Indonesia.go.id - Indonesia Serukan Pangan dan Pupuk Jangan Diganggu

Indonesia Serukan Pangan dan Pupuk Jangan Diganggu

  • Administrator
  • Rabu, 29 Juni 2022 | 12:14 WIB
KTT G7
  Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron (kedua kiri) dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden (kedua kanan) disaksikan Perdana Menteri Italia Mario Draghi saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Elmau, Jerman, Senin (27/6/2022). ANTARA FOTO/Biro Pers Setpres/Laily Rachev/Handout
Indonesia menekankan perlunya menfasilitasi ekspor gandum dari Ukrania. Juga, ekspor pangan dan pupuk dari Rusia. Jika tidak, krisis pangan terjadi dan akan memakan korban.

Dua sesi sidang KTT dan sembilan pertemuan bilateral diborong dalam satu hari. Serangkaian acara yang padat dan panjang itu dijalani Presiden Joko Widodo dan rombongan, dalam lawatannya ke Schloss Elmau, kota wisata mungil di Pegunungan Alpen Bavaria, 115 km dari Munchen, Jerman, Senin (27/6/2022). Di situ Presiden Joko Widodo hadir pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 and Partner Countries.

Dalam KTT G7 di 2022 ini ada empat negara mitra, selain Indonesia yang juga diundang, yakni India, Argentina, Afrika Selatan, dan Senegal. Tak heran, saat terbang 30 menit dari Munchen ke Schloss Elmau dengan helikopter VVIP militer Sikorsky CH-53, Presiden Jokowi berada dalam kabin yang sama dan duduk bersebelahan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi.

Sebagai tuan rumah, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyambut tamu-tamunya, Kepala Pemerintahan Negara G7 dan negara-negara mitranya itu di halaman Istana Elmau, bangunan bergaya klasik milik Pemerintah Jerman. Di sana ada Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Jonhson, Presiden Prancis Emmanuel Macron, PM Jepang Fumio Kishida, dan PM Kanada Justin Pierre James Trudeau. Bersama Kanselir Olaf Scholz, mereka mewakili negara G7.

Negara mitra yang diundang semuanya hadir, yakni Presiden Joko Widodo, Presiden Argentina Alberto Fernández, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Senegal Macky Sall, dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa. Di samping itu, hadir pula dalam forum tersebut pimpinan puncak dari Komisi Eropa, Dewan Eropa, serta IMF.

Acara pokok hari ini ialah dua kali sidang KTT. Pada sesi I membahas isu tentang transformasi energi dan perubahan iklim, dan sesi II tentang krisis pangan. Di sela-sela acara itu digelar pertemuan bilateral. Dalam pertemuan bilateral itulah Presiden Jokowi sempat melakukan pembicaraan dengan Kanselir Jerman, PM Inggris, Presiden Prancis, PM Jepang, PM Kanada, Komisi Eropa, Dewan Eropa, serta Perwakilan IMF.

Pada sesi pertama, ketika tiba giliran menyampaikan pandangannya, Presiden Jokowi mengatakan bahwa risiko perubahan iklim itu nyata dan dirasakan betul oleh negara-negata berkembang, yang masih kesulitan mengupayakan jalan mitigasinya. Maka, menurut Presiden RI itu, transformasi energi menuju energi bersih yang rendah emisi karbonnya adalah kewajiban yang harus ditunaikan.

Indonesia telah memberikan kontribusi nyata dalam transformasi energi, dan punya potensi besar untuk mengembangkannya lebih lanjut. Energi bersih itu ada di dalam perut bumi (geothermal), di permukaan bumi (energi hidro) atau di lautan. Namun, perlu investasi besar untuk menjadikannya sebagai energi tersedia.

Presiden Jokowi mengajak negara G7 dan G20 untuk melakukan investasi energi bersih di Indonesia. Sampai 2020, tuturnya, Indonesia memerlukan investasi antara USD25 miliar--USD30 miliar. Dan kesempatan tersebut, menurut Presiden Jokowi, hendaknya dapat dimanfaatkan.

Indonesia juga sedang mengembangkan ekosistem mobil listrik, dengan elemen pokoknya industri mobil listrik dan baterai mobil berbasis lithium-nikel. Dukungan investasi dari negara G7 dan G20 sangat diharapkan.

Dalam sesi dua, Presiden Joko Widodo menyampaikan seruan agar negara G7 dan G20 bisa bersama-sama mengatasi krisis pangan yang pada saat ini mengancam rakyat, utamanya di negara-negara berkembang. Mereka terancam jatuh ke jurang kelaparan dan kemiskinan ekstrem.

‘’Ada 323 juta orang yang pada 2022, menurut World Food Programme, terancam menghadapi kerawanan pangan akut. G7 dan G20 ikut memikul tanggung jawab besar untuk mengatasi krisis pangan ini. Mari kita tunaikan tanggung jawab kita itu, sekarang, dan mulai saat ini. Kita harus segera bertindak cepat, dan mencari solusi konkret. Produksi pangan harus ditingkatkan. Rantai pasok pangan dan pupuk global harus kembali ke posisi normal,’’ ujar Presiden Jokowi di depan forum besar itu.

Menurut Presiden Jokowi, pangan adalah hak asasi manusia (HAM) yang paling dasar. Para perempuan dan anak-anak dari keluarga miskin dipastikan yang paling menderita di tengah situasi kekurangan pangan itu. Maka, dalam pidatonya, Presiden Jokowi menegaskan pentingnya dukungan negara G7 untuk mereintegrasikan ekspor gandum Ukraina serta ekspor komoditas pangan dan pupuk Rusia dalam rantai pasok global.

Terhambatnya ekspor bahan pangan, bahan industri pupuk, serta pupuk urea dan fosfat dari dua negara yang sedang berperang itu telah menimbulkan ancaman krisis pangan global yang sangat serius. Keduanya adalah eksportir 23 persen gandum ke pasar dunia, sekaligus pupuk (dan bahan baku pupuk). Tanpa ketersediaan pupuk yang mencukupi, produksi pangan dunia akan merosot.

Situasi rawan ini harus segera diakhiri. Presiden Jokowi mengatakan, ada dua cara merealisasikan hal ini. Yang pertama, memfasilitasi ekspor gandum Ukraina agar segera kembali berjalan. Yang kedua berkomunikasi secara proaktif kepada publik dunia bahwa komoditas pangan serta pupuk dari Rusia tidak terkena sanksi.

‘’Komunikasi intensif ini perlu sekali dilakukan agar tidak terjadi keraguan yang berkepanjangan di publik internasional. Komunikasi intensif ini juga perlu dipertebal dengan komunikasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti bank, asuransi, perkapalan, dan lainnya,” jelas Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi mengatakan, dirinya menaruh keprihatinan yang besar terhadap dampak perang, khususnya rantai pasok pangan dan pupuk. “Khusus untuk pupuk, jika kita gagal menangani, maka krisis beras akan terjadi dan ini menyangkut nasib dua miliar manusia, terutama di negara berkembang,’’ ujar Presiden Jokowi.

Di akhir sambutannya, Presiden Jokowi kembali menyerukan pentingnya negara-negara G7 dan G20 bersama-sama mengatasi krisis pangan. Presiden Jokowi juga mengundang para pemimpin G7 untuk hadir dalam KTT G20 di Bali.

“Saya tunggu para pemimpin G7 untuk hadir dalam KTT G20. Sampai jumpa di Bali, 15--16 November 2022,” pungkas Presiden Jokowi.

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari

.