Indonesia.go.id - Cerita Di Balik Digitalisasi Naskah Keraton Yogyakarta

Cerita Di Balik Digitalisasi Naskah Keraton Yogyakarta

  • Administrator
  • Senin, 11 Maret 2019 | 08:49 WIB
PELESTARIAN BUDAYA
  Sumber foto: British Library

Kini projek digitalisasi naskah merupakan upaya pengembangan kekayaan naskah yang tidak ternilai harganya. Kemudahan akses teknologi digital pun membuat pengembangan lebih menjadi kian memungkinkan.

Annabel Teh Gallop, barangkali adalah tamu undangan yang paling rajin dalam acara dua hari Simposium Internasional Naskah Keraton Yogyakarta yang berlangsung pada pada 5 dan 6 Maret 2019. Annabel saat ini mengepalai Koleksi Asia Tenggara di British Library, London, Inggris. Menurut data yang ada di kemdikbud.go.id, Annabel lahir di Winchester, Inggris, 5 Agustus 1961.

Annabel tidak asing dengan budaya Melayu. Semasa kecil dia menjalani prasekolah hingga pendidikan dasar di Brunei Darussalam. Dia mempunyai darah melayu dari ibunya, Teh Siok Lay.  Ayahnya adalah mendiang Christopher Hugh Gallop, anak seorang diplomat Inggris yang menghabiskan sisa hidupnya di Asia Tenggara dengan menjadi seorang pendidik.

Naskah kuno atau manuskrip dari Asia Tenggara adalah bidang kajian yang menjadi fokus keilmuan Annabel. Gelar doktor (PhD) yang dia peroleh mengambil subjek penelitian inskripsi yang terdapat dalam berbagai dokumen Melayu kuno. Minat dia hingga saat ini di antaranya adalah meneliti manuskrip kuno, dokumen, dan surat kuno, Cap Melayu, hingga ornamen-ornamen dekoratif (iluminasi) atau seni Al-Quran yang terdapat dalam berbagai naskah dari Asia Tenggara.

Annabel dalam presentasi di depan peserta seminar menyebutkan ada berbagai pihak yang sangat berperan dalam suksesnya program digitalisasi naskah Keraton Yogyakarta. Selain peran Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai pewaris naskah, beberapa orang tercatat sebagai pihak yang sangat aktif. Mereka adalah Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik, peneliti sejarah Jawa Dr Peter Carey, dan sponsor utama yakni pengusaha keturunan India yang sukses di Indonesia, yakni, Sri Prakash Lohia.

Projek digitalisasi naskah Keraton Yogyakarta berlangsung kurang lebih satu tahun sebelumnya. Pada 20 Maret 2018, Sri Sultan Hamengkubuwono X mencanangkan projek digitalisasi naskah Keraton Yogyakarta yang berada di Brisih Museum, London.  Kegiatan ini adalah rangkaian dari kunjungan delegasi Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ke Inggris. Selain persoalan digitalisasi naskah, delegasi pada saat itu mempelajari pengelolaan kota warisan budaya dunia dengan mengambil pelajaran dari kota Edinburgh.

https://indonesia.go.id/assets/img/assets/1552294291_Halaman_pembuka_Bratayuda_kawi_miring.jpg" />Halaman pembuka Bratayuda kawi miring, disalin oleh Wongsadirana dari Tanggung, mungkin sebelum 1797. Sumber: British Library 

Setelah melalui berbagai persiapan, baru pada Mei 2018 proyek digitalisasi itu efektif berlangsung. Annabel menyebutkan ada sejumlah 75 naskah yang berasal dari Keraton Yogyakarta yang didigitalkan. Dari jumlah itu 60 naskah adalah naskah-naskah yang berasal dari koleksi Raffles, Crawfurd, dan MacKenzie. Koleksi itu mereka dapatkan setelah membagi jarahan pascapenyerangan pasukan Inggris-Benggala ke Keraton Yogyakarta, 20 Juni 1812. Sisa naskah lainnya mereka dapatkan dari berbagai kolektor.

Sebagai kurator dari British Library, Annabel mengungkapkan rasa simpatinya kepada pihak Keraton Yogyakarta dan masyarakat Indonesia pada umumnya atas kejadian-kejadian dalam sejarah yang memperlihatkan berbagai wajah buruk kolonialisme. Geger Spehi (Spoy), adalah salah satu catatan buruk dalam sejarah saat kekuatan kolonial Inggris pada saat itu bertindak dengan brutal dan tidak berprikemanusiaan.

Peter Carey, sejarawan asal Skotlandia, mencatat bahwa dalam penyerangan yang berlangsung 3 jam itu 23 orang pasukan Inggris mati dan 78 lainnya terluka. Sedangkan korban di pihak Keraton Yogyakarta, menurut Peter Carey mencapai ribuan jumlahnya. Yang lebih memilukan dari semua itu adalah perilaku pasukan kolonial Inggris. Dari perwira sampai prajurit semuanya menjarah seluruh isi keraton beserta kediaman-kediaman di sekitarnya. Semua pintu didobrak, lemari-lemari dibongkar, brankas dibobol, bahkan beberapa yang kelihatan seperti tempat penyimpanan digali tanpa bersisa. Majalah Historia menulis, peti-peti kayu jati dan lemari dari keraton hilir mudi diangkut dengan menggunakan gerobak menuju Benteng Vederbergh dan Kepatihan selama empat hari lamanya. Jika dijumlahkan nilainya melebihi 120 juta dolar.

Annabel mencatat dalam paparannya segala macam barang berharga dari kraton, termasuk di dalamnya keris-keris pusaka, perhiasan, dan berbagai benda berharga lainnya berada dalam kekuasaan British Prize Agents, kuasa pampasan perang, yang membagikan harta itu kepada seluruh pasukan berdasarkan kepangkatan. Sedangkan naskah-naskah dari perpustakaan kraton dan arsip-arsip dari sekretariat atau Gedhong Pacarikan dibawa ke Kepatihan tempat British Residency dan membaginya kepada Raffles, Crawfurd dan Mackenzie.

Babad Panular, yang ditulis oleh Pangeran Arya Panular mencatat setelah empat hari kejatuhan keraton, pasukan keraton yang kalah, para tumenggung dan pembantunya dipaksa untuk mengangkut kotak-kotak kayu yang tak terhitung jumlahnya ke Kepatihan. Naskah dan arsip dibongkar dan disortir oleh Crawfurd dan CF Krijgsman, penerjemah mereka. Setidaknya dua dari sekian naskah-naskah itu diberikan kepada pihak Pakualaman.

Kontroversi Sejarah Penjarahan

Hingga saat ini belum ada gambaran yang bisa memperkirakan berapa banyak naskah-naskah yang dibawa dari keraton. Dalam pidato pembukaan Sri Sultan Hamengkubuwono X, dia mengutip penelitian sejarawan UGM Djoko Suryo yang memperkirakan sejumlah 7.000 naskah yang hilang dari keraton. Sri Sultan juga menyatakan bahwa sejak penyerangan itu terjadi kemunduran yang luar biasa dalam tradisi tulis-menulis di Keraton Yogyakarta karena yang tersisa di dalam keraton hanya tinggal 3 (tiga) peninggalan, yakni Serat Suryaraja (1774), Serat Arjuna Wiwaha (1778), dan Kanjeng Kyai Qur’an.

https://indonesia.go.id/assets/img/assets/1552294543_Serat_Sakondar.jpg" />

Serat Sakondar. Sumber: British Library

Menanggapi pernyataan Sri Sultan, Annabel Gallop memahami klaim yang dikatakan sejarawan itu. Tetapi pada masa terjadinya penyerbuan itu, pencatatan arsip di dalam keraton sendiri juga tidak bisa menyebutkan berapa sebenarnya koleksi yang dipunyai.

Jika merujuk pada jumlah dokumen, khusunya pada jumlah halaman, dari 75 naskah yang telah didigitalisasi di British Library hingga saat ini telah lebih dari 30.000 gambar digital yang telah selesai dipindai. Koleksi British Library sendiri setelah diteliti oleh Peter Carey, ternyata hanya 60 yang berasal dari penjarahan Geger Spehi. Sisanya didapatkan dari sumber-sumber yang berbeda.

Peter Carey sendiri mencatat dari berbagai sumber sejarah lisan tentang Raffles yang menyimpan paling banyak barang-barang yang indah dan kelihatan berharga untuk dirinya sendiri. Sisanya dibagikan pada Crawfurd dan Mackenzie. Raffles tercatat mempunya 44 naskah Jawa yang saat ini berada di tangan Royal Asiatic Society yang dulunya pusatnya berada di Singapura. Tetapi anehnya, pada saat ini hanya ada dua naskah yang teridentifikasi positif berasal dari Keraton Yogyakarta yakni Serat Rama Kawi dan Babad Mataram.

Dari 60 naskah Keraton Yogyakarta yang saat ini berada di British Libarary, Annabel menyebutkan bahwa 21 di antaranya berasal dari koleksi John Crawfurd yang pada saat itu menjadi Residen Inggris di Yogjakarta sejak 1811-1814. Crawfurd menjual koleksi naskah Melayu, Bugis, dan Jawa kepada British Museum pada 1842. Sedangkan 39 sisanya berasal dari koleksi Colin Mackenzie yang menjadi Komandan Pasukan Inggris di Jawa pada kurun 1811-1813. Mackanzie sempat membawa naskah-naskah berbahasa Jawa ke Calcutta sampai dia meninggal pada 1821. Setelah itu koleksinya dikuasai oleh India Office Library di London yang sekarang dipunyai oleh British Library.

Peter Carey dalam paparannya mencatat bahwa koleksi Raffles kebanyakan terdiri dari lukisan-lukisan, hiasan, dan berbagai ornamen yang dalam cara pandangnya yang hanya seorang Letnan Gubernur terlihat seperti harta karun yang menjanjikan. Faktanya keinginan dan nafsu serakah yang diperlihatkan oleh Raffles pada akhirnya tidak menghasilkan apa-apa kecuali kerusakan di berbagai pihak. Salah satu akibat keserakahan Raffles adalah apa yang terkenal sebagai Kutukan Prasasti Minto.

Prasasti Minto, adalah prasasti yang saat ini berada di halaman rumah bekas kediaman Lord Minto, penguasa pasukan Kolonial Inggris urusan Hindia. Prasasti yang berasal dari Desa Sangguran di Malang, adalah sebuah prasasti peresmian daerah kuno di Malang dengan beberapa ayat di prasasti yang memberikan kutukan kepada siapapun yang melanggar berbagai aturan yang ada di dalam prasasti itu akan binasa.

Percaya atau tidak setelah prasasti Sangguran dipindahkan oleh Lord Minto dari Calcutta ke Skotlandia, Lord Minto dipecat dengan alasan tidak jelas untuk kemudian mati tanpa sempat melihat prasasti di halaman rumahnya. Demikian juga dengan Raffles yang juga mengalami pemecatan dalam karier tentaranya dan mati akibat sakit sesudahnya. Tak kurang pula bupati Ranggalawe yang menghadiahkan prasasti itu kepada Raffles, hingga saat ini namanya tidak banyak dikenal di daerah asalnya dan makamnya pun tidak diketahui di mana rimbanya.

Manuskrip Yang Tak Ternilai Harganya

Koleksi Crawfurd memiliki nilai sejarah yang tidak ternilai harganya. Annabel mencatat bahwa koleksi ini setidaknya meliputi 400 dokumen berbahasa Jawa yang bertanggal 1712 sampai dengan 1813. Di dalamnya terdapat laporan-laproan resmi, surat-menyurat, rekening, dan berbagai dokumen lain yang menyertakan surat-surat pribadi Sultan Hamengkubuwana II dan penerusnya Sultan Hamengkubuwana III. Koleksi Crawfurd juga termasuk babad dan serat yang di dalamnya termasuk kumpulan pawukon, primbon, dan kitab-kitab ajaran (etika).

https://indonesia.go.id/assets/img/assets/1552295070_Serat_Jaya_Lengakara_Wulang.jpg" />

Serat Jaya Lengakara Wulang. Sumber: British Library

Koleksi Mackenzie, walaupun tidak berbobot sejarah seperti Crawfurd, menyimpan pula Babad Ing Sengkala yang bertahun 1738 yang merupakan naskah tertua dari koleksi itu. Juga ada naskah cerita seperti Damar Wulan dan Arjuna Sasrabahu. Tetapi yang paling unik dari koleksi Mackenzie adalah banyaknya model primbon dan teks wayang serta cerita pahlawan-pahlawan muslim sepreti Carita Yusup, Ahmad Muhammad, Serat Anbiya, dan Menak Amir Hamzah. Salah satu yang paling mencolok adalah manuskrip Serat Menak yang mempunyai ketebalan mencapai 3.040 halaman atau 1.520 folio dalam bentuk kitab yang dijilid kulit dan bersulam ikat.

Projek digitalisasi naskah Keraton Yogyakarta sangat dibantu dengan hasil penelitian Profesor Merle Ricklefs pada 1988, yang mampu mengidentifikasi mana saja naskah yang berasal dari penjarahan pasukan Inggris pada tahun 1812 dan mana yang berasal dari pihak lain. Sebagian besar manuskrip dalam catatan Ricklef terdiri dari sejarah Jawa, sastra, dan kitab ajaran, kisah-kisah Islam, dan kompilasi kisah-kisah pewayangan. Teks-teks di dalamnya sebagian berupa tulisan huruf Jawa dan sebagian lainnya berupa naskah Jawa yang ditulis dengan huruf Arab Pegon. Naskah-naskah itu sebagian besar ditulis di atas kertas impor Eropa dan sebagian lagi ditulis di atas kertas buatan lokal yang terbuat dari serat pohon atau dluwang.

Ricklef mencatat ada sekitar 83 manuskrip Jawa secara keseluruhan yang ada di Inggris. Dari 75 yang ada di British Library , delapan sisanya terbagi separuh-separuh di Royal Asiatic Society dan John Rylands University yang ada di Manchester Library. Peter Carey adalah seorang yang tercatat pernah merekam dengan microfilme dari keseluruhan koleksi. Pada Agustus 1989, mikrofilm itu diberikan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono X. Projek digitalisasi naskah pada saat ini adalah salah satu cara untuk mengembangkan kekayaan naskah yang tidak ternilai harganya ini kepada semua kalangan. Kemudahan teknologi digital untuk bisa diakses oleh hampir semua orang membuat pengembangan lebih jauh kekayaan yang tidak ternilai harganya ini menjadi lebih memungkinkan.

Berikut adalah daftar naskah yang telah selesai didigitalisasi di situs British Library.

Add. 12281 Serat Panji Angronagung Pakualaman, 1813
Add. 12288 Babad Sultanan utawi Mangkunegaran
Add. 12289 Serat Sakondar
Add. 12294 Serat Gonda Kusuma
Add. 12302 Serat Rejunawijaya, 1802
Add. 12303 Archive of Yogyakarta vol.1
Add. 12304 Babad, Serat Banten, 1786
Add. 12305 Serat Nawawi
Add. 12307 Carita dadine Bumi Selangit
Add. 12308 Babad Kanjeng Panembahan Purubaya, 1813
Add. 12309 Menak Amir Hamza
Add. 12310 Serat Jaya Lengkara Wulang
Add. 12311 Primbon Palintangan Palindon Pakedutan
Add. 12313 Serat Sejarah Demak
Add. 12314 Fikh
Add. 12315 Primbon, assorted texts
Add. 12316 Legendary Javanese history
Add. 12319 Panji story
Add. 12320 Babad Kraton
Add. 12325 Javanese historical excerpts
Add. 12329 Surya Ngalam, legal text
Add. 12330 Babad bedhah ing Ngayogyakarta, by Pangeran Arya Panular, 1815
Add. 12337 Teachings of Sultan Hamengku Buwana I
Add. 12338 Pawukon, 1807
Add. 12341 Archive of Yogyakarta vol.2, 1812
Add. 12342 Archive of Yogyakarta vol.3, 1811
Add. 14397 Archive of Yogyakarta vol.4, 1812
IO Islamic 2617 Arabic text on stones and jewels + other texts 
MSS Jav 4 Bratayudha kawi miring, 1797
MSS Jav 7 Babad Pajajaran, 1786
MSS Jav 8 Sandi sastra, etc., 1766
MSS Jav 9 Carita satus and Serat Bratayuda, fragments, 1811
MSS Jav 10 Sejarah sagung ing para Ratu, 1794
MSS Jav 11 Carita Yusup, 1803
MSS Jav 13 Serat Rama
MSS Jav 19 Wayang texts, 1782
MSS Jav 20 Wayang texts
MSS Jav 21 Sejarah ing para nabi, 1790
MSS Jav 24 Jaya Lengkara Wulang, 1803
MSS Jav 26 Amara Supi, 1769
MSS Jav 27 Jati Kusuma, 1766
MSS Jav 32 Damar Wulan
MSS Jav 33 Sajarah sagung ing para Ratu, 1764
MSS Jav 34 Wayang Gedog texts
MSS Jav 35 Ahmad Muhammad, 1808
MSS Jav 36 Babad Mataram, Babad ing Sangkala, Pawukon, 1738
MSS Jav 37 Wayang texts
MSS Jav 38 Wayang texts
MSS Jav 39 Wayang texts
MSS Jav 41 Primbon collection
MSS Jav 42 Primbon collection
MSS Jav 43 Primbon collection
MSS Jav 44 Wayang texts
MSS Jav 45 Menak Amir Hamza
MSS Jav 46 Arjuna Sasrabahu, 1800
MSS Jav 52 Jaya Lengkara Wulang, 1763
MSS Jav 54 Wayang texts
MSS Jav 58 Serat Pustaka Surya Raja
MSS Jav 59 Wayang text: Kagengan-dalem Serat Kanda
MSS Jav 60 Fragments of Panji texts
MSS Jav 62 Wayang text
MSS Jav 63 Wayang text
MSS Jav 64 Wayang text
MSS Jav 65 Wayang texts
MSS Jav 66 Wayang text
MSS Jav 71 Manik Maya and other texts 
MSS Jav 72 Menak Amir Hamza
MSS Jav 74 Serat Anbiya
MSS Jav 78 Serat Anbiya
MSS Jav 79 Caritanya Nabi Muhammad
MSS Jav 83 Sha???r?ya tracts
MSS Jav 84 Primbon collection
MSS Jav 85 Layang s?mbayang lan t?tamba
MSS Jav 87 Religious texts
MSS Jav 92 Wilangan wulan, 1782
MSS Jav 103 Caritanipun Urut Kanda, 1816. (Y-1)