Lirik lagu Kolam Susu dari grup musik legendaris Koes Plus begitu mewakili bagaimana subur dan indahnya negeri bernama Indonesia. Memiliki daratan membentang seluas 1.922.570 kilometer persegi (km2) dan perairan yang mencapai 3.257.483 km2 dan terletak di lintang ekuatorial Bumi menjadikan negeri elok ini beriklim tropis.
Iklim tropis inilah yang memberikan berkah akan hadirnya beragam keindahan alam yang tak dimiliki bangsa lain. Negeri kita adalah rumah bagi 10 persen tumbuhan, 12 persen mamalia, 16 persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan yang hidup dan berkembang biak di negeri kaya ini. Padahal, luas Indonesia hanya 1,3 persen dari luas Bumi.
Belum lagi keanekaragamanan budaya di negeri indah dengan 300 etnis dan suku yang menelurkan ribuan produk budaya di negeri berpenduduk 267 juta jiwa sesuai catatan Badan Pusat Statistik tahun 2019. Maka tak berlebihan jika begitu banyak warga dunia yang berbondong-bondong ingin melihat dan merasakan siraman mentari hangat sepanjang tahun dari negeri tropis bernama Indonesia, lengkap dengan beragam budayanya.
Kekayaan alam dan budaya itu dapat dikelola dengan baik oleh pemerintah dan mendatangkan devisa yang tidak kecil bagi negara. Lihat saja penerimaan negara di sektor pariwisata yang didapat sepanjang 2019, ketika kita mampu menjaring 17,2 juta wisatawan asing dan memberikan pendapatan tak kurang dari USD21 miliar atau sekitar Rp300,3 triliun. Sebuah jumlah yang tidak sedikit.
Merebaknya penyakit Covid-19 yang bermula dari daratan Tiongkok memberikan dampak bagi negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Pariwisata menjadi salah satu sektor terdampak. Terlebih pariwisata menjadi salah satu sektor pendulang lapangan kerja dengan daya serap hingga 13 juta pekerja. Bali adalah salah satu daerah tujuan utama wisatawan dunia yang ikut terdampak dari penyebaran penyakit ini. Setiap tahunnya pulau seluas 5.780 km2 ini disesaki oleh tak kurang dari 6 juta wisatawan asing, termasuk 1,1 juta turis asal Tiongkok.
Meski wisatawan asal Tiongkok tidak menduduki peringkat teratas, hanya berada di urutan kedua setelah Australia, terdapat pembatalan sebanyak 68.000 turis Tiongkok untuk berkunjung ke Bali pada periode Februari hingga April 2020 karena wabah Covid-19. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa menyebutkan, daerahnya bersiap kehilangan potensi pendapatan tak kurang dari Rp140 miliar setiap bulannya dengan asumsi average spending per arrival (ASPA) sebesar USD1.400 per turis asal Tiongkok akibat pembatalan pemesanan kamar penginapan, pemasukan dari pajak, dan lainnya.
Tetapi Putu tak perlu risau karena ketidakhadiran wisatawan asal Tiongkok bukanlah akhir dari segalanya. Bersyukur pemerintah pusat telah menjawab kegundahan itu. Sebuah paket insentif senilai Rp298 miliar yang terdiri dari subsidi kepada perusahaan penerbangan, biro-biro perjalanan dalam bentuk skema promosi bersama serta familiarization trip telah diluncurkan pada Selasa (25/2/2020). Tujuan jelas karena untuk menjaga agar sektor pariwisata tetap terus menjadi penyumbang bagi devisa.
Insentif ini juga menyasar pasar-pasar pariwisata yang selama ini dikenal memiliki ASPA tinggi, di atas USD1.800, yaitu Australia, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Serikat yang tentu saja bakal memberikan dampak positif bagi devisa. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yakin bahwa stimulus ini bisa memberikan pemasukan kepada negara sebesar Rp13 triliun dari kunjungan sekitar 736 ribu turis dari negara-negara di Eropa, Timur Tengah, dan Australia.
Tak hanya mengincar para turis kaya dari kawasan Timur Tengah dan Eropa semata. Pasar wisatawan lokal yang makin gemar bepergian keliling Indonesia ternyata tak luput untuk ikut digarap. Dalam catatan BPS, ada sekitar 275 juta kali perjalanan dilakukan oleh wisatawan domestik berkeliling Indonesia.
Oleh karena itu pemberian insentif berupa diskon harga tiket penerbangan domestik yang mencapai 51,44 persen untuk mengunjungi 10 destinasi utama seperti Bali, Batam, Bintan, Manado, Yogyakarta, Labuan Bajo, Belitung, Lombok, Danau Toba, dan Malang sudah semestinya diserbu oleh para penikmat liburan dan menjadi pemicu paling tepat agar industri pariwisata tetap terus menggeliat.
Keputusan pemerintah tak hanya berpihak kepada para wisatawan semata, tetapi juga menyentuh para pelaku usaha pariwisata seperti pengelola hotel dan restoran karena mereka yang paling merasakan dampak dari wabah Covid-19 dan berkurangnya tingkat kunjungan. Memutihkan tarif pajak hotel dan restoran di 10 destinasi utama adalah langkah jitu yang akan membantu mengurangi beban yang dipikul oleh para pelaku pariwisata.
Terlepas dari itu semua, momentum wabah Covid-19 di dunia ini harus menjadi peluang baru bagi para pelaku usaha sektor pariwisata untuk semakin gencar menangkap potensi-potensi dari para pelancong domestik yang saat ini semakin gemar berwisata keliling Indonesia. Begitu pula bagi para pelancong lokal, inilah momentum terbaik untuk menikmati liburan dengan penghematan biaya luar biasa yang telah disediakan pemerintah agar kita semakin mengenal keindahan alam dan keragaman budaya di negeri sendiri.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur Eri Sutrisno, Ratna Nuraini