Jakarta, InfoPublik - Kondisi terumbu karang saat ini perlu mendapat perhatian lebih dari multipihak, tidak hanya pemerintah namun juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), swasta, maupun pemangku kebijakan. Dengan kondisi tersebut, Indonesia mengajak Negara G20 untuk bersama sama merestorasi terumbu karang.
“Diperlukan aksi nyata agar penambahan kerusakan pada terumbu karang tidak terjadi, serta untuk meningkatkan kondisi kesehatan karang di laut Indonesia. Salah satu aksi nyata tersebut adalah dengan melakukan konservasi dan restorasi melalui program Indonesia Coral Reef Garden (ICRG),” ucap Deputi Jodi pada workshop
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Jodi Mahardi, pada Workshop Menuju Ocean 20 mengenai terumbu karang yang bertajuk ‘No Coral Reef Left Behind' di Bali, Minggu (28/8/2022).
Menurut Deputi Jodi, tujuan dari ditentukannya area konservasi adalah untuk melindungi dan memanfaatkan fungsi ekosistem terumbu karang sebagai penunjang biota perairan sekitar karang saat ini, maupun yang akan datang.
“Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia serta pemerintah daerah saat ini telah mengaplikasikan fungsi konservasi tersebut. Area konservasi terbukti dapat melindungi area pesisir pada pulau-pulau kecil dan menciptakan manajemen lingkungan yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Dirinya menginformasikan bahwa kesadaran atas pentingnya terumbu karang telah dimulai sejak 1998 dengan adanya The Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap). Menurutnya, Coremap terdiri dari 3 tahap yaitu tahap inisiasi, tahap akselerasi, dan terakhir tahap penguatan institusi dengan total investasi sebesar lebih dari 170,77 juta dolar.
“Implementasi Coremap di Indonesia tidak hanya memperbaiki kondisi karang, namun berimplikasi pula pada peningkatan keanekaragaman biota laut yang secara langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir,” tutur Deputi Jodi.
Setali tiga uang dengan Deputi Jodi, Wakil Menteri (Wamen) Lingkungan Hidup, Air dan Pertanian Arab Saudi, Osama Faqeeha sependapat akan pentingnya kesehatan terumbu karang bagi kesejahteraan masyarakat serta kondisi kesehatan lingkungan umumnya.
“Seperti yang dikatakan Deputi Jodi, kita tidak akan dapat melindungi terumbu karang kita dengan baik jika kita tetap melaksanakan kebijakan seperti biasa. Diperlukan langkah drastis untuk menyelamatkan karang dunia,” kata Wamen Osama.
Dirinya mengapresiasi Pemerintah Indonesia melalui Kemenko Marves yang telah menginisiasi workshop tersebut sehingga pemerintah dunia dapat melihat pentingnya melindungi terumbu karang dan pengaruh nyata karang terhadap kesehatan laut secara umum.
“Tujuan terpenting dari workshop itu adalah untuk meng-highlight pentingnya kerja sama multilateral untuk dapat mengonservasi dan mengembalikan kondisi terumbu karang dunia seperti semula, saya katakan bahwa kami (Kerajaan Arab Saudi) serius dalam menjawab tantangan merestorasi terumbu karang," tegasnya.
Wamen Osama mengatakan bahwa untuk menunjukkan keseriusan negaranya, Kerajaan Arab Saudi akan berkontribusi sebesar 10 juta dolar setiap tahunnya pada 10 tahun pertama untuk mendukung program konservasi dan restorasi karang. Dirinya juga mendorong negara lain, baik yang tergabung dalam G20 maupun tidak, serta sektor swasta untuk memberikan sumbangsih.
Hal senada juga ditunjukkan Yabanex Bastita dari perwakilan Organisasi Pendanaan Terumbu Karang Dunia (GFCR), yang akan memprioritaskan Indonesia sebagai target dalam program restorasi dan konservasi terumbu karang.
Terkait dengan pendanaan, Deputi Jodi mengatakan harapannya agar pada workshop tersebut dapat tercipta kolaborasi dalam bentuk pendanaan yang inovatif.
“Saya berharap workshop itu dapat menjadi wadah diskusi dan penentuan langkah konkret selanjutnya dalam hal kolaborasi restorasi karang dari perspektif keilmuan maupun sosial-ekonomi,” ungkapnya.
Melalui workshop tersebut, Deputi Jodi mengungkapkan rencana untuk membentuk Coral Stock Center (CSC) dan membangun Global Center of Excellence (GCoE) on Coral Reef sebagai pusat ilmu pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait ekosistem terumbu karang yang pertama di dunia.
Pada workshop tersebut diadakan pula panel diskusi yang membahas mengenai kolaborasi global untuk konservasi dan restorasi terumbu karang. Sebagai informasi, workshop tersebut diikuti oleh sejumlah duta besar dan perwakilan kedutaan negara-negara sahabat, Kementerian Lingkungan Hidup negara-negara G20, Kementerian PPN/Bappenas, KKP, KLHK, Kementerian Luar Negeri, Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta Badan Restorasi Gambut dan Mangrove.