Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama dengan Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed menyaksikan pertukaran 16 kesepakatan antara Indonesia dan Uni Emirat Arab. Ke-16 kesepakatan itu terdiri dari lima perjanjian kerja sama antara dua pemerintah dan 11 lainnya antara pelaku usaha dunia.
Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi mengapresiasi kemajuan yang signifikan dalam hubungan kerja sama antara Indonesia dan Uni Emirat Arab. “UEA akan tetap menjadi salah satu mitra penting kerja sama ekonomi Indonesia, terutama di bidang investasi,” katanya, Minggu (12/1/2020).
Jokowi unjuk gigi karena kedatangannya ke Uni Emirat Arab menghasilkan perjanjian investasi senilai USD22,89 miliar atau Rp314,9 triliun. Namun patut diingat, janji manis investasi itu tidak ada artinya tanpa realisasi.
"Saya menyambut baik, hari ini 16 perjanjian kerja sama dapat dilakukan," kata Presiden Jokowi, usai pertemuan bilateral dengan Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata PEA Mohammed bin Zayed di Abu Dhabi, Senin (13/1/2020) waktu setempat.
Rincian Kesepakatan Investasi
Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi dan Putra Mahkota Mohammed bin Zayed juga menyaksikan pertukaran 16 perjanjian kerja sama antara delegasi Indonesia dan UEA. Adapun perjanjian kerja sama tersebut terdiri atas 5 perjanjian antarpemerintah di bidang keagamaan, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan penanggulangan terorisme.
Selain itu, terdapat pula 11 perjanjian bisnis antara lain di bidang energi, migas, petrokimia, pelabuhan, telekomunikasi, dan riset dengan estimasi total nilai investasi sebesar 22,89 miliar dolar AS atau sekitar 314,9 triliun rupiah.
Di antara lima kerja sama G to G itu salah satunya Memorandum of Understanding (MoU) antara Menteri Agama RI dan General Authority of Islamic Affairs and Endowments of the United Arab Emirates terkait kerja sama di bidang urusan agama Islam dan wakaf.
Lalu, MoU antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Menteri Pendidikan UEA terkait kerja sama di bidang pendidikan. Selanjutnya, ketiga, MoU antara Menteri Pertanian RI dan Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan UEA terkait kerja sama di bidang pertanian dan diversifikasi pangan.
Keempat MoU antara Menteri Kesehatan RI dan Menteri Kesehatan dan Pencegahan UEA terkait kerja sama kesehatan. Kelima MoU antara BNPT dan National Intelligence Service of United Arab Emirates terkait kerja sama kontraterorisme.
Sementara itu, kerja sama antara pelaku usaha atau B to B, Indonesia dan UAE sepakat bekerja sama dalam projek senilai 22,89 miliar dolar AS, di mana UEA akan berpartisipasi berkisar 30 persen di antaranya atau sekitar 6,8 miliar dolar AS.
Tercatat ada sekitar 11 kerja sama yang ditandatangani dan disaksikan langsung baik oleh Presiden Jokowi maupun Putra Mahkota UEA Mohammed Bin Zayed.
Kerja sama yang dimaksud yang pertama Power Purchase Agreement (PPA) antara konsorsium PT PJB Investasi (PT PJBi dan Masdar) dan PT PLN (Persero) dalam “Floating Solar PV PP 145 MWAC“ di Danau Cirata, Jawa Barat, senilai 129 juta dolar AS.
Kedua Refinery Investment Principle Agreement (RIPA) antara Mubadala Investment Company dan PT Pertamina (Persero) untuk melanjutkan negosiasi dalam seleksi kemitraan setara untuk PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB)- RDMP RU V senilai 5,5 miliar dolar AS.
Ketiga, kontrak penyediaan LPG antara Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) dan PT Pertamina senilai 270 juta dolar AS. Keempat, Project Execution Agreement-Gresik Container Terminal antara DP World dan PT Pelabuhan Indonesia Maspion senilai 1,2 miliar dolar AS.
Kelima, amendemen Memorandum of Understanding (MoU) antara Emirates Global Aluminium (EGA) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) senilai 71 juta dolar AS.
Keenam, Memorandum of Understanding (MoU) terkait “Evaluate a Potential Crude to Petrochemical Complex Project at Balongan” antara Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) dan PT Pertamina (Persero) dalam hal projek Balongan di Jawa, Barat senilai 12,6 miliar dolar AS.
Ketujuh Long Term Naphta Supply Contract antara ADNOC dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk senilai 3 miliar dolar AS. Kedelapan Memorandum of Understanding (MoU) antara SAAL Operating System-Sole Proprietorship LLC (Saal.ai) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dalam hal implementasi pendidikan digital untuk K-12 di Indonesia senilai 23,5 juta dolar.
Kesembilan, Memorandum of Understanding (MoU) & Non-Disclosure Agreement (NDA) antara PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (RNI) dan TW Container Services Ltd (TWCS) bertajuk “Development of a Custom Bounded Third Party Logistics Park, Dry Port and Inland Container Depot” di Subang, Jawa Barat, senilai 100 juta dolar AS.
Kesepuluh, Memorandum of Understanding (MoU) antara Elite Agro LLC, UAE, dan Indonesian Agency for Agricultural Research And Development (IAARD), Kementerian Pertanian RI terkait “Research and Development Collaboration for Agricultural Crops Commercialization” di Lembang, Jawa Barat.
Dan kesebelas, Letter of Intent (LoI) antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Lulu Group International terkait optimalisasi penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat melalui empowerment dan program capacity building.
Makin Dominan
Kontribusi investasi dari Uni Emirat Arab jauh lebih dominan dibandingkan negara Timur Tengah yang lain. Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Uni Emirat Arab Wisnu Wijaya Soedibjo mengatakan, dominasi itu terjadi karena investor UEA cenderung proaktif dalam berinvestasi di Indonesia.
Tak hanya itu, Wisnu mengatakan bahwa fakta tersebut juga tidak terlepas dari kehadiran perwakilan BKPM di Abu Dhabi. Selain Uni Emirat Arab, Wisnu mengatakan, masih terdapat tiga negara yang memiliki potensi besar untuk berinvestasi di Indonesia yaitu Arab Saudi, Kuwait, dan Qatar.
Sepanjang Januari hingga September 2019, realisasi investasi dari Uni Emirat Arab tercatat mencapai USD68,2 juta. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan negara Timur Tengah lain seperti Turki (USD24,82 juta) dan Arab Saudi (USD1,83 juta).
Dari tahun ke tahun, hanya Uni Emirat Arab yang gencar dan cenderung stabil dalam merealisasikan investasi di Indonesia, sedangkan negara Timur Tengah yang lain masih cenderung fluktuatif. Secara sektoral, penanaman modal Uni Emirat Arab sebagian besar adalah pada sektor tanaman pangan dan perkebunan dengan realisasi mencapai USD88,3 juta. (E-3)