Indonesia.go.id - Selamatkan Satwa dari Dampak Covid-19

Selamatkan Satwa dari Dampak Covid-19

  • Administrator
  • Senin, 18 Mei 2020 | 04:04 WIB
KONSERVASI
  Petugas memberi makan satwa unta koleksi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Jawa Tengah, Rabu (13/5/2020). TSTJ Solo membuka program adopsi satwa atau membantu donasi pakan hewan menyusul penutupan sementara kebun binatang tersebut selama masa Kejadian Luar Biasa (KLB) COVID-19.Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan siap memasok kebutuhan pakan dan obat-obatan bagi satwa di 81 lembaga konservasi berizin di Indonesia selama pandemi Covid-19.

Pandemi virus corona tak hanya memberikan dampak bagi manusia. Bagi satwa terutama yang berada di lembaga konservasi (LK) juga memunculkan persoalan tersendiri. Dampak pandemi telah menyebabkan para pengelola LK menutup tempat konservasi mereka secara serentak sejak merebaknya pandemi virus yang berasal dari SARS COV-2 ini pada pertengahan Maret 2020.

Kondisi ini berakibat kepada tidak adanya pemasukan pendapatan dari penjualan tiket. Akibatnya stok makanan terutama daging pun menipis. Tak terkecuali Taman Satwa Cikembulan di Kecamatan Kadungora, Kota Garut, Jawa Barat. Berdiri di atas lahan seluas lima hektare, Taman Satwa Cikembulan memiliki koleksi 435 ekor satwa terdiri dari jenis mamalia, aves, dan reptil. Di lembaga penangkaran satwa swadaya masyarakat ini juga terdapat beberapa koleksi satwa yang merupakan titipan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alama (BBKSDA) Jawa Barat.

Selama pandemi corona, seluruh tempat wisata di Garut ditutup termasuk Taman Satwa Cikembulan. Pengelola harus kreatif dalam mengelola biaya pakan satwa karena ketiadaanpendapatan. Manajer Operasional Taman Satwa Cikembulan, Rudi Arifin mengatakan bahwa pihaknya terpaksa memakai dana tabungan untuk memenuhi kebutuhan pakan satwa. Hal itu diperkirakan hanya akan bertahan hingga Juni 2020.

Setiap bulan pengelola mesti merogoh kocek hingga Rp220 juta untuk urusan pakan satwa. Jenis satwa yang memerlukan banyak dana untuk pakannya adalah delapan ekor singa afrika, lima macan tutul, seekor harimau sumatera, dan seekor beruang madu.

Untuk selanjutnya, penanganan pakan satwa akan dilimpahkan kepada BKSDA Wilayah V Garut. Tidak hanya Taman Satwa Cikembulan, nasib serupa juga dialami Kebun Binatang Gembira Loka di Yogyakarta.

Sejak ditutup untuk umum sebagai langkah pencegahan pandemi corona pada Maret lalu, otomatis pengelola tidak memperoleh pemasukan sepeser pun. GL Zoo, demikian nama yang disematkan saat ini, memiliki koleksi lebih dari 1.000 ekor satwa.

Direktur GL Zoo KMT A Tirtodiprojo atau akrab disapa Joko memprediksi bahwa ketersediaan pakan satwa di tempatnya hanya dapat terpenuhi hingga Agustus mendatang. Bayangkan, setiap bulannya pengelola mengeluarkan anggaran sebesar Rp1,5 miliar. Dari total biaya sebesar itu, sebanyak Rp400 juta khusus untuk pakan satwa dan sisanya operasional gaji karyawan dan pemeliharaan GL Zoo.

Apalagi GL Zoo sedang melakukan pengembangan Zona Cakar 2 berisi satwa bercakar seperti harimau, singa, macan, beruang madu, jaguar, serta hyena. Yang menarik, kebun binatang itu juga berfungsi sebagai zona edukasi satwa. Oleh karena itu, mereka menggandeng konsultan internasional, Bernard Harrison, mantan direktur utama Singapore Zoo, salah satu kebun binatang terbaik di dunia.

Namun pengelola Kebun Binatang Kasang Kulim di Kabupaten Kampar, Riau, tak seberuntung sejawat mereka di Cikembulan dan Gembira Loka. Akibat keterbatasan anggaran dalam penyediaan pakan satwa telah menyebabkan seekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) jinak koleksi Kasang Kulim mati. Berdasarkan hasil bedah bangkai gajah (neukropsi) jantan berumur 32 tahun itu ditemukan adanya infeksi saluran pencernaan secara masif dan kronis. Peristiwa ini terjadi pada 13 Mei 2020.

 

Pemerintah Bertanggung Jawab

Taman Satwa Cikembulan, GL Zoo dan Kasang Kulim merupakan bagian dari 81 unit LK umum berizin di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Ke-81 LK umum ini bentuknya bisa berupa kebun binatang, taman satwa atau Taman Safari. Pengelolanya badan usaha milik pemerintah daerah atau badan usaha swasta.

Menurut Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno dalam siaran persnya, Kamis (14/4/2020), seperti dilansir situs Kementerian LHK, mengatakan bahwa dengan koleksi satwa lebih dari 66.845 individu, baik itu karnivora, herbivora, aves dan ikan, penutupan LK tentunya akan mempengaruhi operasional dalam hal mencukupi kebutuhan pakan, obat-obatan, dan vitamin.

Wiratno juga mengatakan, KLHK mendukung ketersediaan pasokan pakan dan obat-obatan bagi LK yang membutuhkan di masa sulit seperti sekarang ini. Tak hanya itu saja, KLHK juga mengajukan permohonan relaksasi kebijakan ekonomi sektor kehutanan.

Ada pula upaya relaksasi pajak LK kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri. Selain itu Menteri KLHK, kata Wiratno, juga telah mengajukan surat permohonan pengecualian transportasi penyediaan pakan satwa di lembaga konservasi kepada Korps Lalu Lintas Mabes Polri dan Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan.

Wiratno meminta kepada pengelola LK untuk tidak mengorbankan satwa koleksinya sebagai umpan pakan untuk satwa lain. Pada dasarnya satwa yang ada di LK merupakan milik negara. Menurut Wiratno, apabila akan dilakukan pemindahan ataupun pengurangan satwa untuk kebutuhan pakan satwa lain harus seizin KLHK dan mengikuti proses ketentuan regulasi yang berlaku.

 

 

Donasi Masyarakat

Ketua Umum Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) Rahmat Shah dalam siaran persnya, Jumat (15/4/2020), mengatakan bahwa para pengelola LK menerapkan metode khusus dalam pemberian pakan satwa di era pandemi corona. Metode tersebut bernama Allometric Scalling yaitu pemberian pakan satwa dengan menghitung kebutuhan nutrisi setiap individu satwa. Termasuk mengganti jenis pakan satwa asalkan nutrisinya tetap sama.

Meski tidak ada pemasukan yang bisa diterima oleh para pengelola LK selama pandemi corona, Ketua Umum PKBSI menjamin para perawat (keeper) tetap bekerja merawat satwa. Begitu pula dengan dokter hewan yang tetap melakukan pemeriksaan kesehatan satwa secara berkala.

Menteri KLHK Siti Nurbaya Bakar meminta kepada para pengelola LK untuk tetap melakukan perawatan satwa termasuk pemberian pakan dan pemeriksaan kesehatan koleksi satwa-satwa dengan ketat dan berkala.

Rahmat berharap pandemi ini segera berakhir karena sebagian pengelola LK hanya mampu bertahan hingga Juli 2020. Terlebih, beberapa LK anggota PKBSI banyak menerima titipan satwa dilidungi seperti burung kakaktua, buaya, kura-kura, serta lainnya. Ada yang jumlahnya beberapa ekor, ada pula yang hingga puluhan. Bahkan untuk jenis satwa tertentu, bisa mencapai ratusan hingga ribuan jumlahnya.

PKBSI juga berinisiatif mengajak masyarakat luas untuk ikut peduli satwa di LK dengan membantu program donasi “Food for Animal”. Seluruh hasilnya akan disalurkan kepada LK yang benar-benar membutuhkan pembiayaan pakan satwa dan obat obatan selama masa pandemi corona ini.

“Tentu kami akan mempertanggungjawabkan seluruh donasi masyarakat secara transparan. Termasuk menyeleksi LK yang sangat membutuhkan bantuan. Baik selama masa pandemi maupun masa pemulihan pascapandemi ini," kata Rahmat.

Sementara itu, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang juga Ketua Dewan Pembina PKBSI menyerahkan bantuan pakan berupa 1.000 ekor ayam kepada Bandung Zoological Garden (Bazoga) di Bandung, Jumat (15/5/2020). Bambang berharap bantuan pakan satwa berupa 1.000 ekor ayam dapat mengurangi beban pengelola kebun binatang sekaligus memastikan satwa-satwa tidak kelaparan.

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Editor: Firman hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini