Wabah penyakit Corronavirus Wuhan disikapi dengan kesiagaan penuh oleh para petugas medis. Mereka menjaga hampir semua pintu masuk ke wilayah RI. Kamera-kamera pemindai panas (thermal scanner) dipasang di 135 bandar udara, pelabuhan, dan pelintasan darat, secara nasional. ‘’Kita coba cegat dengan thermal scanner pada semua pintu masuk. Kalau ada gejala muncul, kita langsung rujuk ke rumah sakit,” ujar Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto kepada wartawan di Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Kamera pemindai memiliki sensor peka yang dapat menangkap radiasi panas tubuh di atas normal. Bila ditemukan individu dengan panas tubuh di atas normal, demam, yang mengindikasikan adanya infeksi kuman, petugas medis akan memberikan health alert card, sebagai penanda bahwa yang bersangkutan perlu mewaspadai gejala-gejala serangan virus Wuhan. Kartu itu juga memuat RS rujukan terdekat jika muncul gejala virus ganas dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok itu. Ada 100 RS rujukan di seluruh Indonesia.
Gejala yang paling umum dari infeksi strain virus baru dari Kota Wuhan itu adalah demam tinggi, batuk, lemas, dan pada beberapa kasus ditambah dengan diare atau berdahak. Secara umum, penderita akan menderita kekurangan sel darah putih. Gejalanya mirip pneumonia, infeksi baru akibat bakteri.
Bila mengalami gejala khas tadi, penderita disarankan bergegas memeriksakan diri ke RS rujukan guna memastikan ada tidaknya serangan virus Wuhan, yang kini populer dengan sebutan 2019-n CoV atau n-CoV itu. Bila gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratoriumnya kuat ke arah n-CoV, pihak RS itu akan mengirim sampel dahak, cairan hidung, dan tenggorokan pasien ke RS Suliati Saroso di Sunter, Jakarta Utara, guna mendapatkan konfirmasinya.
Meski terhitung virus anyar, ciri fisik dan sifat biokimianya dari 2019-n CoV itu telah teridentifikasi dan telah pula disebarluaskan di kalangan dunia medis. Dengan begitu, para dokter ahli dari RS-RS besar di Indonesia pun dapat mengenalinya. Sampai awal pekan ini, Senin (27/1/2020), belum ditemukan kasus infeksi virus Wuhan itu di Indonesia, baik pada WNI maupun warga negara asing. Seorang pasien yang mengalami gejala mirip pnemonia sempat dibawa ke RS Suliati Saroso, namun setelah diperiksa dinyatakan negatif 2019-n CoV.
Kesiagaan 24 jam oleh jajaran petugas medis Indonesia itu bisa dipahami. Virus Wuhan berbahaya dan mudah menyebar, juga mudah menular. Di seluruh Tiongkok hingga awal pekan ini tercatat 1.979 penderita demam virus Wuhan, dan 56 di antaranya tidak dapat diselamatkan. Episentrumnya di Wuhan, ibu kota dari Provinsi Hubei, di jantung Tiongkok. Virus Wuhan ini seperti virus lain pada umumnya, yakni kebal dari segala antibiotik.
Perkembangan virus ini mengejutkan. Sehari sebelum Hari Raya Imlek, Otoritas Kesehatan di Tiongkok mengumumkan bahwa kuman n-Cov menyerang sekitar 1.287 orang, dengan korban tewas 41 orang. Termasuk dalam daftar korban tewas ialah Dokter Liang Wudong , 62 tahun, yang bertugas di Rumah Sakit Hubei Xinhua. Ia diduga tertular virus 10 hari sebelumnya. Sebanyak 15 tenaga medis lainnya pun dinyatakan terinfeksi oleh virus ganas tersebut.
Untuk menghindari penyebaran lebih jauh, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok pekan lalu menyatakan Wuhan yang berpopulasi 11 juta jiwa, dengan luas 8.493 km2 (1,5 kali Pulau Bali) sebagai kota tertutup. Segala macam lalu lintas dari dan ke kota tersebut dihentikan. Tak ada lalu lalang barang dan manusia keluar atau masuk Wuhan. Bandara, stasiun kereta api antarkota, pasar, tempat hiburan, dan pusat-pusat keramaian ditutup.
Namun, dua hari kemudian dinyatakan bahwa virus sudah menyebar ke berbagai provinsi. Korban yang terinfeksi 1.979 dan 56 tewas. Bahkan, sejak akhir pekan lalu 15 kota lainnya ditutup. Di antaranya ialah Kota Shantau di Provinsi Guangdong. Kota pesisir berpenduduk 5,6 juta jiwa ini 1.000 km jaraknya dari Wuhan. Kota Chogging, Guangxi, dan Jiangzi masuk dalam daftar kota tertutup itu.
Dengan penutupan 16 kota itu, sedikitnya ada 62 juta jiwa penduduk kota akan terisolasi. Mereka tidak bisa ke mana-mana. Banyak di antara mereka warga negara asing, termasuk WNI. Sejumlah mahasiswa Indonesia diketahui sedang menempuh pendidikan di Wuhan.
Virus Wuhan ini juga diketahui telah menyebar ke berbagai penjuru. Sampai awal pekan ini dilaporkan, 40 penderita lainnya tersebar di sejumlah negara. Mereka diyakini terinfeksi karena terpapar langsung atau tidak langsung dengan orang-orang Wuhan. Saat ini para korban berada di Thailand tujuh orang, Hong Kong lima orang, Australia empat orang, Prancis tiga orang, Malaysia tiga orang, Singapura tiga orang, dan selebihnya di Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, Macau, serta Vietnam.
Meski hanya mencatat korban terinfeksi tiga orang, suasana prihatin akibat pandemi virus n-CoV itu terasa pula di Hong Kong. Tempat wisata Disneyland Hong Kong dinyatakan ditutup per 26 Januari untuk waktu yang tak ditentukan. Kebijakan ini mengikuti keputusan Disneyland Shanghai yang sudah tutup sehari sebelumnya. Terkait dengan isu virus Corrona dari Wuhan itu pula tempat bermain Ocean Park di Hong Kong juga menyatakan tutup sejak hari Sabtu pekan lalu, bertepatan dengan Hari Raya Imlek 2571 dalam kalender Tiongkok.
Sejauh ini, suasana di Indonesia relatif tenang. Tak ada kepanikan, meski virus baru ini telah menyebar ke-13 negara. Kalangan kedokteran di Indonesia juga sudah memiliki bekal pengalaman dengan wabah Flu Unta Mers (Middle East Respiratory Syndrome) tahun 2012, virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) 2002, dan Flu Burung yang mengintai sejak 1998.
Pada kasus Flu Burung di Indonesia (2005) tercatat ada 20 kasus infeksi dan 13 penderitanya meninggal. Dalam kasus SARS ada dua kasus dan kedua pasien selamat. Sementara itu, untuk wabah MERS tidak ada laporan serangan di Indonesia.
Kalangan kedokteran dunia masih tetap dalam sikap kehati-hatiannya, bahwa infeksi n-CoV ini belum ada obatnya. Antibiotik tidak bisa digunakan mengobati pasien. Namun, kalangan dokter di Amerika Serikat menyebut-nyebut vaksin influensa diyakini bisa meringankan serangan virus ganas tersebut. (P-1)