Sejak Perang Dunia II hingga sekarang, kapal selam menjadi satu satunya senjata bawah air yang mematikan dan paling sulit di deteksi. Persenjataan itu dijuluki ‘The Silent Killer’. Pada Perang Dunia II saja (1942-1945) tercatat dua kapal induk, sepuluh kapal penjelajah, dan sepuluh kapal perusak milik sekutu berhasil ditenggelamkan oleh torpedo-torpedo kapal selam Jerman, U-Boat, di Samudra Atlantik.
Mungkin karena itulah Letnan J Ginagan, seorang perwira muda ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia), pada 1947, bermaksud membangun kapal selam untuk menambah kekuatan armada tempur Indonesia. Waktu itu putra kelahiran Sibolga, Sumatra Utara, 23 April 1918 dan lulusan Akademi Angkatan Laut Belanda di Den Helder membuat sebuah kapal selam mini secara mandiri dengan tujuan untuk bisa menghancurkan kapal perusak AL Belanda. Kapal selam berawak satu itu menggotong sebuah torpedo dan diuji coba di Kalibayem, sebelah barat Kota Yogyakarta.
Pembuatan kapal selam itu dimulai sekitar Juli 1947 di Yogyakarta dengan anggaran kurang lebih 35.000 (ORI). Panjang kapal selam yang tidak berperiskop ini 7 m, dengan lebar 1 m, dan DWT 5 ton. Kapal selam tersebut dilengkapi dengan sebuah torpedo kapal terbang yang banyak terdapat di lapangan terbang Maguwo Yogyakarta, peninggalan Jepang dengan panjang 5 meter. Alat penggerak kapal tersebut sebuah mesin mobil Fiat berkekuatan 4 PK, sedangkan sebagian badan kapal digunakan untuk tangki bensin.
Uji gerak, uji apung, dan uji selam berhasil dengan mulus. Namun naas, ketika saatnya digelar uji torpedo, tali pengikat torpedo tidak bisa lepas dari kapal. Akibatnya, kapal selamnya justru tertarik oleh torpedo. Walhasil, pembuatan kapal selam gagal. Dan waktu Belanda menyerbu Yogyakarta, 19 Desember 1948, kapal selam eksperimental itu pun disita oleh pasukan penjajah.
Alugoro, Ciptaan Anak Bangsa
Tujuh puluh dua tahun kemudian, sebuah kapal selam berhasil menjalani Nominal Diving Depth (NDD) di perairan utara Pulau Bali pada Selasa 21 Januari lalu. Kapal selam ini berhasil menyelam hingga kedalaman 250 meter yang merupakan bagian dari 53 item Sea Acceptance Test (SAT).
Ternyata kapal selam tersebut bernama Kapal Selam Alugoro 405 buatan anak bangsa yang dibidani PT PAL Indonesia (persero). Ini merupakan kapal selam modern pertama yang berhasil dirakit di Indonesia. Namun Kapal Selam Alugoro menjadi kapal selam ketiga yang berhasil dibuat oleh PT PAL bekerja sama dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) asal Korea Selatan. Sebelumnya, kedua perusahaan sudah pernah membuat kapal selam KRI Nagabanda tahun 2017 dan KRI Ardadedali pada 2018. Ketiganya merupakan kapal-kapal batch pertama dalam kerja sama pembangunan kapal selam antara kedua perusahaan. Namun, dua kapal itu belum dirakit di Indonesia.
Kapal Selam Alugoro merupakan kapal selam jenis Diesel Electric Submarine U209/1400 Chang Bogo Class. Kapal Selam pertama yang dirakit di Indonesia itu memiliki panjang 61,3 meter. Bobot total kapal selam tersebut sebesar 1.460 ton saat muncul di permukaan dan 1.596 ton ketika menyelam di bawah permukaan. Kapal ini mampu bergerak dengan kecepatan 21 knot ketika berada di bawah air dan 12 knot ketika di permukaan dan mampu membawa 40 kru. Dan kemampuan bergerak selama 50 hari. Kapal selam itu juga didesain dengan life time hingga mencapai 30 tahun.
Sebagai kapal perang, Alugoro dilengkapi dengan sejumlah persenjataan. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Kapal Selam Alugoro dipersenjatai delapan tabung torpedo 533 milimeter dan 14 rudal. Konon kapal itu juga bakal dipasangi roket antikapal perang UGM-84 Harpoon buatan Boeing. Rudal bersayap sepanjang 4.6 meter dengan berat 221 seharga USD1,2 juta itu bisa menghantam target dari jarak 124 kilometer.
Kehadiran Kapal Selam Alugoro otomatis akan menambah kekuatan TNI-AL yang sebelumnya telah memiliki KRI Cakra 401, Nanggala 402, Nagapasa 403, dan Ardadeli 404.
Kini, Indonesia menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang mampu membangun kapal selam.
Penamaan dari Wayang
Nama Alugoro sendiri diambil dari salah satu cerita pewayangan yaitu senjata gada yang dimiliki oleh Prabu Baladewa, tokoh wayang yang dikenal adil, tegas, dan jujur. Alugoro merupakan hadiah dari Batara Brama, yang merupakan guru dari Baladewa. Senjata ini memiliki kekuatan pemusnah yang sangat dahsyat. Senjata Alugoro berbentuk gada dengan kedua ujungnya yang runcing.
Sebelumnya, nama Alugoro juga pernah digunakan sebagai nama kapal selam yang didatangkan dari Uni Sovyet yaitu RI Alugoro - 406 yang merupakan bagian dari paket pengiriman 12 kapal selam Whiskey Class. Pemberian nama Alugoro kepada salah satu kapal selam TNI-AL itu dengan harapan dan penuh keyakinan bahwa kapal selam Alugoro akan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai senjata yang memiliki daya hancur yang besar dan dahsyat, serta tidak pernah kalah dalam setiap peperangan.
Kapal selam Alugoro dibangun sepenuhnya di Fasilitas Kapal Selam PT PAL Indonesia (Persero). Kapal ini berhasil dibangun PT PAL Indonesia (Persero) dengan predikat zero defect. Keberhasilan tahapan NDD ini menjadi acuan bahwa proses pembangunan kapal selam Alugoro sudah mencapai 90 persen. Dan rencana diserahterimakan ke TNI pada Desember 2020.
PT PAL melakukan peluncuran dan peresmian nama Kapal Selam Alugoro telah dilakukan di Dermaga Kapal Selam PT PAL, Surabaya, pada 11 April 2019. Setelah itu, Kapal Selam Alugoro menjalani berbagai proses pengujian, seperti Harbour Acceptance Test (HAT) dan SAT. PT PAL sedianya bakal menyerahkan Kapal Selam Alugoro kepada Kementerian Pertahanan untuk digunakan oleh TNI-AL pada Desember 2020.
Melalui proses alih teknologi yang terstruktur dari ahli-ahli Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) asal Korea Selatan, maka Indonesia telah menempatkan diri menjadi salah satu negara yang berhasil membangun kapal selam. Kapal selam merupakan jenis kapal yang amat rumit dan berteknologi tinggi.
Ketika berkunjung PT PAL Indonesia (Persero) di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, pada Senin, 27 Januari 2020, Presiden Joko Widodo melihat langsung alutsista yang ada di PT PAL termasuk kapal selam KRI Alugoro-405. Jokowi pun mengapresiasi kerja sama pembuatan kapal selam itu dan berharap suatu saat Indonesia akan mampu membuatnya secara mandiri. "Saya kira sebuah kerja sama yang bagus, ada transfer teknologi di dalam pembangunan kapal selam Alugoro kita," kata Jokowi. (E-2)
Penulis : Eri Sutrisno
Editor bahasa : Ratna Nuraini