Indonesia.go.id - Belajar dari Keberhasilan Negara Lain, Pemerintah Siapkan Dua Obat Covid-19

Belajar dari Keberhasilan Negara Lain, Pemerintah Siapkan Dua Obat Covid-19

  • Administrator
  • Selasa, 24 Maret 2020 | 18:58 WIB
COVID-19
  Petugas menunjukkan obat Chloroquine yang akan diserahkan kepada RSPI Sulianti Saroso di Jakarta, Sabtu (21/3/2020). Kementerian BUMN menyerahkan sebanyak 1.000 butir Chloroquine kepada RSPI Sulianti Saroso sebagai simbol bahwa pemerintah bergerak untuk menangani penyebaran virus corona (COVID-19). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Pemerintah akan memberikan obat Avigan dan Chloroquine kepada pasien positif corona. Penggunaannya tak bisa sembarangan.

Dua puluh hari sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya warga Indonesia yang terinfeksi virus corona mutan, jumlah pasien positif terus melonjak. Sebaran wilayahnya juga meluas ke-17 provinsi. Awalnya, dua orang, tapi hingga hari kedua puluh, Minggu (22/3/2020) ada penambahan 64 kasus dalam sehari sehingga total per hari itu ada 514 orang. Dari jumlah itu, menurut juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, 48 orang meninggal dan 29 orang sembuh.

Tren kenaikan dari hari ke hari ini membuat pemerintah memutuskan menyusun langkah cepat. Selain akan melakukan diagnosis awal melalui rapid test juga akan mendatangkan dua obat yang selama ini digunakan beberapa negara untuk mengobati infeksi akibat Covid-19 ini. Namanya Avigan yang memiliki nama generik favipiravir serta Chloroquine yang selama ini dikenal sebagai obat malaria. Tiongkok, Jepang, Prancis, dan Amerika Serikat, merupakan negara yang punya pengalaman menggunakan obat-obat itu.

Avigan adalah obat flu biasa. Obat ini dikembangkan pada 2014 oleh Fujifilm Toyama Chemical Jepang. Obat ini punya kemampuannya menghentikan atau setidaknya menekan gen virus dari proses replikasi dalam sel yang terinfeksi. Tanpa replikasi, koloni virus akan menciut dan sirna.

Ketika virus Corona itu mewabah di Tiongkok, otoritas setempat mencoba memberikan obat ini kepada pasien yang dinyatakan positif Covid-19. Dari uji coba yang dilakukan terhadap 340 pasien yang ada di Wuhan dan Shenzhen, hasilnya cukup menggembirakan.

Menurut Pejabat Kementerian Ilmu Pengatuhuan dan Teknologi Tiongkok Zhang Xinmin, obat itu diberikan kepada pasien di Shenzen yang telah empat hari dinyatakan positif corona. Setelah mengonsumsi Avigan, pasien itu dites. Hasilnya negatif corona.

Dari serangkaian uji coba ini diketahui pula, bahwa 91 persen pasien positif corona yang meminum Avigan kondisi paru-parunya jauh lebih baik. Pada saat yang sama, pada kelompok pasien yang tak diberi  Avigan hanya 62 persen pasien positif Covid-19 yang parunya membaik. Artinya, obat ini bisa memberikan percepatan penyembuhan paru yang sakit akibat infeksi virus.

Tak hanya Tiongkok. Jepang juga melakukan uji coba obat ini kepada 70 hingga 80 pasien positif corona. Hasil yang didapat berbeda dengan yang di Tiongkok. Menurut seorang sumber kementerian di Jepang, hasil uji coba itu kurang menggembirakan. Obat itu, kata pejabat ini, tidak menunjukkan hasil yang ampuh ketika diberikan kepada pasien positif yang sudah mengalami gejala berat, dan koloni virus di dalam tubuh pasien sudah berlipat ganda.

Obat ini tak bisa diberikan secara serampangan. Dibutuhkan resep dokter untuk mengonsumsinya. Wanita hamil dilarang minum obat ini karena bisa menyebabkan kelainan pada janin.

Obat lain yang pernah diujicobakan untuk pasien positif corona adalah Chloroquine. Berbeda dengan Avigan, Chloroquine ini mulai digunakan sejak 70 tahun yang lalu. Obat ini digunakan untuk mencegah dan mengobati malaria, atau mengobati penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi parasit. Selain obat antimalaria, Chloroquine juga digunakan untuk mengobati infeksi parasit tipe Amoeba dan beberapa penyakit autoimun lainnya, seperti Lupus.

Prancis sudah menguji coba obat ini kepada pasien positif Corona. Uji coba melibatkan 20 dari 36 pasien. Dari uji coba itu, setelah enam hari mengonsumsi Chloroquine pasien itu sembuh dan virus tak lagi ditemukan pada sampel darah pasien.

Presiden Amerika Donald Trump tertarik dengan kemampuan Chloroquine ini sebagai obat melawan virus corona. Ia bahkan memerintahkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) agar mendorong industri farmasi memproduksi obat ini dalam jumlah besar supaya bisa diakses masyarakat.

Presiden Joko Widodo rupanya juga tertarik terhadap Avigan dan Chloroquine ini. Dalam keterangan persnya Jumat (20/3/2020) Presiden Jokowi menyatakan, merujuk pengalaman beberapa negara, obat Avigan bisa membantu menyembuhkan pasien dari virus corona itu. Karena itu, pemerintah tertarik untuk mendatangkan obat ini untuk membantu kesembuhan pasien positif corona. "Kita telah mendatangkan 5 ribu dan dalam proses pemesanan 2 juta," kata Presiden.

Untuk Chloroquine, Jokowi menyebut, Indonesia punya stok 3 juta pak. Obat ini dapat diproduksi oleh PT Kimia Farma. Jokowi mengingatkan, kedua obat ini bukanlah obat utama melainkan second line. Sebab, obat utama Covid-19 ini sampai saat ini memang belum ditemukan.

Khusus untuk Chloroquine, Kementerian Kesehatan Australia memberikan sejumlah catatan. Menurut mereka, Chloroquine tidak bisa diberikan kepada orang yang punya riwayat sakit epilepsi atau sakit mata. Obat ini punya efek samping seperti sakit kepala, pusing, atau gangguan usus. Pada beberapa orang, jika mengonsumsi obat ini selama 3 sampai 5 tahun, dapat menyebabkan masalah mata (kerusakan retina yang bersifat permanen).

Karena punya efek samping itu, kata Jokowi, obat ini tak bisa diberikan sembarangan melainkan harus dengan resep dokter.

 

Penulis: Fajar WH
Editor: Putut Tri Husodo/Ratna Nuraini/Elvira