Momentum perayaan Natal dan tahun baru akan tiba. Sektor usaha pariwisata bersiap memperoleh keuntungan.
Pada momentum Natal dan tahun baru (Nataru), pelaku usaha biasanya juga mengalami kenaikan permintaan, baik dari sektor pangan, sandang, transportasi, perhotelan, hingga hiburan. Kendati demikian, dinamika Nataru membutuhkan kesiapan yang baik dari berbagai pihak agar berjalan lancar dan berkontribusi positif pada dunia usaha dan perekonomian nasional.
Bagi sektor pariwisata, misalnya, momen Nataru menjadi saatnya memperoleh cuan. Bagi masyarakat disarankan untuk mempersiapkan dengan baik perjalanan wisatanya. Apalagi, saat ini ancaman cuaca dan bencana alam menghantui libur Nataru 2022.
Tak dipungkiri, akhir-akhir ini terjadi bencana alam. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagai pemangku kepentingan di sektor itu, menyadari situasi tersebut. Alhasil, kementerian itu pun menyiapkan kebijakan khusus untuk mengantisipasi masalah selama libur Nataru tahun ini.
Seperti disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, kementerian itu kini tengah mempersiapkan libur Nataru 2022 berfokus pada mengantisipasi cuaca buruk dan bencana alam. Yakni, dengan melakukan peningkatan kewaspadaan.
"Jika ditanya soal persiapan Nataru 2022, sudah kami lakukan. Kami meningkatkan kewaspadaan akan ancaman cuaca dan bencana alam seperti banjir, gempa, termasuk juga erupsi Gunung Semeru," kata Sandiaga Uno, pada Rabu (7/12/2022).
Tak dipungkiri, pascapandemi, liburan saat ini bisa dikatakan sebagai momentun liburan yang tepat. Sehingga, permintaan bisnis penunjang ikut terdongkrak naik.
Sektor transportasi udara, misalnya. Pemerintah memprediksi jumlah penumpang pada periode Nataru kali ini mencapai 3,62 juta penumpang, tumbuh 52,7 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sejumlah maskapai penerbangan pun sudah berancang-ancang menambah armada untuk menangkap peluang tersebut. Tak hanya lalu lintas udara, jalur darat juga diperkirakan bertambah padat.
Data dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk menyebutkan, sepanjang periode Nataru diperkirakan ada 2,73 juta kendaraan yang keluar dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) saat arus mudik. Adapun, sebanyak 2,71 juta kendaraan diperkirakan masuk ke Jabodetabek selepas libur Nataru.
Selain menyiapkan infrastruktur transportasi, rekayasa lalu lintas juga bakal dilakukan termasuk pelarangan kendaraan logistik pada periode tertentu. Nah, liburan Nataru juga diperkirakan akan menghabiskan konsumsi bahan bakar minyak (BBM).
Data PT Pertamina Niaga menyebutkan, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite diperkirakan naik 4,5 persen menjadi 84.275 kiloliter per hari. Sedangkan, konsumsi solar turun 5 persen menjadi 47.299 kiloliter per hari.
PT Pertamina Patra Niaga, anak usaha PT Pertamina (Persero), telah menegaskan bahwa stok Pertalite, Solar, dan Biosolar masih mencukupi memenuhi kenaikan permintaan tersebut.
Kendati demikian, hal yang penting dilakukan adalah menjamin kelancaran distribusi. Sehingga, stok tersebut dapat dioptimalkan. Sementara itu dari sisi perhotelan, okupansi kamar juga amat mungkin tumbuh selama perayaan Nataru, utamanya di daerah tujuan wisata.
Bali Tourism Board, misalnya, meramalkan bahwa okupansi hotel di Pulau Dewata tumbuh 70 persen. Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat hunian hotel di Bali hingga Oktober 2022 memang baru mencapai 46,28 persen di semua kelas hotel.
Meski belum mampu kembali seperti pra-pandemi, pemulihan ekonomi yang bergerak positif digadang-gadang terus memompa kunjungan wisatawan ke Bali. Asumsi itu tentu bukan tanpa dasar. Pendapat dari Chief Marketing Officer Traveloka Shirley Lesmana mengkonfirmasi tren tersebut. Menurutnya, tren di liburan akhir tahun dan awal 2023 memang mengarah ke Pulau Dewata atau destinasi favorit lain di Indonesia.
Selain Bali dan destinasi lokal lain, imbuhnya, masyarakat Indonesia juga mulai memilih berwisata ke negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. “Akhir 2022, kita melihat animo yang positif dari masyarakat untuk berlibur,” ujarnya di Jakarta, Kamis (8/12/2022).
Shirley juga mengungkapkan pandemi Covid-19 telah mengubah tren pariwisata di Indonesia. Saat ini, masyarakat Indonesia lebih memilih wisata domestik dibandingkan dengan internasional.
Menurutnya, kondisi itu sejalan dengan laporan dari Google, Bain dan Temasek e-Conomy SEA 2022 yang menyebutkan, sektor perjalanan menunjukkan tren pemulihan yang bertahap dan akan mencapai pemulihan penuh pada 2023 dan 2024.
Laporan itu juga menyebutkan perjalanan domestik menunjukkan tren pemulihan yang lebih cepat, dengan pemesanan hotel di Asia Tenggara mencapai hampir 80 persen seperti level sebelum pandemi. Dalam data internal Traveloka pada kuartal III-2022, paparnya, terdapat peningkatan pemesanan hingga lima kali lipat untuk perjalanan destinasi internasional.
Sebaliknya, pemesanan perjalanan domestik naik lebih dari 30 persen. “Secara keseluruhan, pemesanan tiket pesawat juga meningkat hingga empat kali dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya,” jelas Shirley.
Tren berwisata ke Pulau Bali selama libur akhir tahun sejalan dengan laju peningkatan pergerakan penumpang pesawat di Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar. General Manager PT Angkasa Pura (AP) I Bandara I Gusti Ngurah Rai Handy Heryudhitiawan menjelaskan arus penumpang Bandara Ngurah Rai terus tumbuh seiring dengan pemulihan pariwisata.
Kondisi itu juga ditopang pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang dilaksanakan pada November 2022. Menurutnya, pergerakan penumpang di Bandara Ngurah Rai terbanyak masih didominasi dari penerbangan domestik dengan jumlah penumpang mencapai 7,08 juta orang, sedangkan kedatangan internasional 3,7 juta penumpang.
Hingga November 2022, Bandara Ngurah Rai telah melayani 24 rute internasional dan 21 rute domestik. “Rute internasional ke Bali juga terus bertambah, yang terbaru penerbangan Hongkong-Denpasar yang dilayani oleh maskapai Cathay Pacific sehingga total ada 24 rute internasional dari 14 negara, ini akan menambah wisman datang ke Bali,” jelas Handy.
Dia mencatat, penumpang internasional paling banyak berasal dari Australia dengan jumlah 194.210 penumpang selama Januari-November 2022. Selanjutnya, Singapura 162.328 penumpang dan Malaysia dengan 83.448 penumpang.
Untuk warga negara asing (WNA) dengan jumlah kedatangan tertinggi di Pulau Bali di Bulan November adalah WNA Australia dengan tercatat 75.586 orang, WNA India dengan tercatat 26.488 orang, dan WNA Singapura dengan 21.806 orang.
Untuk penerbangan domestik, Handy menyatakan, rute tertinggi berasal dari Jakarta dengan 408.464 penumpang, Surabaya 83.961 penumpang, dan Makassar 40.292 orang penumpang.
Dia menjelaskan, Bandara Ngurah Rai menargetkan 12 juta penumpang sepanjang tahun ini. Handy optimistis, target itu terlampaui karena ada musim libur Nataru menjadi momentum kenaikan penumpang ke Bandara Ngurah Rai.
“Selain itu, terdapat rencana penambahan rute oleh beberapa maskapai yang jika terealisasi akan semakin memicu pertumbuhan penumpang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai,” ujar Handy.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari