Diingatkan untuk memenuhi pembiayaan iklim, serta memperkuat kerja sama transisi energi dan investasi ekonomi hijau.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah tiba di tanah air pada Senin (16/5/2022), selepas melakukan rangkaian kunjungan kerja di Washington DC, Amerika Serikat, yang dimulai sejak 10 Mei 2022.
Selama di Amerika Serikat, Presiden Jokowi menghadiri agenda utama berupa KTT Khusus Asean-AS di Washington DC. Pada kesempatan kunjungannya ke AS, Kepala Negara juga melakukan sejumlah agenda. Antara lain, bertemu Ketua Dewan Perwakilan AS (Speaker) Nancy Pelosi dan anggota Kongres AS, yang didahului dengan jamuan santap siang bersama pemimpin negara-negara Asean di Capitol Hill.
Presiden Jokowi juga bertemu pengusaha besar AS, termasuk bertemu Chairman dan CEO Air Products Seifi Gashemi, menghadiri jamuan santap malam antara pemimpin negara Asean dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih, hingga mengunjungi SpaceX di Boca Chica sekaligus bertemu dengan pendirinya, Elon Musk.
Agenda utama Presiden Jokowi di Washinton DC adalah menghadiri KTT Khusus Asean-AS. Di KTT itu, hadir juga tuan rumah Presiden AS Joe Biden, Presiden RI Joko Widodo, dan pemimpin negara-negara Asean lainnya.
Dari KTT itu telah lahir pernyataan visi bersama (joint vision statement) yang konstruktif dan berbasis partnership. Peran Indonesia di KTT tersebut tercatat sebagai koordinator dialog Kemitraan Asean-AS periode 2021--2024.
Seperti disampaikan Menteri Luar Negeri RI (Menlu RI) Retno Marsudi, KTT husus Asean-Amerika Serikat (AS) telah menghasilkan Asean-US Joint Vision Statement. “Sebagai koordinator, Indonesia memimpin proses perundingan vision statement ini. KTT berhasil menyepakati secara prinsip peningkatan kemitraan Asean-Amerika Serikat dari kemitraan strategis menjadi kemitraan strategis komprehensif,” kata Retno, dalam keterangan pers, Jumat (13/5/2022).
Menlu menambahkan, pembahasan detail mengenai kemitraan ini akan dilanjutkan dan direncanakan akan diluncurkan pada KTT Asean-AS pada November mendatang. Asean-US Joint Vision Statement dituangkan komitmen kedua belah pihak untuk meningkatkan kerja sama di berbagai sektor strategis.
Pertama, penguatan kerja sama pemulihan pandemi dan keamanan kesehatan guna memperkuat resiliensi atau ketahanan kesehatan kawasan melalui program Asean-US Health Futures Initiative. Bentuk lanjutan dari kerja sama itu, Amerika mendukung Asean untuk menguatkan kapasitas manufaktur berkelanjutan untuk produk medis esensial serta riset bersama.
Kedua, peningkatan kerja sama ekonomi dan konektivitas, antara lain, untuk memfasilitasi penguatan rantai pasok dan konektivitas kawasan untuk peralatan medis, obat-obatan, vaksin, komoditas pertanian. Juga mendorong kemajuan transportasi berkelanjutan, termasuk kendaraan listrik, serta memperkuat kapasitas cyber security dan pemajuan literasi digital yang inklusif.
Ketiga, peningkatan kerja sama dalam menanggulangi perubahan iklim. Melalui program US-Asean Climate Futures dialokasikan dana untuk mendukung implementasi Nationally Determined Contributions (NDCs) dari negara-negara Asean.
“Selain itu, juga didorong kemitraan publik swasta untuk mendukung percepatan transisi energi bersih, antara lain, melalui skema financing, blended finance, dan transfer teknologi,” ujarnya.
Keempat, peningkatan kerja sama pendidikan termasuk penguatan kolaborasi universitas dan perusahaan. Menlu menyampaikan, melalui program the Billion Futures dialokasikan peningkatan pembangunan pendidikan, pelatihan guru, dan promosi pengarusutamaan gender.
Kelima, peningkatan kerja sama maritim melalui Asean-led mechanisms dalam bentuk memperkuat koordinasi antar-maritime law enforcement agency di bidang maritime domain awareness, search and rescue, keamanan maritim dan pemberantasan IUU (illegal, unreported, and unregulated) fishing.
Pada kesempatan itu, Menlu juga menyampaikan, kehadiran Presiden RI pada rangkaian pertemuan KTT Asean-AS diharapkan dapat memperkuat kerja sama konkret antara Asean dan AS demi berkontribusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran kawasan Indo-Pasifik.
“Keseluruhan rangkaian acara berjalan dengan lancar. Diskusi dilakukan secara sangat terbuka. Diskusi atau pertemuan-pertemuan yang dilakukan tidak hanya dilakukan dengan pemerintah, tetapi juga dengan kongres dan juga dengan kalangan bisnis,” pungkasnya.
Selain Menlu Retno Marsudi, Presiden Joko Widodo juga didampingi beberapa menteri lainnya, yakni Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia
Sebelum dimulainya forum KTT Khusus itu, Presiden Joko Widodo juga sempat melakukan pembicaraan dengan dengan Utusan Khusus Presiden AS untuk Perubahan Iklim John Kerry. Pada kesempatan itu, Kepala Negara secara khusus menggarisbawahi kembali komitmen Indonesia untuk beralih ke energi terbarukan.
Komitmen Perubahan Iklim
Masalah perubahan iklim kembali disuarakan Presiden Jokowi di pertemuan para pemimpin negara-negara Asean dengan Wakil Presiden AS Kemala Harris di Departemen Luar Negeri AS, di Washington DC, Jumat (13/5/2022). Ada tiga poin penting yang disampaikan Presiden Jokowi di pertemuan itu terkait penanganan perubahan iklim.
“Pembiayaan iklim yang harus terpenuhi, kerja sama transisi energi diperkuat, dan investasi di ekonomi hijau harus ditingkatkan,” ungkap Presiden dalam pertemuan tersebut yang khusus membahas isu perubahan iklim, transformasi energi bersih, dan infrastruktur yang berkelanjutan.
Terkait pembiayaan iklim, Presiden mendorong komitmen negara maju lainnya untuk memenuhi semua komitmennya dalam pencapaian NDC (Nationally Determined Contributions) secara global.
Menurut Presiden Jokowi, pada periode 2000-2019, Asean hanya memperoleh USD56 miliar atau sekitar 10 persen dari total dukungan pembiayaan iklim negara maju.
“Saya harus terus terang bahwa komitmen negara maju untuk implementasi isu pembiayaan iklim sangat rendah. Kondisi ini menjadi penghambat pencapaian NDC secara global,” jelas Presiden.
Selain itu, Presiden Jokowi mengatakan bahwa Asean berkomitmen meningkatkan proporsi energi baru terbarukan dari 14 persen pada 2018 menjadi 23 persen pada 2025. “Upaya ini memerlukan investasi dan teknologi setidaknya USD367 miliar di sektor energi bersih. Di Indonesia, transisi energi delapan tahun ke depan membutuhkan USD30 miliar,” ucap Presiden Jokowi.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan potensi besar yang dimiliki Indonesia terkait transisi energi. Yaitu, potensi energi terbarukan sekitar 437 GW baik dari energi surya, bayu maupun panas bumi yang saat ini, pemanfaatannya baru mencapai 0,3 persen dari total potensi.
“Indonesia juga miliki potensi besar sebagai hub pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan yang akan kita butuhkan lima tahun ke depan,” kata Presiden Jokowi.
Sementara itu, terkait investasi ekonomi hijau, Presiden Jokowi mengungkapkan, adanya potensi peluang ekonomi yang besar dalam pengembangan ekonomi hijau. Oleh karena itu, sambung dia, diperlukan mekanisme yang mempertemukan, tidak saja sektor pemerintah melainkan juga dunia usaha.
“Investasi di sektor infrastruktur hijau bisa menjadi unsur penting kolaborasi Asean-AS yang membutuhkan setidaknya USD2 triliun dalam satu dekade mendatang,” pungkas Presiden.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari