Tepat di hari kedua IdulFitri, 25 Mei 2020, sebuah kabar gembira diunggah akun media sosial @KementerianLHK di platform twitter-nya. "Alhamdulillah, Senin (25/5/2020), sekitar jam 05.00 WIB telah lahir seekor bayi orangutan betina. Bayi orangutan ini merupakan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) dari induk Evi dan jantan Ipung," demikian isi unggahan milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut.
Kelahiran bayi orangutan kalimantan koleksi Taman Nasional Indonesia di Cisarua ini bertepatan dengan momentum Hari Keanekaragaman Hayati Dunia yang jatuh pada 22 Mei dan IdulFitri pada 24 Mei. Unggahan serupa juga diberitakan Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar di akun twitter miliknya, @SitiNurbayaLHK pada hari yang sama.
Ia pun tak lupa memberikan nama untuk si bayi orangutan betina ini. Fitri, begitu nama yang ia sematkan untuk primata asli Indonesia yang baru berusia sehari itu. "Mengingat kelahirannya masih dalam suasana hari raya IdulFitri, saya menamakan bayi orangutan ini dengan nama Fitri," begitu bunyi unggahan dari menteri kelahiran Jakarta, 28 Juli 1956.
Bayi orangutan itu melengkapi kehadiran seekor anakan gajah sumatra yang lahir di TSI Bogor, pada 28 April 2020. Anak gajah ini diberi nama Covid lantaran lahir pada saat dunia mengalami pandemi virus corona, nama lain Covid-19.
TSI Bogor adalah satu di antara 81 lembaga konservasi (LK) terdaftar di Kementerian LHK. Selama penutupan LK dan berlangsungnya Penerapan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah di Indonesia, banyak satwa yang lahir di LK.
Selain Fitri dan Covid, di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta lahir juga anak gajah sumatra, komodo (12 ekor), burung kasturi raja (1 ekor), tarsius (1 ekor) di Faunaland Ancol, burung kasuari (3 ekor) di R Zoo and Park di Sumatra Utara, serta satwa-satwa eksotik lainnya seperti jerapah, zebra dan common marmoset.
https://indonesia.go.id/assets/img/assets/1590572923_ot2.jpeg " />
Bayi Orangutan Kalimantan yang lahir di Lembaga Konservasi TSI Bogor pada Minggu (25/5/2020) tersebut diberi nama Fitri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kelautan Siti Nurbaya karena bertepatan dengan suasana Hari Raya IdulFitri 1441 H. ANTARA FOTO/ Arif Firmansyah
Kelahiran anak satwa di masa pandemi ini menandakan bahwa pengelola LK telah menerapkan kesejahteraan satwa dengan baik. Sehingga satwa dapat berkembang biak secara alami dan telah menjalankan fungsinya sebagai tempat pengembangbiakan di luar habitat dengan tetap mempertahankan kemurnian genetiknya. Siti berharap melalui program breeding terkontrol, program konservasi ex-situ link to in-situ bisa dijalankan dan pada akhirnya peningkatan populasi in-situ dapat tercapai.
KLHK telah melakukan pelepasliaran satwa ke habitat alaminya dari pusat rehabilitasi, pusat penyelamatan, dan unit konservasi satwa lainnya sebanyak 214.154 individu pada periode 2016-2020.
KLHK, kata Siti, terus berupaya melakukan konservasi satwa yang dilindungi. Hal itu dilakukan dengan cara mengelola populasi spesies terisolasi, konektivitas kantung-kantung habitat satwa, dan penciptaan kantung-kantung baru untuk mendukung peningkatan populasi serta pengelolaan metapopulasi.
Pemerintah saat ini sedang mengembangkan kebijakan untuk mendorong adanya konektivitas kantong-kantong baru satwa. Salah satunya melalui pengembangan sistem kawasan lindung yang mencakup areal yang bernilai konservasi tinggi di wilayah-wilayah konsesi sektor kehutanan dan perkebunan. "KLHK telah mengidentifikasi ada 1,4 juta hektare area bernilai konservasi tinggi yang dapat masuk ke dalam sistem kawasan yang dilindungi," kata menteri yang pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal Dewan Perwakilan Daerah RI ini.
Pada tingkat spesies, Indonesia telah menyusun peta jalan untuk memulihkan populasi 25 spesies target yang terancam punah. Melalui lebih dari 270 lokasi pemantauan, beberapa populasi spesies meningkat, seperti jalak bali, harimau sumatra, badak jawa, gajah sumatra, dan elang jawa.
Kemudian pada tingkat genetik, Indonesia telah mempromosikan bioprospeksi (bioprospecting) untuk keamanan dan kesehatan pangan, seperti candidaspongia untuk antikanker, dan gaharu untuk disinfektan, yang produksinya telah ditingkatkan selama pandemi virus Covid-19 ini.
Penulis: Anton Setiawan
Editor: Eri Sutrisno/Elvira Indah Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini