Indonesia.go.id - Menuju Benoa Pusat Pariwisata Maritim Unggulan

Menuju Benoa Pusat Pariwisata Maritim Unggulan

  • Administrator
  • Sabtu, 18 Mei 2024 | 14:03 WIB
PARIWISATA
  Sebuah kapal pesiar sandar di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Senin (30/10/2023). Berpotensi menjadi pusat pariwisata maritim. ANTARA/HO-Pelindo
Bali Maritime Tourism Hub berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara di Pelabuhan Benoa hingga 1,5 kali lipat dan turis domestik hingga 2 kali lipat.

Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, sudah puluhan tahun melayani kapal pesiar wisata mewah (cruise) atau kapal wisata layar (yacht). Benoa menjadi tujuan turis asing mancanegara dan regional untuk menikmati wisata bahari maupun atraksi wisata lainnya di Pulau Dewata. Tidak hanya menjadi dermaga persinggahan, Benoa juga menjadi hub keberangkatan bagi para pelancong yang ingin merasakan sensasi plesiran di kapal pesiar.

Kapal pesiar mewah berkelas internasional, seperti Celebrity Millenium yang berkapasitas 3.000 turis, pernah singgah di Benoa. Kapal pesiar berbendera Malta ini tergolong mahal paket wisatanya. Berdasarkan data situs informasi kapal pesiar global, CruiseMapper, harga paket wisata kapal pesiar Benoa, Bali-Singapura dengan kapal panjang 294 meter itu mencapai USD1.499 atau sekitar Rp23,2 juta (estimasi kurs 1 dolar AS sama dengan Rp15.500).

Adapun rute pelayaran kapal pesiar berbobot 91.011 gross tonage (GT) itu berdasarkan situs CruiseMapper, adalah dari Pelabuhan Benoa, Bali, singgah di Lembar (Nusa Tenggara Barat), Celukan Bawang (Bali Utara), selanjutnya Kuala Lumpur dan Pulau Penang, Malaysia. Dari Penang kemudian ke Pulau Langkawi Malaysia, Phuket Thailand, dan destinasi terakhir di Singapura. Total perjalanan selama 12 hari pelayaran.

Geliat Pelabuhan Benoa memang sudah terlihat sejak 2023. Seiring dengan pulihnya pariwisata Bali pascapandemi Covid-19. Pelindo Regional III, selaku pengelola Benoa, mencatat pada 2023, telah melayani 48 kapal pesiar dengan total 77.864 penumpang. Sedangkan untuk 2024, Pelabuhan Benoa menerima 52 kapal pesiar yang dijadwalkan sandar dengan membawa total sekitar 89.400 penumpang.

Potensi yang besar ini membuat pemerintah mengembangkan Kawasan Pelabuhan Benoa sebagai Pusat Pariwisata Maritim Bali atau Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) sejak 2019. BMTH merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden nomor 109 tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Saat ini di Benoa terdapat pelabuhan ikan, terminal curah cair dan liquified natural gas (LNG), marina untuk yacht, serta dermaga dan terminal untuk penumpang kapal wisata. Sebagai daya tarik wisatawan, di dalam kawasan Pelabuhan Benoa telah dilakukan penataan zona pariwisata. Selain itu juga dibangun Plaza UMKM untuk menampung cenderamata yang dibuat UMKM.

Area pelabuhan eksisting, yang merupakan kawasan pengembangan BMTH, sebagian selesai dibangun pada 2019--2022 dan terminal penumpangnya telah diperluas, dengan daya tampung 3.000 orang dari sebelumnya 1.000 orang. Dermaga timur sedang ditambah 160 meter. Kedalaman kolam labuh diperdalam dari menjadi minus 12 meter agar bisa menampung kapal-kapal wisata besar. Terminal LNG yang tadinya di wilayah selatan area pelabuhan digeser ke arah utara.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut, BMTH berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Pelabuhan Benoa hingga 1,5 kali lipat dan turis domestik hingga 2 kali lipat.  Saat ini progres pembangunan BMTH Benoa cukup signifikan, dan ditargetkan bisa rampung pada September 2024.

“Proyek Bali Maritime Tourism Hub ini akan menjadikan Benoa mampu menampung hingga 400 kapal wisata dan empat hingga lima kapal pesiar,” kata Menteri Erick Thohir di saat meninjau proyek BMTH di Denpasar, Bali, Minggu (12/5/2024).

Saat ini, menurut Menteri BUMN, kapasitas dermaga untuk kapal wisata di Pelabuhan Benoa Denpasar mampu menampung hingga sekitar 30 kapal wisata dan dua kapal pesiar secara bersamaan. Asal kapal wisata itu sebagian besar dari sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara.

Nantinya, setelah perluasan kapasitas itu makin banyak kapal wisata yang singgah di antaranya dari Australia dan Eropa, yang sekaligus dapat berkeliling wilayah Indonesia Timur melalui Pelabuhan Benoa, Denpasar, di antaranya ke Labuan Bajo dan Raja Ampat.

Pemerintah menargetkan pembukaan kawasan itu secara resmi pada Oktober 2024 untuk ekosistem BMTH. Namun untuk operasional keseluruhan BMTH seperti laiknya pelabuhan wisata maritim di New York, Sydney, atau London, memerlukan waktu diperkirakan hingga 2027. Ketiga kota ini memang sudah dikenal sebagai hub bagi kejuaraan yacht kelas dunia maupun destinasi kapal pesiar yang mengarungi Kawasan Asia Pasifik, Australia, dan Eropa Mediterania.

Proyek tersebut memakai anggaran patungan dari BUMN dan pemerintah pusat melalui penyertaan modal negara (PMN) total mencapai Rp3 triliun. Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono menambahkan, pihaknya saat ini mengebut pembangunan untuk infrastruktur laut.

Selain itu, rencananya di kawasan itu juga dibangun fasilitas hiburan yang ditargetkan mulai dibangun satu hingga dua bulan mendatang. Pemerintah meminta kawasan BMTH ini memiliki fasilitas pertunjukan kelas dunia, sehingga konser-konser artis dunia bisa digelar di sana.

“Adapun perkembangan proyek BMTH yang sudah 100 persen yakni pengembangan gerbang dan perluasan terminal penumpang, pekerjaan infrastruktur dasar dan fasilitas umum penunjang pariwisata,” jelas Dirut Pelindo.

Selanjutnya, pengerjaan taman, perluasan dermaga kapal pesiar timur sepanjang 160 meter, pengerjaan pelindung pantai dan dinding penahan tanah (revetment and retaining wall dumping I dan II) juga sudah 100 persen. Saat ini juga sedang dilakukan penyiapan lahan untuk pasar atau Bali Tenten dan pekerjaan infrastruktur dasar zona dumping 1 mencapai 73 persen.

BMTH merupakan salah satu proyek strategis nasional yang ditujukan sebagai hub pariwisata dan gerbang industri maritim serta dapat menjadi salah satu wadah kolaborasi para pelaku usaha. Dengan begitu, kolaborasi itu diharapkan memberikan efek berganda guna mendukung pengembangan ekonomi wisata di kawasan Bali.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari