Indonesia.go.id - Gedung Joang 45, Saksi Bisu Aksi Pemuda Pejuang Kemerdekaan

Gedung Joang 45, Saksi Bisu Aksi Pemuda Pejuang Kemerdekaan

  • Administrator
  • Selasa, 14 Mei 2019 | 17:00 WIB
SEJARAH
  Gedung Joang 45. Foto: Jakarta Tourism

Meski telah tiga beralih fungsi, ada satu memori Gedong Joang 45 yang tak tergerus perubahan. Di gedung ini tersimpan kuat kisah perjuangan para pemuda di era pemerintahan Belanda dan Jepang.

Bangunan kokoh, cat putih gading menjadi ciri khas Gedung Joang 45.  Pilar-pilar tinggi pada bagian depan menunjukkan kalau bangunan ini merupakan peninggalan Belanda. Gedung Joang 45 memang dibangun oleh arsitek Belanda.

Pemilik pertamanya pun pengusaha Belanda. Namanya, LC Schomper. Pada 1939, ia mendirikan Hotel Schomper untuk dijadikan tempat singgah pejabat tinggi Belanda, pengusaha asing dan pejabat pribumi yang berkunjung ke Batavia.

Terletak di Jalan Menteng Nomor 31, Jakarta Pusat, bangunan bersejarah ini menyimpan banyak kenangan tentang kisah perjuangan pemuda Indonesia pada era pemerintahan Belanda dan Jepang. Schomper dan keluarganya hidup bahagia di hotel miliknya. Namun, kebahagiaan mereka berakhir sejak Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 8 Maret 1942.

Pada era pemerintahan Jepang, aset-aset orang Belanda disita. Tidak terkecuali, aset Schomper. Ia dan keluarganya juga harus masuk kamp interniran. Sementara Hotel Schomper yang telah disita tentara Jepang beralih fungsi menjadi asrama pemuda Indonesia. Asrama tersebut dinamai Asrama Angkatan Baru Indonesia.

Militer Jepang mengizinkan AM Hanafi dan rekan-rekannya menggunakan Hotel Schomper sebagai asrama pada Juli 1942. Kala itu, Sukarni ditunjuk menjadi pimpinan asrama, Chaerul Saleh menjadi wakilnya, dan AM Hanafi sebagai sekretaris umum.

Ganseikanbu Sedenbu atau Badan Propaganda Jepang juga menjadikan Hotel Schomper sebagai tempat pendidikan politik bagi pemuda Indonesia. Pendidikan politik ini dibiayai oleh mereka dengan harapan para pemuda dapat mendukung kepentingan Asia Timur Raya.

Harapan Sedenbu kandas. Para pejuang kemerdekaan seperto Ir Sukarno yang kemudian menjadi presiden RI pertama, Drs Mohammad Hatta, Adam Malik dan Chairil Saleh berpartisipasi dalam mematahkan hadapan Sedenbu.

Mereka inilah yang mendidik pemuda agar berjuang merebut kemerdekaan Tanah Air. Setelah Asrama Angkatan Baru Indonesia, gedung tersebut kembali berganti nama menkadi Gedung Menteng 31. Para pemuda penghuninya disebut Pemuda Menteng 31.

Sejak 1972, Gedung Menteng 31 ditetapkan sebagai bangunan bersejarah oleh Gubernur DKI Jakarta. Setahun kemudian bangunan bersejarah tersebut dipugar agar layak dikunjungi. Selesai pemugaran, Presiden RI meresmikan bangunan sebagai museum. Gedungnya dinamai Gedung Joang 45. Dari pintu masuk bergaya arsitektur Belanda, pengunjung dapat langsung membaca sejarah perjuangan pemuda Indonesia merebut kemerdekaan RI pada papan dokumentari yang dipajang di dinding.

Terpampang pula foto para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia. Lagu tradisional Betawi juga kerap diperdengarkan di sana untuk menemani para pengunjung saat tur mengelilingi museum. (K-RG)