Indonesia.go.id - Bersih-Bersih Citarum sampai ke Bali

Bersih-Bersih Citarum sampai ke Bali

  • Administrator
  • Kamis, 16 Mei 2024 | 16:45 WIB
WORLD WATER FORUM
  Program bersih Citarum yang digagas pemerintah menghapus citra Citarum yang sempat menyandang predikat sebagai sungai terkotor di dunia. ANTARA FOTO/ Raisan Alfarisi
Sempat viral sebagai sungai terkotor di dunia, kini pemerintah memamerkan Program Citarum Harum sebagai praktik baik penanganan konservasi sungai.

Terbentang sepanjang 297 kilometer (km), hulu Sungai Citarum ada di Situ Cisanti, yang terletak di kaki Gunung Wayang, Kabupaten Bandung. Adapun muara sungai terletak di Pantai Utara Pulau Jawa, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Di sepanjang bentang salah satu sungai utama di Provinsi Jawa Barat itu terdapat tiga waduk, yaitu Waduk Saguling (1985), Waduk Cirata (1988), dan Waduk Jatiluhur (1957).

Itulah gambaran singkat Sungai Citarum. Hingga kini, keberadaan salah satu sungai di Nusantara itu masih memberikan peranan penting dalam kehidupan manusia. Potensi sumber daya air sungai Citarum diperkirakan mampu mencapai sekitar 13 miliar m3 per tahun. Pemanfaatan sumber daya airnya diperkirakan mencapai  sekitar 7,5 miliar m3 per tahun atau separuh dari perkiraan awal.

Selain menjadi sumber air baku untuk air minum, daerah aliran sungai (DAS) Sungai Citarum mencakup 6.614 km2 atau sekitar 22 persen dari luas wilayah Jawa Barat. Melintasi 13 wilayah kabupaten atau kota serta menjadi sungai terpanjang dan terbesar yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat, Citarum juga berfungsi sebagai sumber air irigasi untuk ratusan ribu hektare sawah serta pembangkit listrik di Pulau Jawa dan Bali.

Fakta menarik lainnya, di sekitar  aliran Sungai Citarum terdapat sekitar 1.900 industri. Di antara industri tersebut, 90 persennya bahkan memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah atau IPAL yang tak memadai. Selain itu, Citarum juga  mendapatkan suplai sebesar 20.462 ton sampah sejenis rumah tangga per hari nya dan ada sekitar 71 persen di antaranya tidak bisa terangkut ke tempat pembuangan akhir atau TPA.

Ujungnya, Citarum pun sempat menyandang predikat sebagai sungai terkotor di dunia. Kenyataan itu mendorong pemerintah turun tangan. Berbagai program disusun, salah satunya di 2018, Pemerintah Indonesia mengenalkan Program Citarum Harum.

Itu merupakan program khusus untuk memperbaiki kualitas air Sungai Citarum. Upaya tersebut merupakan kolaborasi yang terintegrasi multistakeholders yang melibatkan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, akademisi, bisnis, masyarakat, dan media.

Melalui kerja sama dan kolaborasi yang solid, demikian tertulis dalam buku “Citarum Harum: Merawat Sungai Menyelamatkan Kehidupan”, Program Citarum Harum telah menuai berbagai capaian membanggakan. Antara lain, bukti adanya penurunan signifikan tingkat pencemaran air yang dulu statusnya cemar berat menjadi cemar ringan, peningkatan upaya penghijauan di hulu sungai, pengoptimalan pengelolaan sampah di sepanjang DAS Citarum, penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan, serta edukasi dan pemberdayaan masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai. 

Bersih Sungai, Bersih Laut

Program revitalisasi Sungai Citarum juga memiliki makna lebih luas bahwa sungai yang bersih dan sehat akan mengalirkan air bersih ke laut. Dengan demikian, laut pun menjadi lebih bersih dan lestari. Pada hakikatnya, menjaga Citarum berarti menjaga laut, dan menjaga laut berarti menjaga Indonesia.

Program Citarum Harum yang dinilai positif itulah yang diusung Pemerintah Indonesia sebagai contoh keberhasilan pengelolaan sumber daya air dalam World Water Forum ke-10 yang akan berlangsung pada 18--25 Mei 2024 di Nusa Dua, Bali. Menurut penjelasan Direktur Sanitasi Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian PUPR Tanozisochi Lase, salah satu strategi menangani DAS Citarum adalah mengelola limbah sampah yang seharusnya tidak dibuang ke sungai. 

"Kementerian PUPR melalui Ditjen Cipta Karya sudah melakukan beberapa kegiatan seperti pengelolaan air limbah domestik dan pembangunan tempat pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R)," kata Lase dalam sambutan pada Road to 10th World Water Forum bertajuk “Water for Humans and Nature; Water Quality Improvement, Sanitation, and Drinking Water for All” di Posko Sektor 6 Citarum Bandung, Senin (12/5/2024).

Normalisasi Kali

Kini Kementerian PUPR juga bekerja sama dengan Kemenko Marinves telah merintis pengembangan pengelolaan air limbah domestik di wilayah Citarum. "Melalui kegiatan talkshow yang juga mengundang kalangan pelajar ini diharapkan dapat membuka wawasan untuk pengelolaan DAS Citarum lebih baik," ujarnya.

Penataan DAS Citarum dilakukan secara terpadu mulai dari perbaikan/normalisasi badan sungai, peningkatan kapasitas sungai dengan pembangunan terowongan, permukiman baru bagi warga yang direlokasi, fasilitas pengolahan air limbah dan sampah permukaan serta penegakan hukum.

Dalam mendukung Program Citarum Harum, Kementerian PUPR telah melakukan pengelolaan sumber daya air, pengelolaan limbah cair dan padat di sepanjang sungai dan permukiman, termasuk pengendalian banjir di wilayah hilir. Sejumlah infrastruktur telah dibangun di antaranya normalisasi kali mati (oxbow) yang telah dilaksanakan sejak 2019 di lima lokasi, yakni Kali Mati Dara Ulin, Mahmud, Bojong Soang, Sapan, dan Cisangkuy.

Pada 2018, Kementerian PUPR juga telah menyelesaikan pembangunan Kolam Retensi Cieuntung di Kecamatan Baleendah seluas 4,75 ha berkapasitas tampung 190 ribu m3. Dengan dilengkapi 3 unit pompa pengendali banjir berkapasitas 3,5 m3/detik dan 1 unit pompa harian berkapasitas 1,5 m3/detik, tampungan air buatan ini mampu mengurangi debit banjir Citarum yang kerap menggenangi daerah Dayeuhkolot dan Baleendah.

Saat ini juga telah diselesaikan pembangunan kolam retensi andir dan polder-polder di Kabupaten Bandung sebagai tampungan pengendali banjir. Dalam menjaga dan memperbaiki kondisi Sungai Citarum, Kementerian PUPR juga bekerja sama dengan TNI melakukan serangkaian kegiatan seperti pengerukan sendimen, pembibitan tanaman, penanaman pohon, sosialisasi dan patroli bersama.

 

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari