Indonesia.go.id - Industri Pengolahan Penopang Ekonomi Nasional

Industri Pengolahan Penopang Ekonomi Nasional

  • Administrator
  • Selasa, 20 Februari 2024 | 13:20 WIB
PEREKONOMIAN
  Dari sejumlah industri, industri logam dasar dan industri barang galian bukan logam menjadi penopang utama dengan kontribusi pertumbuhan masing-masing 14,17 persen dan 14,11 persen. ANTARA FOTO
BPS juga memperkirakan ekonomi global akan tetap tumbuh meskipun melambat.

Di tengah-tengah perekonomian global yang melemah, kinerja industri pengolahan nonmigas tercatat masih mengalami pertumbuhan 4,69 persen sepanjang 2023. Kinerja industri pengolahan itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 yang tercatat sebesar 5,04 persen, seperti dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (5/2/2024).

Dalam laporannya, lembaga statistik itu menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2023 mencapai 5,04 persen. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan mencapai 5,05 persen. "Di tengah perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas ekspor unggulan, ekonomi Indonesia tetap tumbuh solid sebesar 5,05 (c-to-c)," ujar Plt Kepala BPS Amalia A Widyasanti.

Amalia menambahkan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 13,96 persen. Sementara itu dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicatat oleh konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga sebesar 9,83 persen. Selain itu, dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi spasial juga terus menguat.

Tiga kelompok provinsi yang mempunyai pertumbuhan tertinggi yaitu Maluku dan Papua, Sulawesi, dan Kalimantan. Walau begitu, struktur ekonomi Indonesia secara spasial masih terkonsentrasi di Jawa dan Sumatra. BPS juga memperkirakan ekonomi global akan tetap tumbuh meskipun melambat. Ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang Indonesia yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Di antaranya, Amerika Serikat tumbuh dari 1,9 persen pada 2022 menjadi 2,5 persen pada 2023, Tiongkok dari 3,0 persen menjadi 5,2 persen, dan Jepang dari 1,0 persen menjadi 2,0 persen. Hal ini mengindikasikan permintaan barang ekspor masih kuat dalam menopang pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut sepanjang 2023.

Khusus untuk industri pengolahan dengan pencapaian pertumbuhan 4,69 persen sepanjang 2023 harus diakui masih lebih rendah dari target Kementerian Perindustrian yang membidik 4,81 persen.  Pada 2022, pertumbuhan industri pengolahan masih bisa tembus di angka 5,01 persen.

Apa saja yang menopang industri pengolahan?  Berdasarkan data BPS, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas 4,69 persen pada 2023. Dari sejumlah industri, industri logam dasar dan industri barang galian bukan logam menjadi penopang utama dengan kontribusi pertumbuhan masing-masing  14,17 persen dan 14,11 persen. 

Selanjutnya disusul industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik tumbuh 13,67 persen, industri alat angkutan yang tumbuh 7,63 persen dan industri pengolahan tembakau 4,8 persen. 

Sementara itu, subsektor industri pengolahan nonmigas yang mengalami kontraksi pertumbuhan pada 2023 a.l. industri karet, barang dari karet dan plastik (-3,63 persen), industri pengolahan lainnya (-2,1 persen), industri furnitur (-2,04 persen), industri tekstil dan pakaian jadi (-1,98 persen).

Di sisi lain, peran industri pengolahan bagi perekonomian nasional cukup strategis. Menurut catatan BPS, industri pengolahan menjadi penyedia lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi 2023.

Berdasarkan struktur PDB Indonesia, menurut laporan BPS, berkaitan dengan kategori lapangan usaha sesuai dasar harga berlaku pada 2023 tidak menunjukkan perubahan berarti.

Perekonomian Indonesia masih didominasi oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 18,67 persen; diikuti oleh Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 12,94 persen; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 12,53 persen; Pertambangan dan Penggalian sebesar 10,52 persen; serta Konstruksi sebesar 9,92 persen. Peranan kelima lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Indonesia mencapai 64,58 persen.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan kondisi perekonomian tahun ini, Bank Indonesia menyakini pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,7 persen-5,5 persen pada 2024. Pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh Pemilu 2024 dan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN).

Menurut Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono, permintaan domestik juga akan berlanjut sehingga mendorong pertumbuhan tingkat konsumsi dan ekonomi di tanah air. Meski begitu, kinerja ekspor diperkirakan belum kuat sebagai dampak perlambatan ekonomi global dan harga komoditas yang menurun. BI pun telah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi hal tersebut.

“Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan domestik,” ujar Erwin dalam keterangan resmi dikutip Selasa (6/2/2024).

Pendapat senada juga diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Dia mengakui, suasana global masih dilanda ketidakpastian dan cenderung melambat. Namun, Sri Mulyani menyakini, ekonomi Indonesia tetap bertahan dengan baik alias resilien. Utamanya, permintaan domestik menjadi penopang dan sebagai substitusi pelemahan eksternal.

Berpijak dengan data di atas, wajar bila Kementerian Perindustrian mematok target pertumbuhan industri pengolahan nonmigas 2024 sebesar 5,80 persen pada 2024, lebih tinggi dari target 4,81 persen pada 2023. 

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari