Berawal dari 124 ekor, melalui Program SISKA, sapi milik Gapoktan Tani Maju meningkat dua kali lipat. Total populasi sapi Program SISKA 2024 ada 7.840 ekor.
Menjadi perdebatan sekitar 10 tahun sebelum diterapkan, aplikasi Program Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA) terbukti membuahkan hasil positif. Program tersebut menjadi salah satu langkah alternatif yang efektif untuk meningkatkan populasi sapi potong secara nasional, terutama di daerah yang mempunyai areal sawit yang cukup luas.
Merujuk laporan situs www.infosawit.com Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Maju, Desa Wonorejo, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, menjadi contoh Program Siska berjalan signifikan. Dilaporkan, dalam jangka 2021--2024 berhasil meningkatkan populasi sapi mereka sebanyak dua kali lipat.
Awalnya, mereka hanya memiliki 124 ekor. Setelah melakukan kemitraan dengan pola Program SISKA, populasi sapi di sana bertambah cepat. Per April 2024, populasi sapi milik Gapoktan Tani Maju sebanyak 254 ekor sapi. Yakni, enam ekor pejantan dewasa, 24 ekor pejantan muda dan 21 ekor pejantan umur muda, 167 indukan dan sisanya pedet umur kurang dari 1 tahun.
Keberhasilan itu tidak hanya tergambar dari populasi sapi yang bertambah, melainkan juga dari hasil penjualan untuk menambah income petani. Pada 2022 misalnya, Gapoktan Tani Maju berhasil menjual 16 sapi Bali dengan harga rata-rata Rp16 juta per ekor.
Kemitraan Intiplasma
Sugino (52), Ketua Gepokan Tani Maju, menuturkan bahwa ada sebanyak 24 petani yang turut andil budi daya ternak sapi. Masing-masing memiliki lahan sawit 2 hektare. Tahun 2021 mereka bermitra dengan PT Buana Karya Bhakti dalam program Siska berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma (Ku Intip).
Dalam program tersebut, plasma membantu pengadaan sapi, juga sarana electric fan, serta kandang karantina ukuran 3x9 meter. Selain itu, pihak plasma juga membolehkan lahan grazing atau ladang untuk penggembalaan sapi milik Gapoktan.
Keberhasilan Program Siska sempat jadi bahasan serius Pemerintah Daerah Kalimantan Timur. Dalam satu diskusi publik tentang “Kebijakan Daerah dalam Implementasi Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit untuk Mendukung Supply Chain Daging Sapi di Ibu Kota Negara” yang digelar di Hotel Gran Tulip, Balikpapan, Sabtu (2/7/2022), Direktur Program Indonesia Australia Commercial Cattle Breeding (IACCB) Paul Boon menyampaikan, pentingnya Indonesia menambah populasi sapi.
Menurut Paul, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah sapi yang diimpor ke Indonesia yang sebelumnya mencapai 600 ribu ekor lebih mengalami peningkatan harga yang tinggi hingga berdampak besar terhadap naiknya harga daging. “Karena itu integrasi ternak sapi di lahan kelapa sawit dapat menjadi salah satu pembiakan sapi di Indonesia termasuk di Kaltim," jelas Paul.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan pada tiga jenis pembiakan ternak sapi yaitu pertama integrasi sapi pada lahan kelapa sawit, kedua pembiakan ternak sebagai subsistem pertanian dan terakhir pembiakan dengan menggembalakan secara terbuka. Hasilnya secara komersial pembiakan ternak sapi di lahan sawit cukup menguntungkan jika ditangani secara profesional.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim Munawar menyatakan, dukungan dan komitmen terhadap program SISKA sebagai bagian dan tugas fungsi Disnak Kaltim. “Tidak hanya integrasi sapi dengan lahan sawit, tetapi juga dengan lahan bekas tambang," tandasnya.
Merujuk situs resmi Kementerian Pertanian, https://ditjenpkh.pertanian.go.id/ Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Nasrullah mengakui, keunggulan Program Siska pola inti plasma. Pada Rapat Koordinasi Nasional Pengembangan Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit di IPB Convention Center, Bogor, Jawa Barat (21/3/2024), Nasrullah menyampaikan: “Integrasi sawit dan sapi dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan potensi sumber daya pakan di kebun sawit untuk pengembangan ternak sapi.
Oleh karena itu, berbagai upaya perluasan model SISKA pola inti plasma terus dilakukan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, serta Riau. Menarik disimak, langkah terdebut merupakan komitmen dan inisiatif pemerintah provinsi setempat. Dengan begitu, program model seperti ini dapat menjadi role model dan direplikasi oleh provinsi yang lain.
Dalam catatan Kementan, saat ini, total ternak sapi yang telah dikembangkan melalui SISKA pola inti plasma berjumlah 7.840 ekor, yang tersebar di Provinsi Riau, Kalsel, Kalbar, dan Kaltim.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari