Indonesia.go.id - Situasi Masih Bisa Berubah, Masyarakat Jangan Lengah

Situasi Masih Bisa Berubah, Masyarakat Jangan Lengah

  • Administrator
  • Minggu, 22 Mei 2022 | 19:55 WIB
COVID-19
  Warga beraktivitas tanpa menggunakan masker di ruang terbuka di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (18/5/2022).  Presiden memberikan kelonggaran bagi warga untuk melepas masker di ruang terbuka. Antara Foto/Basri Marzuki
Tak ada lonjakan Covid-19 pascalebaran. Pengendalian pandemi pun direlaksasi. Tingkat imunitas masyarakat cukup tinggi. Tapi, WHO belum menyatakan pandemi berakhir.

Melalui siaran live streaming pada platform Youtube, Presiden Joko Widodo menyampaikan hal penting terkait relaksasi atas pembatasan kegiatan masyarakat di tengah pandemi. Ada dua langkah pelonggaran yang disampaikan oleh Presiden Jokowi dari Istana Bogor, pada Selasa sore, 17 April 2022, yakni tentang pemakaian masker dan keharusan tes PCR atau antigen bagi pelaku perjalanan dalam negeri dan internasional.

“Pemerintah memutuskan melonggarkan kebijakan pemakaian masker. Jika masyarakat beraktivitas di luar ruangan atau di area terbuka yang tidak padat orang, maka masyarakat diperbolehkan tidak menggunakan masker. Namun untuk kegiatan pada ruangan tertutup dan transportasi publik, tetap harus menggunakan masker,” ujar Presiden Jokowi.

Namun, bagi masyarakat yang masuk pada kategori rentan, lansia, atau memiliki penyakit komorbid, Presiden Jokowi tetap menyarankan agar tetap menggunakan masker saat beraktivitas. “Demikian halnya masyarakat yang mengalami gejala batuk dan pilek, maka tetap harus menggunakan masker ketika melakukan aktivitas,” imbuhnya.

Selain melonggarkan kebijakan pemakaian masker, pemerintah juga merelaksasi kebijakan tes usap PCR atau Antigen. ‘’Bagi pelaku perjalanan dalam  negeri dan luar negeri yang sudah mendapatkan dosis vaksinasi lengkap, maka sudah tidak perlu lagi melakukan tes swab PCR maupun antigen,” ujar  Presiden Jokowi.  

Dengan demikian, bagi mereka yang telah memenuhi syarat vaksinasi itu tak diperlukan syarat hasil test Covid-19 untuk memasuki pelabuhan laut, bandar udara, stasiun kereta api, terminal bus, atau sarana transportasi lainnya. Cukup menunjukkan bukti vaksinasi dengan aplikasi PeduliLindungi. Hal tersebut berlaku bagi mereka yang datang dari luar negeri.

Berselang beberapa jam setelah pernyataan publik Presiden Jokowi beredar lewat Youtube, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dan Juru  Bicara Satgas Nasional Covid-19 Wiku Adisasmito muncul dalam konferensi pers virtual. Keduanya memberikan latar belakang atas kebijakan relaksasi yang dijalankan pemerintah.

Satu butir penting adalah pandemi Covid-19 di Indonesia sudah melandai. Kasus harian di Indonesia, yang berpenduduk lebih dari 270 juta itu, sudah sekitar lima minggu berada di bawah 1.000, bahkan pada tiga pekan terakhir sudah di bawah 500. Hampir semua indikator pandemi, kasus harian, angka penularan, kasus aktif, positivity rate, bed occupancy rate di rumah sakit, hingga angka kematian, semuanya sudah menurun secara signifikan di seluruh daerah.

Acara libur dan mudik Lebaran 2022, yang sempat dikhawatirkan bisa memicu ledakan baru Covid-19, ternyata berlangsung aman. Sampai H+16 pasca lebaran pada 18 Mei 2022 tak muncul adanya gelagat gelombang baru. ‘’Ternyata, lonjakan pandemi itu lebih dipicu oleh masuknya varian baru,’’ ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Gelombang kedua ledakan Covid-19 pasca-Lebaran 2022, kata Menkes, dipicu oleh masuknya varian Delta, dan gelombang ketiga pascalibur Natal dan Tahun baru 2021/2022, didorong oleh menyusupnya varian Omicron. ‘’Lonjakan kasus Covid-19 di Tiongkok beberapa waktu lalu, dan kini terjadi di Taiwan serta Amerika Serikat, terjadi karena varian baru Omicron BA.2,’’ Budi Gunadi menambahkan.

Varian BA.2 adalah hasil mutasi (dan rekombinasi) dari Omicron. Ketika gelombang ketiga Covid-19 memuncak di Indonesia Februari lalu, menurut Menkes, varian BA.2 ini pun dominan. Toh, ia tidak menimbulkan ledakan hebat, karena lonjakan kasus harian di Indonesia tidak cukup ektrem, dengan angka maksimum harian 64 ribu. Bandingkan dengan Vietnam yang sempat mencatat rekor 425 ribu kasus per hari, atau Korea Selatan 620 ribu. Omicron ini punya daya penularan 20 persen lebih tinggi dari Delta.

Super-Imunitas

Kuncinya, menurut Menkes, masyarakat Indonesia sudah memiliki imunitas yang tinggi saat varian Omicron BA.2 itu mengamuk. ‘’Imunitas itu terjadi karena vaksinasi atau infeksi alamiah,’’ Menkes Budi Gunadi menambahkan.

Sampai 1 Mei 2022, cakupan vaksinasi telah menjangkau ke 199,7 juta orang, dengan lebih dari 400 juta dosis. Yang terinfeksi Omicron pada Januari--Februari 2022, dengan atau tanpa gejala, justru mengalami peningkatan imunitas.

Menkes menyebutkan, survei serologis pada Desember 2021 menunjukkan bahwa 93 penduduk Indonesia (terutama Jawa-Bali) telah memiliki antibodi untuk melawan Covid-19. Survei serologis lanjutan pada Maret 2022, imunitas itu telah mencakup 99,2 penduduk.

‘’Yang menarik, tingkat imunitasnya juga meningkat luar biasa,’’ ujar Menkes. Bila pada Desember 2021, titer (kadar) antibodi rata-rata masyarakat (sampel) pada orde 500--600 (IU/ml darah), pada Maret 2022 titernya berkali lipat menjadi 7.000–8.000 (IU/ml). ‘’Ini yang disebut superimunitas,” kata Menteri Gunadi.

Gejala superimunitas itu muncul, tutur Menkes, ketika orang-orang yang sudah divaksin terinfeksi virus baru. Sebagian bergejala, namun lebih banyak yang tidak. Namun, hasilnya mereka semuanya mengalami peningkatan titer antibodi yang sangat tinggi. Kondisi itulah yang dianggap menjelaskan mengapa situasi pasca-Lebaran 2022 berlangsung aman.

Sikap Adaptif

Tapi, vaksinasi harus jalan terus. Mereka yang belum menerima vaksin lengkap perlu menggenapinya, dan yang belum masih perlu melakukannya guna mendapat jaminan titer antibodi dalam darahnya aman untuk menghadapi situasi.  ‘’WHO belum menyatakan bahwa pandemi ini berakhir,’’ kata juru bicara Satgas Covid-19 Profesor Wiku Adisasmito.

Kebijakan pemerintah melakukan relaksasi dalam pengendalian Covid-19 ini, kata Profesor Wiku, tetap dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan mempertimbangkan kondisi pendemi nasional maupun global. ‘’Pemerintah sepakat memanfaatkan momentum ini untuk pemulihan ekonomi yang sangat terdampak oleh pandemi Covid-19 ini selama dua tahun belakangan,’’ ujarnya.

Satgas Covid-19 telah pula mengelaborasi keputusan presiden merelaksasi pengendalian pandemi ini, dan akan menuangkannya dalam ketentuan pelaksanaan pengelolaan Covid-19. Ketentuan itu telah dituangkan dalam sebuah instruksi Menteri Dalam Negeri dan berlaku mulai 18 Mei 2022.

Namun, Profesor Wiku berharap agar masyarakat tetap menjaga budaya bersih agar terhindar dari Covid-19, juga penyakit menular yang lain. ‘’Jadi, masyarakat tetap diharapkan agar waspada, siaga dan adaptif,’’ ujar Profesor Wiku.

Secara global, kondisi pandemi sudah cukup landai. Kasus baru yang muncul adalah yang terendah dalam 26 bulan terakhir. Laporan WHO 18 Mei 2022 menyebutkan, kasus baru yang muncul satu pekan terakhir adalah 3,7 juta di seluruh dunia. Beberapa negara masih memperlihatkan pergerakan kasus harian yang meningkat seperti di Amerika Serikat (AS), Taiwan, Jepang, dan Australia.

Kasus harian di AS masih sekitar 100.000, Australia 49.000, Jepang 37.000, dan Taiwan 60.000 per hari. Jumlah yang masih signifikan dan memungkinkan melahirkan varian baru. Maka, sikap adaptif yang dipesankan Profesor Wiku Adisasmito masih relevan. Situasi masih bisa berubah dan masyarakat perlu mengantisipasi segala perubahan yang bisa terjadi.

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari