Indonesia.go.id - SATRIA untuk Internet Sehat di Wilayah 3T

SATRIA untuk Internet Sehat di Wilayah 3T

  • Administrator
  • Senin, 4 November 2024 | 08:16 WIB
TELEKOMUNIKASI
  Menkomdigi Meutya Hafid berharap, pembangunan infrastruktur telekomunikasi dimanfaatkan untuk kegiatan produktif dan bermanfaat bagi generasi muda. InfoPublik
Hingga akhir 2024, ditargetkan jumlah titik penerima sinyal atau terminal Stasiun Bumi Satelit SATRIA-1 di desa-desa mencapai 20.000 terminal.

Dalam lawatan perdananya, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengajak pemuka agama di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk turut mendukung mewujudkan internet sehat bagi anak-anak dan pelajar. Menkomdigi menekankan arti penting pemanfaatan ruang digital secara sehat dan tepat.

“Peran bapak-ibu pendeta sangat penting sebagai pemuka agama juga menjadi pendidik dalam mewujudkan internet sehat,” ujarnya, dalam Dialog bersama Pemuka Agama di Site Stasiun Bumi Satelit Indonesia Raya (SATRIA)-1, Kupang Barat, Kabupaten Kupang, NTT, Rabu (30/10/2024).

Menkomdigi Meutya Hafid berharap, pembangunan infrastruktur telekomunikasi dimanfaatkan  untuk kegiatan produktif dan bermanfaat bagi generasi muda. “Kami ingin pembangunan insfrastruktur digital bagi anak-anak digunakan secara maksimal dan tidak digunakan untuk hal yang kurang baik. Kami mohon dibantu agar pemanfaatan internet bagi masyarakat dapat maksimal manfaatnya,  karena pembangunan infrastruktur digital suatu PR yang besar, tidak murah, (anggaran pembangunan infrastruktur) dan menggunakan uang negara juga,” ungkap mantan Ketua Komisi I DPR RI tersebut.

Komitmen Kerja Sama

Menkomdigi Meutya Hafid menekankan, komitmen kerja sama dengan pemangku kepentingan, termasuk PT Satelit Nusantara Tiga dalam penyediaan layanan SATRIA-1 untuk pemerataan akses internet layanan publik, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Pada kesempatan itu, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) mengungkapkan, hingga dengan akhir 2024 ditargetkan jumlah titik penerima sinyal atau terminal Stasiun Bumi Satelit SATRIA-1 untuk mendukung koneksi internet di desa-desa mencapai 20.000 terminal.

“Teman-teman dari BAKTI itu menargetkan ada 20.000 terminal di tahun ini,” kata Direktur Utama PT Satelit Nusantara Tiga Heru Dwikartono, selaku operator layanan SATRIA-1 di Kupang, Rabu  (30/10/2024).

Hal itu disampaikan di sela-sela mendampingi Menkomdigi saat meninjau Stasiun Bumi Satelit SATRIA-1 di Desa Bolok, Kabupaten Kupang. Heru mengatakan, saat ini jumlah penerima sinyal atau terminal yang sudah tersebar di seluruh wilayah di NTT mencapai 18.501 unit.

Jumlah tersebut tidak hanya menyebar di kantor pemerintahan, melainkan juga tersebar di kawasan wisata, pusat kegiatan masyarakat, dan lainnya. Dia merincikan, untuk untuk kantor pemerintahan terdapat 3.744 unit penguat sinyal, di lokasi wisata 105 unit, pelayanan kesehatan 923 unit, dan pelayanan usaha 96 unit.

Selain itu tersebar juga untuk pendidikan mencapai 12.635 unit penguat sinyal, pertahanan dan keamanan 411, pusat kegiatan masyarakat 318 unit, tempat ibadah 254 unit dan transportasi publik 15 unit.

Saat ini pendistribusian penerima sinyal itu tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Di Pulau Sumatra, jumlah mencapai 5.515 unit, Kalimantan 2.267 unit, Sulawesi 2.814 unit, Maluku Utara 359 unit, Papua 689 unit, Jawa 4.152 unit, Bali Nusra 2.204 unit dan terakhir Maluku 276 unit.

Untuk itu, pihak BAKTI masih terus menyebarkan terminal ke sejumlah lokasi atau titik yang sudah ditentukan untuk penguatan internet. SATRIA-1 yang sudah beroperasi per awal 2024 itu bertujuan untuk percepatan koneksi di wilayah 3T.

Stasiun Kupang adalah salah satu dari 11 stasiun pengendali di bumi (gateway) yang dibangun Kementerian Kominfo-BAKTI. Stasiun bumi tersebut tersebar di Cikarang (Jawa Barat), Batam (Kepulauan Riau), Manado (Sulawesi Utara), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Tarakan (Kalimantan Utara), Pontianak (Kalimantan Barat), Kupang (Nusa Tenggara Timur), Ambon (Maluku), Manokwari (Papua Barat), Jayapura (Papua), dan Timika (Papua Tengah). Stasiun Bumi Cikarang ditunjuk sebagai Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer berikut Network Operation Control. Setiap lokasi stasiun bumi dilengkapi oleh antena khusus yang diproduksi perusahaan asal Tiongkok, The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE).

Satelit SATRIA-1 merupakan yang terbesar di Asia dan kelima di dunia. Piranti telekomunikasi tersebut digunakan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat jaringan internet dan layanan digital di 150 ribu titik terutama di daerah 3T. Kehadiran SATRIA-1 dapat mendukung kegiatan sekolah dan pesantren, percepatan layanan publik di kantor pemerintahan daerah, data puskesmas dan rumah sakit daerah, serta membantu pengawasan wilayah oleh TNI dan Polri.

Adapun dengan peningkatan kecepatan internet yang disematkan pada SATRIA-1, membuat jumlah titik layanan yang harus ditutupi (coverage) menjadi berkurang. Semula, untuk tiap titik layanan kapasitasnya 1 Mbps, namun kemudian ditingkatkan kecepatannya mencapai 4 Mbps. Oleh karena itu, menjadi berkurang dari semula 150 ribu titik menjadi 50 ribu titik saja.

 

 

Penulis; Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf