INCUBITS merupakan kerja sama UNICEF, ITS, dan Kementerian PUPR untuk mendorong percepatan penyediaan akses air minum, sanitasi, dan higienitas untuk masyarakat.
Pada Rabu 15 September 2021, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan UNICEF meluncurkan INCUBITS sebagai platform kolaborasi untuk inovasi di bidang air bersih, sanitasi, dan higienitas. INCUBITS dirancang sebagai wadah kontribusi inovasi dalam pengembangan bidang air minum dan sanitasi pada skala yang lebih luas, dengan keterlibatan berbagai kalangan, baik pemerintah, akademisi, sektor swasta, NGO, dan kaum muda.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengapresiasi upaya kerja sama antara UNICEF, ITS, dan Kementerian PUPR untuk mendorong percepatan penyediaan akses air minum, sanitasi, dan higienitas untuk masyarakat melalui INCUBITS. “Saya sangat mendukung INCUBITS di ITS karena kami juga punya program Magister Super Spesialis di ITS untuk bidang Rekayasa Pengelolaan dan Pengendalian Kehilangan Air Minum,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Menteri Basuki berharap, inovasi INCUBITS mampu menghadirkan solusi dalam menghadapi tantangan di bidang air minum, seperti penyediaan akses air minum di daerah sulit atau rawan air. Serta menjawab tantangan dalam bidang sanitasi, seperti penyediaan akses sanitasi pada daerah yang sulit dijangkau.
Saat ini upaya penyediaan akses air minum dan sanitasi layak dan aman bagi masyarakat menghadapi berbagai tantangan krusial, salah satunya adalah pandemi Covid-19. Berdasarkan penelitian Indonesia Water Institute pada 2021 terjadi peningkatan konsumsi air bersih secara signifikan untuk penerapan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti kebutuhan cuci tangan yang meningkat lima kali lipat dan kebutuhan mandi yang meningkat tiga kali lipat dari kondisi normal.
Perlu diketahui, pada 11 Februari 2021, IWI melaporkan hasil penelitian yang dilakukan selama Oktober--November 2020 tentang kebutuhan air bersih masyarakat di Indonesia. Hasilnya, sepanjang 2020--selama terjadinya pandemi Covid-19--terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat akan air yang mencapai 995 liter sampai 1.415 liter per hari per rumah tangga. Angka tersebut meningkat dari kebutuhan air pada kondisi normal yang hanya mencapai 415 liter sampai 615 liter saja per hari per rumah tangga.
“Kebersihan is a must sekarang. Ini merupakan tantangan baru bagi peradaban kita dalam era kenormalan baru. Kita mempersiapkan kehidupan berdampingan dengan Covid-19 di mana kebersihan adalah yang utama. Untuk itu, kawasan permukiman kita ke depan harus dipastikan memiliki ketersediaan infrastruktur untuk penyediaan air dan sanitasi yang memadai,” kata Menteri Basuki.
Menteri Basuki menambahkan, untuk mewujudkan penyediaan akses air minum dan sanitasi layak bagi masyarakat dibutuhkan kolaborasi dan sinergi dari seluruh stakeholders, baik pemerintah, swasta dan masyarakat sesuai peran dan kewenangannya. “Mari memanfaatkan platform ini secara optimal untuk mewujudkan pelayanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia,” kata Menteri Basuki.
Rektor ITS Mochamad Ashari mengatakan, INCUBITS mulai dibangun tahun lalu dan siap dioperasikan. Menurut Ashari, INCUBITS merupakan platform digital tempat bertemunya para startup secara daring. “Ini yang pertama kali di Indonesia,” ujarnya.
Sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan air minum dan sanitasi masyarakat, Kementerian PUPR telah membangun sejumlah infrastruktur sesuai amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2015--2019. Di antaranya, dengan capaian cakupan pelayanan air minum nasional melalui pembangunan SPAM lebih dari 25.000 liter/detik dan pemenuhan akses layanan sanitasi dan persampahan bagi 10.250.000 KK.
Ke depannya, Kementerian PUPR akan meningkatkan pemenuhan infrastruktur permukiman yang layak dan aman dengan target 100% akses air minum layak dan 90% akses terhadap sanitasi.
Sementara itu di bidang teknologi, Kementerian PUPR telah melakukan beberapa inovasi dalam pembangunan infrastruktur bidang air minum dan sanitasi. Di antaranya pertama, Uprating Instalasi Pengolahan Air (IPA), teknologi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi IPA menjadi 2-3 kali lipat dari semula, menggunakan IPA yang ada tanpa melakukan tambahan unit pengolahan baru dengan melakukan modifikasi komponen IPA melalui perubahan sistem proses dan/atau penambahan aksesoris tertentu. Saat ini telah dikembangkan di PDAM Kabupaten Bekasi (Jabar) dan Rembang (Jateng).
Di tempat lain, Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan kementeriannya berupaya meningkatkan ketahanan air. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya untuk rumah tangga, dibangun infrastruktur penyediaan air baku, seperti intake, jaringan distribusi, tampungan air, seperti bendungan dan embung.
"Ke depan, perlu disusun suatu kebijakan yang menyeluruh dan terpadu terkait pengelolaan sumber daya air, khususnya dalam rangka ketahanan air nasional," katanya dalam acara peluncuran hasil penelitian tentang peningkatan penggunaan air bersih oleh masyarakat selama masa pandemi Covid-19 oleh Indonesia Water Institute (IWI).
Menurutnya, hingga 2024, pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas penyediaan air baku mencapai 50 meter kubik/detik, 500 ribu hektare irigasi baru dan rehabilitasi dua juta hektar irigasi eksisting dan revitalisasi 15 danau prioritas.
Pemerintah mengupayakan peningkatan fasilitas tersebut menjadi 100 persen akses terhadap air minum yang layak, 90 persen akses limbah domestik (sanitasi) serta 100 persen akses layanan sampah perkotaan. Sementara itu Firdaus Ali, peneliti Indonesia Water Institute (IWI), mengatakan bahwa beban pengeluaran masyarakat untuk mendapatkan air bersih juga meningkat lima kali lipat dibandingkan kondisi normal.
"Dan ini terjadi ketika di mana masyarakat kita kehilangan sebagian pendapatan mereka, bahkan pekerjaan mereka dan peningkatan kebutuhan air ini menambah spending mereka," ujarnya.
Tak hanya pemerintah, masyarakat terutama generasi Z yang merupakan populasi terbesar yakni 27,98 persen dari 272 juta penduduk Indonesia harus ikut menjaga kelangsungan ketersediaan air bersih di Indonesia. Hal itu penting agar kebutuhan air bersih di Indonesia dapat terus terpenuhi sehingga ke depan Indonesia dapat terbebas dari krisis air bersih.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari