Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memperkenalkan budaya masyarakat Bali kepada para delegasi Kelompok Kerja Education Working Group (EdWG) G20 melalui program kunjungan ke Samsara Living Museum yang berlokasi di desa Jungutan, Kabupaten Karangasem, pada Jumat (2/9) lalu.
Chair of G20 EdWG, Iwan Syahril berharap program ekskursi sebagai rangkaian kegiatan EdWG dapat memperkuat nilai gotong royong yang didorong dalam Presidensi G20 Indonesia.
“Dengan peranan yang berbeda-beda satu sama lain dalam sebuah komunitas, budaya masyarakat Bali yang dihadirkan di Samsara Living Museum merupakan sebuah contoh nyata lainnya dari nilai gotong royong di Indonesia. Harapannya, kunjungan ini dapat memperkuat nilai gotong royong Indonesia untuk terus menginspirasi dunia untuk menjalani hidup yang harmonis,” dikatakan Iwan Syahril, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudristek di Jakarta, Senin (5/9/2022).
Kata ‘Samsara’ yang berarti siklus lahir dan hidup kembali merupakan filosofi kehidupan di Samsara Living Museum. Tradisi dan ritual masyarakat Bali sejak lahir, dewasa, sampai meninggal dunia disampaikan melalui cerita dan dialami langsung melalui praktik oleh para delegasi.
Siklus hidup masyarakat Bali direpresentasikan dalam rangkaian kuliner, visual, dan benda adat yang menggambarkan nilai-nilai upacara dan tradisi. Kearifan lokal Bali terpancar dari berbagai macam ritual di Samsara Living Museum yang mengusung filosofi Tri Hita Karana.
Komunitas sekitar desa Jungutan terlibat secara aktif merawat dan mengelola Samsara Living Museum. Agung Gunawartha, Co-Founder Samsara Living Museum menjelaskan wawasan masyarakat mengenai alam sekitar menjadi bekal untuk dapat bersama-sama berdikari merawat alam dan tradisi masyarakat Bali hingga diperkenalkan ke para delegasi negara-negara G20.
Agung menjelaskan kepada para delegasi berbagai upacara tradisi yang dijalankan dan diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat Bali. “ Angka tiga merupakan salah satu simbol dari filosofi masyarakat Bali. Kami percaya bahwa filosofi Tri Hita Karana merepresentasikan tiga bagian dari hidup, mulai dari bagaimana kami memelihara hubungan dengan Tuhan, manusia, dan alam,” ungkapnya.
Pada akhir kunjungan, delegasi negara G20 berpartisipasi dalam tradisi Genjek bersama komunitas museum. Kata ‘genjek’ berasal dari kata ‘genjak’ yang berarti ‘bersenda gurau’. Seni yang mengedepankan keharmonisan dan kekompakan vokal ini mengekspresikan kegembiraan dan keakraban dalam pergaulan di masyarakat.
Sumber Foto: Kemendikbudristek