Menyusup secara senyap, menembus pagar tangsi, lalu menyerang tanpa suara. Hasilnya mengejutkan. Sebanyak 1.262 siswa dan instruktur di kampus Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI-AD yang berada di Kota Bandung itu dinyatakan telah telah terpapar dan positif terinfeksi Covid-19. Tak pelak lagi, kini tangsi militer yang terletak di Jl Hegarmanah, Bandung itu harus menyandang predikat sebagai kluster Covid-19 terbesar di Indonesia.
Adanya serangan virus dari keluarga corona ke tangsi tentara itu disampaikan langsung Juru Bicara Cugus Tugas Covid-19 Kolonel dokter Achmad Yurianto dalam briefing hariannya Kamis (10/7/2020) di Jakarta. “Dari jumlah 1.262 kasus positif itu, kita telah identifikasi hanya 17 orang yang saat ini dirawat dan kita isolasi di Rumah Sakit Dustira di Kota Cimahi,” kata Yurianto.
Perawatan diberikan kepada mereka yang menunjukkan gejala batuk dan gangguan pernafasan, menurut Yurianto yang juga Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Kementerian Kesehatan, masih dalam batas ringan. “Selebihnya, yang 1.245 orang ditemukan tanpa keluhan,” tambahnya.
Untuk mereka yang terpapar tapi tanpa keluhan sakit itu, Yurianto menjelaskan, kini dikarantina di dalam kampus. Kompleks Secapa TNI-AD itu pun dinyatakan tertutup.
Hanya berselang sehari, Wali Kota Cimahi Ajay M Priyatna mengonfirmasikan bahwa Covid-19 telah menerobos pagar kampus Pusat Pendidikan Polisi Militer TNI-AD (Pusdikpomad). Ajay Priyatna merasa perlu mengklarifikasinya karena kabar tentang tangsi Pusdikpomad yang menjadi kluster baru itu telah tersebar di kalangan warga Cimahi. “Memang benar, ada dari Pusdikpomad,” kata Wali Kota Ajay M Priyatna seperti dikutip Antara, Jumat (10/7/2020).
Sampai Jumat itu, menurut Wali Kota Cimahi itu ada 99 personel TNI yang terkonfirmasi positif Covid-19. Rinciannya 74 siswa dan 25 personel organik yang berdinas di Pusdikpomad. Semuanya termasuk orang tanpa gejala (OTG). Tak ada keluhan. Seperti halnya di Secapa TNI-AD, tangsi Pusdikpomad itu kini digembok pagarnya. Mereka yang terpapar dikarantika di dalam.
Tidak Pandang Bulu
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat Berli Hamdani mengatakan, munculnya dua kluster baru di tangsi militer itu mengingatkan semua pihak bahwa wabah virus dapat menerjang ke mana saja. Tidak pandang bulu, sipil atau militer. “Jadi, kami minta semua masyarakat tetap waspada,” ujar Berli dalam konferensi pers di Bandung. Covid-19, kata Berli, adalah bahaya laten, karena belum ada obat dan vaksin untuk menangkalnya.
Gugus Tugas Covid-19 Jawa Barat pun tanpa pandang bulu melakukan pemeriksaan ke segala penjuru, termasuk tangsi-tangsi militer dan kawasan industri. Menurut Berli, tak kurang dari 300.000 spesimen swab telah diperiksa dari kawasan industri. Menyusul berjangkitnya Covid-19 di dua tangsi tentara itu, Gugus Tugas Jawa Barat siap melakukan tracing dan testing untuk membendung penyebarannya.
Bukan kali ini saja virus corona menyasar kompleks TNI-Polri. Pertengahan Mei lalu, 82 siswa Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Polri di Sukabumi, Jawa Barat, terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka adalah bagian dari 1.400 warga kampus Setukpa Polri dan sekitarnya yang menjalani pemeriksaan. Dari rapid test (serologis) ditemukan 300 reaktif, dan dari tes swab PCR, ada 82 yang postif Covid-19.
Tangsi atau asrama bukan daerah steril bagi Covid-19. Selama ada pergerakan manusia, virus ini bisa menumpang masuk. Dalam penelusuran sementara di Secapa TNI-AD Bandung itu misalnya, diduga virus masuk bersama para siswa yang habis menjalani pesiar--hari libur dan siswa diizinkan mencari hawa segar di luar tangsi.
Berbondong-bondonglah siswa mengambil kesempatan pesiar pada Minggu 21 Juni itu. Maklum saja, pendidikan Secapa ini memakan waktu tujuh bulan. Beberapa hari usai liburan, sejumlah siswa mengeluh sakit dan diperiksa di klinik kampus. Rapid test dilakukan, lalu tes swab PCR, kemudian ditemukan beberapa orang positif Covid-19. Tes-tes berlanjut dan akhirnya diakhir pekan pertama Juli tercatat 1.262 orang terjangkiti. Boleh jadi, proses serupa terjadi di Setukpa Polri dan Pusdikpomad.
Namun, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta masyarakat tidak khawatir berlebihan. Langkah karantina sudah dijalankan. “Mereka akan lebih disiplin menjalani karantina,” ujarnya.
Mengacu ke kasus Setukpa Polri di Sukabumi, efek klusternya juga lebih terkendali. Semua pergerakan terkontrol. “Sembuhnya juga hampir 100 persen,” kata Ridwan Kamil.
Dengan demikian, kluster di lembaga pendidikan TNI-Polri ini lebih cepat ternetralisir. Selain disiplin, peserta didik di lembaga TNI-Polri semacam itu umumnya muda, sehat, dan kuat secara fisik. Mereka juga umumnya tak dibebani penyakit bawaan (komorbid). Dengan demikian, para siswa lebih cepat menjalani masa penyembuhan, tanpa membuat penularan baru. Kluster cepat tutup buku.
Ketua Gugus Tugas Nasional Covid-19 Letjen Doni Monardo menyampaikan apresiasinya atas sikap terbuka Komandan Secapa dan pimpinan TNI-AD. Keterbukaan itu sangat membantu penanggulangan wabah secara nasional. Menurut Doni, serangan virus di masa pandemi bukanlah aib. Apalagi, aparat TNI-Polri sering berada di episentrum wabah, yakni menjaga rumah sakit, mengangkut pasien Covid-19, dan membantu pelaksanaan protokol kesehatan di lapangan.
Titik Rawan
Cerita bahwa Covid-19 menembus barak tentara ada di mana-mana. Banyak anggota militer yang ikut tertular di banyak negara, karena mereka menjaga pintu perbatasan negara dan membantu tindakan pemerintahnya memberlakukan karantina wilayah, termasuk mengantar jemput pasien. Namun, di banyak negara, serangan Covid-19 ke barak militer tidak diumumkan ke masyarakat.
Namun, kejadian semacam itu tak bisa disembunyikan. Salah satunya ketika virus corona menembus dinding USS Theodore Roosevelt, kapal Induk bertenaga nuklir milik Amerika Serikat. Pada pekan ketiga April lalu, tersiar kabar ke seluruh kru kapal induk itu diganti, menyusul diumumkannya ada 840 awak kapal raksasa ini positif Covid-18. Mereka yang sakit langsung dirawat dan diisolasi di rumah sakit, sebagian di Pulau Guam, sebagian lainnya di daratan Amerika. Penularan diperkirakan terjadi di Gaam, ketika kapat merapat ke daratan selama 10 hari.
Komandan USS Theodore Roosevelt Brett Crozier dicopot dari jabatannya. Perwira berusia 50 tahun itu tak dipersalahkan atas kasus Covid-nya. Ia digeser karena dianggap membocorkan kasus ini kepada pers. Kasus Covid-19 di dalam Kapal Induk USS Roosevelt ini kemudian membuka diskusi tentang bahaya virus di barak-barak militer.
Sejumlah ahli pun menyampaikan pandangan bahwa ada titik rawan yang disoroti. Pertama, di tangsi-tangsi tentara karena umumnya para personel berbagi ruang dalam area yang sempit. Mereka tidur berjajar dalam barak terbuka. Makan siang atau malam di ruang yang sama. Berhari-hari mereka bergerombol karena berada dalam lingkungan tertutup. Sulit melakukan physical distancing. Kedua, mereka secara terus-menerus selama masa tugasnya berada dengan orang-orang yang sama. Bila satu terkena kuman, mudah bagi yang lain untuk tertular.
Ketiga, kejangkitan penyakit sulit dideteksi secara dini. Personel militer sebagian besar orang muda yang sehat dan bugar. Penularan baru terdeteksi ketika ada anggota yang sedang tidak bugar terjangkiti dan merasakan sakit. Pada saat itu kuman sebetulnya sudah meluas.
Boleh jadi, protokol new normal juga perlu diberlakukan pula di barak tidur dan ruang makan prajurit.
Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini