengukir patung perempuan dari kayu, Baoa Partiga-tiga (lelaki saudagar) kemudian mempercantik patung itu dengan sejumlah perhiasan, dan Datu Partoar (penawari) yang meniupkan roh kehidupan sehingga patung yang diberi nama Nai Manggale menjadi hidup.

Namun ketiga orang tersebut mengklaim paling berhak atas diri Nai Manggale, hingga kasus klaim ini dibawa ke sidang Raja. Raja memutuskan untuk menyelesaikan kasus ini atas bantuan penatua adat bernama si Aji Bahir-bahir. Oleh Aji Bahir-bahir diputuskanlah bahwa Datu Partoar dianggap sebagai Bapak, Baoa Partiga-tiga sebagai abang dan Datu Partoar sebagai Tulang. Sehingga ketiga orang dalam legenda tersebut punya hak atas diri Nai Manggale termasuk soal pembagian mahar kawin Nai Manggale.

Sayangnya Nai Manggale ternyata tidak bisa memberi keturunan (anak laki-laki) kepada suaminya, Datu Partiktik. Sebelum meninggal, Nai Manggale berpesan kepada suaminya agar dibuatkan satu patung laki-laki. Patung itu harus diukir oleh Datu Panggana. Ukurannya sebesar Nai Manggale. Dan patung itu harus dinamai Sigale-gale. Sigale-gale pun diamanahkan sebagai kado bagi perempuan yang meninggal tanpa mewariskan anak laki-laki.

Kekuatan Budaya

Bupati Samosir Rapidin Simbolon menyebut, Sigale-gale Carnival ini menonjolkan kekuatan budaya yang ada di Samosir. Atraksi budaya termasuk Ulos Batak serupa magnet yang mampu menarik wisatawan ke Pulau Samosir. "Atraksi budaya dan ulos ini akan menjadi cerita manis bagi wisatawan sekembalinya mereka ke negaranya masing-masing," katanya.

Tak hanya untuk menumbuhkan kenangan manis bagi wisatawan, Rapidin menandaskan, Sigale-gale Carnival juga disasar untuk menumbuhkan serta mengentalkan rasa cinta generasi milenial terhadap budayanya. Sigale-gale Carnival diyakini ampuh mengedukasi anak muda tentang budaya yang bersangkut paut dengan kehidupan mereka. Dan kebudayaan itu adalah warisan leluhur yang patut dijunjung karena pesan dan filosofinya relevan sepanjang zaman.

Atraksi budaya ini juga, kata Direktur Pemasaran Pariwisata, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba Basar Simanjuntak, sekaligus momentum mempromosikan kekayaan kebudayaan Indonesia bagi kepada wisatawan domestik maupun mancanegara. "Budaya Tanah Batak sangat kaya. Kekayaan alamnya juga sangat indah. Ini merupakan potensi pariwisata yang luar biasa dimiliki Danau Toba. Kabupaten Samosir sangat jeli mengolah potensi ini," pujinya. (K-DH)