Kapan nikah? Kok masih betah sendiri saja? Pertanyaan-pertanyaan kepada mereka yang lajang ini sering muncul saat pertemuan keluarga atau kumpul dengan para sahabat. Bagi yang sudah berusia siap nikah tapi belum punya pasangan, kadang kikuk menjawabnya. Begitu juga bagi yang sudah punya pasangan, tapi belum juga menikah.
Menikah memang tidak hanya melulu urusan cinta. Cinta penting, tapi juga masih ada beberapa aspek yang mesti dipertimbangkan. Kesiapan menikah setiap orang juga berbeda-beda. Ada yang kadang sudah pacaran lama tapi tak kunjung juga membangun rumah tangga. Ada juga yang baru kenal beberapa saat, tanpa pacaran, lansung berlanjut ke jenjang pernikahan.
Nah untuk mengetahui kesiapan Anda melakukan pernikahan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Senin (4/5/2020), meluncurkan situs siapnikah.org. Di situs ini, Anda bisa mengecek seberapa siap Anda membangun rumah tangga dan apa saja persiapan yang dibutuhkan?
Menurut Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, ada 10 dimensi kesiapan berkeluarga yang harus menjadi perhatian calon pasangan. "Itu kunci terbentuknya keluarga berkualitas,” ujarnya saat peluncuran website ini di Jakarta.
Website ini, kata Hasto, merupakan one stop solution dan rujukan bagi generasi muda untuk mendapat bekal pengetahuan dan lebih siap saat menikah. “Termasuk belajar parenting atau pengasuhan anak,” kata Hasto.
Membangun keluarga memiliki tiga tujuan. Pertama, membangun ketahanan dan kualitas balita dan anak dalam memenuhi tumbuh kembangnya. Kedua, terbangunnya ketahanan keluarga remaja dan kualitas remaja dalam menyiapkan kehidupan berkeluarga. Ketiga, meningkatnya kualitas lansia dan pemberdayaan keluarga rentan sehingga mampu berperan dalam kehidupan keluarga. Serta, terwujudnya pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Sebelum memutuskan untuk membangun rumah tangga, ada baiknya Anda membaca 10 pedoman siap nikah ini.
10 Kesiapan Menikah
1. Kesiapan Usia
Usia ideal minimal 25 tahun bagi laki-laki dan minimal 21 tahun bagi perempuan. Angka 25 tahun dan 21 tahun ini tidak ditentukan asal-asalan, tapi berdasar riset panjang. Berdasarkan riset, seseorang secara fisik, psikologis, hingga finansial, lebih siap masuk ke jenjang pernikahan dibandingkan jika dia menikah di usia sebelum itu.
2. Kesiapan Fisik
Berkeluarga butuh kesiapan fisik, untuk bekerja mencari nafkah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, hingga melakukan aktivitas seksual. Karena itu, jika kamu memiliki riwayat penyakit seperti darah rendah, darah tinggi, hepatitis, atau penyakit menular seksual, harus berobat dulu sebelum menikah. Supaya kamu dan pasanganmu benar-benar fit dan siap membangun keluarga berkualitas.
3. Kesiapan Finansial
Uang memang bukan segala-galanya, tapi untuk menjalankan roda rumah tangga pasti membutuhkan uang. Karena itu, dalam merencanakan pernikahan, persiapan finansial juga diperlukan. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, persiapan kehamilan, perawatan anak, bahkan hingga biaya pendidikan anak.
Karena itu, pastikan sebelum menikah kamu sudah memiliki sumber pendapatan tetap, misalnya pekerjaan sebagai karyawan atau berwirausaha. Setidaknya, saat berkeluarga, kita bisa mandiri secara finansial, tidak membebani atau tergantung pada orang tua atau keluarga lainnya.
4. Kesiapan Mental
Hidup berkeluarga tidak selamanya mulus atau indah seperti saat masih pacaran. Terkadang ada hal yang tidak sesuai harapan. Sifat pasangan, kondisi ekonomi pasangan, sikap mertua dan keluarga besar, termasuk tantangan mendidik anak di era digital. Pola hidup di masa lajang dan saat berkeluarga juga akan berubah. Semuanya butuh kesiapan mental.
5. Kesiapan Emosi
Nah ini juga penting. Coba kamu ingat, bagaimana responsmu saat menghadapi tekanan. Misalnya, saat menghadapi deadline pekerjaan, saat tersinggung dengan ucapan atau perilaku orang lain, atau saat debat karena beda pendapat. Jika kamu masih suka berteriak, marah-marah, sampai melempar barang ketika berbeda pendapat, maka kamu harus belajar mengelola emosi dulu sebelum menikah.
6. Kesiapan Sosial
Manusia tidak hanya makhluk individual, tapi juga sosial. Karena itu, kemampuan bersosialisasi sangat penting dalam kehidupan keluarga. Bersosialisasi dengan teman-teman pasangan, dengan lingkungan yang baru, maupun dalam organisasi. Mengasah jiwa kerelawanan sosial juga bisa menjadi bekal berharga sebelum masuk jenjang pernikahan.
7. Kesiapan Moral
Moralitas berlaku universal, apapun agamanya. Kesiapan moral sangat penting untuk mengontrol perilaku agar dalam berkeluarga bisa memegang etika. Misalnya, menaati perintah Tuhan Yang Maha Kuasa, berlaku jujur, bersabar kala menghadapi ujian, hingga tidak menggunakan barang milik orang lain tanpa izin.
8. Kesiapan Interpersonal
Kemampuan interpersonal ini terkait dengan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan interpersonal akan bisa menjadi pendengar yang baik saat orang lain curhat, berinteraksi dengan orang dari berbagai latar belakang, hingga mampu berdiskusi dan mendengar pendapat orang lain sebelum mengambil keputusan.
9. Keterampilan Hidup
Keterampilan sangat dibutuhkan dalam hidup. Ketika berkeluarga, keterampilan itu makin dibutuhkan. Misalnya, keterampilan dasar seperti merapikan dan membersihkan rumah, memasak, mengasuh dan mendidik anak, menjalankan peran suami/istri. Merawat organ reproduksi hingga pengetahuan alat kontrasepsi untuk pengaturan jarak kehamilan juga menjadi keterampilan yang harus dimiliki.
10. Kesiapan Intelektual
Dalam berkeluarga, kemampuan intelektual bisa tercermin dari aktivitas pencarian informasi seputar kehidupan keluarga. Jika kamu sudah mencari informasi untuk mendapat pengetahuan seputar kesehatan reproduksi, pengasuhan anak, pola hidup sehat, dan lainnya, maka kamu sudah memiliki bekal berharga sebelum menikah.
Dari 10 pedoman itu, bagaimana kira-kira kesiapanmu? Sudah yakin siap atau masih ragu-ragu? Nah biar pasti kamu bisa mengisi kuisioner yang ada di https://questionnaire.siapnikah.org/. Setelah mengisi kuisioner nanti Anda akan diberi skor dan rekomendasi.
Penulis: Fajar WH
Editor: Eri Sutrisno/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini