Indonesia.go.id - Cut Meutia, Kolaborasi Arsitektur Belanda dengan Seni Kaligrafi Islam

Cut Meutia, Kolaborasi Arsitektur Belanda dengan Seni Kaligrafi Islam

  • Administrator
  • Kamis, 23 Mei 2019 | 17:00 WIB
SEJARAH
  Masjid Cut Meutia. Foto: Istimewa

Bangunan kokoh peninggalan Belanda itu telah berpuluh tahun beralih fungsi menjadi tempat ibadah umat Muslim.

Babngunan berarsitektur khas Belanda itu masih berdiri tegap di Jalan Cut Meutia, Jakarta Pusat. Kaligrafi Arab menghiasi dindingnya. Sudah berpuluh tahun lamanya, bangunan itu menjadi tempat ibadah umat Muslim.

Masjid Cut Meutia tidak serta-merta menjadi tempat ibadah. Gedung peninggalan Kolonial Belanda itu dahulu adalah kantor pengembang milik Belanda. Pengembang inilah yang membangun kawasan Gondangdia

Sebelum beralih fungsi menjadi masjid, Cut Meutia juga pernah digunakan sebagai kantor pos milik Belanda, Kantor Jawatan Kereta Api Belanda, dan Kantor Angkatan Laut Jepang.  Pascakemerdekaan Indonesia, bangunan juga berkali-kali berubah fungsi menjadi kantor urusan perumahan, kantor urusan agama hingga Sekretariat Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Setelah berkali-kali berubah fungsi, sempat ada wacana untuk merobohkannya. Namun batal lantaran Jenderal AH Nasution mengusulkan untuk mengubah fungsi gedung menjadi tempat ibadah.

Ketika Ali Sadikin menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, gedung tersebut dihibahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ketika diubah menjadi masjid, bangunan ala Kolonial tetap dipertahankan. Bahkan justru menjadi keunikan Masjid Cut Meutia. Sejak 1987, gedung seluas 5.000 meter persegi  yang mulai beralih fungsi menjadi masjid itu juga dijadikan cagar budaya.

Ada dua gerbang masuk masjid yang posisinya bertolak  belakang sehingga memudahkan pengunjung dalam memilih rute menuju masjid. Pengunjung Masjid Cut Meutia sungguh beragam. Mulai dari umat muslim hingga nonmuslim yang tertarik dengan sejarah dan ingin melihat keunikan bangunan masjid.

Umat muslim biasanya berkunjung ke sana untuk menjalankan ibadah salat. Di bulan Ramadan, Masjid Cut Meutia menjadi tempat berburu takjil serta salat taraweh. Saat Lebaran tiba, masjid juga ramai dikunjungi umat muslim yang akan salat Idulfitri.

Selain itu, masjid juga rutin menggelar kajian. Sesekali, ada pula pengunjung yang datang untuk mengucapkan kalimat syahadat sebagai penanda ia telah sah berganti kepercayaan menjadi seorang muslim.

Masjid Cut Meutia nyaris tidak pernah sepi. Suasana di sana juga sungguh hidup. Pesantren kilat dan bazaar merupakan beberapa contoh aktivitas yang menjadikan suasana masjid lebih hidup. Posisinya juga amat strategis, dekat perkantoran, perumahan elit dan Stasiun Gondangdia.

Dengan posisinya yang strategis, tidak mengherankan kalau Masjid Cut Meutia menjadi destinasi pilihan untuk beribadah. (K-RG)