Indonesia.go.id - Mainan Zaman Dahulu 30 Persen Bahan Alam, Sisanya Kreativitas

Mainan Zaman Dahulu 30 Persen Bahan Alam, Sisanya Kreativitas

  • Administrator
  • Selasa, 13 September 2022 | 18:53 WIB
G20

Borobudur, InfoPublik – Permainan tradisional merupakan kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Melestarikan permainan tradisional bukan sekadar mempelajari nama-nama permainan tradisional dan aturan-aturannya, namun lebih jauh dengan memainkannya.

Hal itu diungkapkan, Wahyu Nur Rohman, Masyarakat Bumiharjo, yang hadir pada saat Lokakarya Budaya dan Dolanan, di Desa Wringin Putih, Borobudur, Selasa (13/9/2022). 

“Saat ini popularitas permainan tradisional di kalangan generasi muda, kalah bersaing dengan permainan di gawai telepon pintar ataupun komputer. Memperkenalkan permainan tradisional kepada generasi muda harus dilakukan dengan gencar, sehingga mereka menyukai dan memainkannya di tengah pesatnya perkembangan permainan modern berbasis gawai,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan, permainan modern berbeda dengan mainan zaman dulu yang 30 persen bahannya dari alam dan sisanya 70 persen adalah kreativitas.

"Jadi kalau dulu, kita buat maiannya dari bahan yang ada ditemukan di tempat sekitar kita, seperti permainan gedebok pisang yang dihadirkan pada event itu. Di Desa Bumiharjo baik kerajinan maupun wisatanya konsepnya dolanan, di mana dolanan mengusung konsepnya adalah alam. Karena kita melestarikan alam. Saat ini kita mengusung gedebok pisang karena termasuk komoditas yang banyak ditemuim kita bisa bikin senjata mainan, pedang, busur, pletek dan kuda lumping atau jaran kepang,” terangnya.

Agung Prasetyo, Wayang Siladen dari Kebonsari, menambahkan, permaianan tradisional itu sendiri muncul turun-temurun dari generasi ke generasi yang sarat akan filofosi dan banyak sekali mengandung nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

“Seperti wayang-wayangan yang saat ini sedang saya buat. Saya bisa membuat ini karena diajarkan oleh orang tua. Biasanya wayang-wayangan seperti ini dibuat oarang tua saya dahulu saat mereka membuat anyaman dari bambu biar anak tidak rewel,” terangnya.

Lanjutnya, wayang-wayangan yang dibuat itu menggunakan bahan dasar bambu. Selain itu juga ada tembak-tembakan dari bambu, serta panahan dari bambu juga sampe ke busurnya. “Saya belum memiliki workshop tapi setiap ada event selalu dilibatkan acara, seperti event Lokarkarya Budaya dan Dolanan hari ini,” tutupnya.

Foto: Agus Siswanto Infopublik