Indonesia.go.id - Perkebunan Indonesia Jadi Etalase Dunia

Perkebunan Indonesia Jadi Etalase Dunia

  • Administrator
  • Jumat, 2 Desember 2022 | 17:44 WIB
PERTANIAN
  Menteri Pertanian saat meninjau penanaman bibit kopi cokelat di Garut, Jawa Barat. Komoditas perkebunan menjadi andalan bagi perekonomian nasional dan salah satu penyumbang terbesar devisa negara Indonesia di tengah pandemi Covid-19. KEMENTAN
Perkebunan Indonesia ialah etalase dunia yang memiliki kekuatan besar terhadap tumbuh kembangnya ekonomi bangsa.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa perkebunan merupakan salah satu penopang ekspor pertanian Indonesia. Capaian totalnya sebesar Rp485,16 triliun, atau naik 7,29% bila dibanding periode yang sama di 2021.

"Memang kita harus fokus dan terarah dalam membangun perkebunan. Perkebunan itu harus punya prioritas terhadap komoditas yang akan ditingkatkan. Oleh karena itu, efisiensi pemanfaatan sumber daya harus terukur untuk menetapkan target dan tujuan. Semua petani harus bersatu dalam corporate ini," ungkap Syahrul, di Kota Bogor, pada 19 September 2022, saat memberikan arahan pada peluncuran corporate identity Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian sebagai lambang era baru perkebunan Indonesia,

Lebih jauh, Menteri Syahrul mengingatkan, perkebunan Indonesia ialah etalase dunia yang memiliki kekuatan besar terhadap tumbuh kembangnya ekonomi bangsa. Oleh karena itu, semua produk kopi, cokelat, maupun komoditas lain diharapkan selalu ada di semua pasar dunia.

"Saya yakin perkebunan Indonesia akan menjadi perkebunan yang paling hebat besok. Perkebunan Indonesia ialah etalase bagi semua perusahaan di dunia yang menyediakan kopi cokelat dari Indonesia," katanya.

Mentan Syahrul juga menyebut, sistem ketahanan pangan Indonesia diakui dunia sebagai salah satu sistem terbaik di antara 114 negara tropis di dunia. "Ternyata pengakuan FAO, badan dunia tertinggi di dunia di bidang pertanian, menyebutkan bahwa apa yang Indonesia lakukan adalah salah satu contoh terbaik sistem ketahanan pangan yang ada, khususnya pada negara tropis, ada 114 negara tropis. Itu bukan kata kita, itu kata orang lain," ucap Syahrul.

Ke depan, kata Syahrul, pengelolaan dan pengembangan sektor perkebunan harus dilakukan lebih baik agar bisa menjawab semua tantangan karena perkebunan Indonesia dibutuhkan dunia. "Artinya, ke depan tidak boleh lagi dengan cara seperti kemarin, dunia sedang tidak baik-baik saja, perkebunan Indonesia dibutuhkan oleh dunia (harus lebih baik)," kata Syahrul.

"Oleh karena itu perkebunan harus lebih fokus, akseleratif, dan harus selangkah lebih maju memanfaatkan semua ruang dan peluang yang ada untuk menjawab tantangan. Artinya itu juga ajakan untuk semua pihak, ayo kita berkolaborasi," tambahnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Andi Nur Alam Syah menambahkan, saat ini terdapat tujuh program prioritas yang menjadi reorientasi ke depan. Program itu, antara lain, Logistik Benih Perkebunan (BUN500) yang terdiri dari penguatan nursery dan perbenihan mandiri. "Kami punya program Perkebunan Partisipatif atau PASTI yang terdiri dari peningkatan kapasitas usaha kelapa genjah pandan wangi. Ada program Pabrik Mini Minyak Goreng atau Pamigo," tuturnya.

Ada juga program Ekosistem Perkebunan (Eksis) melalui Korporasi Kopi (Java Preanger Lestari Mandiri-JPLM) serta Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) melalui program kelapa sawit tumpang sari tanaman pangan (Kesatria). Nur Alam menegaskan bahwa inilah saatnya Indonesia membangun kekuatan bersama melalui subsektor perkebunan yang jauh lebih maju, mandiri, dan modern.

"Kami percaya perkebunan ialah mata rantai harmonis yang selaras dengan harapan masyarakat dan bangsa Indonesia. Inilah saatnya perkebunan membangun kekuatan untuk menjawab tantangan ke depan," tutupnya.

Sementara itu dalam laporannya Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, komoditas perkebunan menjadi andalan bagi perekonomian nasional dan salah satu penyumbang terbesar devisa negara Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Hal itu dapat dilihat dari nilai ekspor komoditas perkebunan pada 2020, yang secara total nilai ekspor perkebunan mencapai USD28,24 miliar atau setara dengan Rp410,76 triliun (asumsi 1 USD = Rp14.582).

Sedangkan berdasarkan produk domestik bruto (PDB), subsektor perkebunan pada 2020 tumbuh 1,33 persen (yoy). Kontribusi nasional pada subsektor perkebunan terhadap perekonomian nasional semakin meningkat dan diharapkan dapat memperkokoh pembangunan perkebunan secara menyeluruh. Agar informasi perkebunan dapat tersebar secara luas, setiap tahun diterbitkan Buku Statistik Perkebunan.

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari