Indonesia.go.id - Ikan Mujair Asap, Kuliner Alternatif Saat Berkunjung ke Kota Delta

Ikan Mujair Asap, Kuliner Alternatif Saat Berkunjung ke Kota Delta

  • Administrator
  • Selasa, 24 September 2019 | 02:28 WIB
KULINER
  Ikan Mujair Asap. Foto: Pesona Indonesia

Sidoarjo dikenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang menjadi sentra industri, sehingga tidak heran jika sedang melintasi kota ini yang dapat dilihat hanya cerbong-cerbong asap pabrik. Namun, bukan berati di wilayah ini tak ada yang dapat dikunjungi dan dicicipi kuliner khasnya.

Sebagai salah satu kawasan minapolitan, Sidoarjo tercatat memiliki potensi di sektor perikanan, khususnya Udang dan Ikan Bandeng. Hal tersebut yang kemudian menjadi maskot Kabupaten Sidoarjo hingga saat ini.  

Potensi perikanan kawasan ini secara geografis dapat dilihat dari banyaknya budidaya tambak yang tersebar di kecamatan Jabon, kecamatan Candi, dan kecamatan Sedati. Dan ketiga daerah tersebut terletakberdekatan dengan pesisir pantai. Tetapi tulisan ini tidak sedang lebih jauh membahas tentang kekayaan budidaya tambaknya.

Sebelumnya, Sidoarjo dikenal dengan hasil olahan udang dan ikan bandengnya saja yang menggiurkan. Keduanya biasanya diolah dengan cara diasap, kemudian disajikan ketika sudah berwarna kecoklatan. Padahal ada kuliner alternatif yang patut dicicipi ketika berkunjung ke kota Delta ini.

Adalah ikan Mujair Asap yang tidak kalah gurihnya dengan olahan ikan bandeng asap. Geliat sentra usaha pengasapan ikan dapat ditemukan paling banyak di desa Permisan dan Penatar Sewu. Kepulan asap yang membubung ke atas dan banyaknya tumpukan tempurung (batok) kelapa yang dijemur di depan rumah warga adalah cara yang paling mudah untuk menemukan pemilik usaha pengasapan ikan mujair ini.

Diolah Secara Tradisional

Usaha pengasapan ikan ini sudah berlangsung sejak tahun 1940-an, dan 90 persen warganya menggantungkan hidupnya dari usaha tersebut. Aktivitas pengasapan ikan mujair biasanya dilakukan sekitar pukul 06.00 hingga 13.00 WIB setiap harinya.

Sebelumnya, setiap pagi dini hari beberapa dari mereka membeli ikan segar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada di lingkar timur Sidoarjo, membeli dari nelayan tampak, atau langsung dari tambak sendiri.

Ikan mujair segar kemudian dibersihkan dan dicuci dengan air yang mengalir. Setelah itu, ikan ditusuk seperti sate dengan tusuk ikan berbahan besi. Tiap tusuknya terdiri dari 10 ikan. Kemudian, ikan yang sudah ditusuk tersebut dipanggang di atas tungku pembakaran. Bahan bakarnya pun hingga saat ini masih menggunakan tempurung kelapa, hal ini karena tempurung kelapa dapat menghasilkan bara yang stabil. Sebab, yang dibutuhkan untuk memanggang bukan api, melainkan asapnya. Dibutuhkan waktu sekitar 3 jam sampai ikan mujair terlihat berwarna kecoklatan.

Menopang Usaha Lainnya

Usaha penopang pengasapan ikan mujair ini cukup beragam, seperti petambak yang membudidayakan ikan, penjual ikan segar atau pemasok. Usaha yang tidak bersinggungan lainnya seperti penjual batok kelapa, pembuatan petis ikan, kerupuk ikan, penjual ikan mujair asap siap saji dan lain sebagainya.

Ikan mujair ketika dijual di pasar-pasar tradisional dipatok harga sekitar 30.000-an rupiah perkilonya. Sedangkan ketika sudah dalam wujud olahan ikan mujair asap, harganya menjadi 60.000 sampai 65.000 rupiah. Harga yang terpaut jauh tersebut dikarenakan ketika ikan sudah dalam bentuk olahan, kandungan air dan kotoran yang terkandung di dalamnya berkurang.

Masyarakat yang memiliki usaha pengasapan tersebut paling sedikit menghabiskan 2,5 sampai 3 kuintal tiap harinya untuk didistribusikan langsung di pasar-pasar tradisional, seperti Pasar Porong, Pasar Krembung, Pasar Tulangan, Pasar Sidoarjo, Pasar Sedati dan Pasar Mojosari.

Usaha ikan mujair asap ini telah menyentuh perhatian beberapa pihak karena sangat berkontribusi dalam ekonomi rakyat lokal di kota Delta. Bantuan untuk membuat sentra usaha ini semakin besar telah dicoba oleh pemerintah dengan pembangunan pelelangan ikan di Wilayah Jabon, seperti Wisata Bahari Tlocor agar dapat memangkas dana mobilitas ke dermaga kota.

Tidak hanya itu, salah satu perusahaan BUMN melalui program CSRnya telah mencoba memberikan wadah dengan adanya Resto Apung atau Resto Seba. Namun, Resto tersebut tidak lama kemudian tidak mampu mempertahankan eksistensinya. Hal tersebut dikarenakan masyarakat lebih menyukai membeli langsung dari pemilik usaha ikan mujair asap atau membeli langsung di pasar-pasar tradisional.

Menikmati sajian kuliner ikan mujair asap ini tentu patut untuk dicoba ketika sedang berkunjung ke kabupaten Sidoarjo. Santapan tradisional ini akan tidak kalah gurihnya dengan ikan bandeng asap saat dimakan dengan sambal terasi. Nah, bagi para food traveler jangan pernah mengaku pernah berkunjung ke kota ini jika belum mencicipi santapan ikan segar yang menggiurkan ini yaa! (K-MR)

Berita Populer