Indonesia.go.id - Kemendikbudristek Dorong Pembahasan Kelestarian Bumi dan Dana Abadi di G20

Kemendikbudristek Dorong Pembahasan Kelestarian Bumi dan Dana Abadi di G20

  • Administrator
  • Minggu, 11 September 2022 | 17:18 WIB
G20

Yogyakarta, InfoPublik - Direktur Jenderal Kebudayaan  Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Koordinator Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan  G20, Hilmar Farid, mengatakan ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam pertemuan-pertemuan G20 bidang pendidikan dan kebudayaan.

Pertama, memperkuat kebijakan kebudayaan yang arahnya mengenai kelestarian bumi dan kedua adalah dana global bagi pemulihan sektor kebudayaan.

“Khusus untuk yang pertama yaitu kelestarian bumi. Dimana untuk masa mendatang pembangunan ini harus mempertimbangkan kebudayaan di dalamnya. Karena ada ada banyak sumber daya, kelembagan, dana dan anggaran segala macam bisa difokuskan di praktik-praktik semacam ini," ujar Hilmar, kepada rekan-rekan media di Legend Coffe, Yogyakarta (11/9/2022).

Yang kedua, Lanjut Hilmar, dana abadi untuk tingkat global karena banyak seniman yang terdampak setelah pandemi. Jadi untuk mereka bangkit kembali kan perlu disokong, itu (dana abadi) juga menjadi agenda pembicaraan nanti di pertemuan tingkat menteri.

Hilman juga mengungkapkan, gagasan untuk membetuk dana global bagi pemulihan disektor kebudayaan disebabkan sektor ini sangat terpukul. Memang dibeberapa negara seperti Inggris dan Amerika sudah ada, tapi belum punya skema di tingklat global. Skema pasca pandemi ini dikhusus ditujukan bagi para pekerja budaya bisa kembali.

“Di Indonesia sudah punya dana abadi kebudayaan yang bernama Dana Indonesiana. Karena tidak semua negara memiliki dukungan kepada pekerja wilayah seniman dan seterusnya,” katanya.

Sambungnya, inisiatif ini sangat perlu karena sektor kebudayaan ini tidak didukung akan kesulitan untuk pulih dan bangkit kembali. Yang rugi ini masyarakat secara keseluruhan bukan hanya senimannya. Kalau kita sampe banyak kehilangan banyak ekspresi budaya akan sulit.

Foto: Agus Siswanto Infopublik