Akhir Februari lalu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menerima kunjungan Menteri Kereta Api (KA) Bangladesh Md. Nurul Islam Sujon di kantornya. Kunjungan itu bukan sekadar kunjungan kenegaraan biasa, tapi membahas beberapa rencana kerja sama kedua negara.
Bangladesh mengajak Indonesia kembali ikut lelang pengadaan gerbong kereta. Kali ini jumlah gerbong yang akan ditender totalnya 1.050 gerbong, nilainya mencapai ratusan juta dolar AS.
Menteri BUMN mengatakan kerja sama ini adalah bagian dari bagaimana BUMN mengembangkan industri kereta api Indonesia tidak hanya fokus di dalam negeri tapi juga untuk negara-negara lain.
“Sejumlah BUMN Indonesia yang bergerak di sektor perkeretaapian diberikan kesempatan untuk mengikuti tender 1.050 gerbong kereta oleh Bangladesh,” kata Menteri BUMN Erick Tohir di Jakarta, (28/2/2020).
Kerja Sama Sejak Dulu
Kerja sama antara Indonesia-Bangladesh dalam hal perkeretaapian bukan hal yang baru. Menurut data, hampir setiap tahun Indonesia memenuhi kebutuhan kereta untuk salah satu negara di kawasan Asia Selatan tersebut. Sejak 2005, Indonesia dan Bangladesh telah melakukan transaksi khusus kereta api senilai USD181,6 juta.
Pada 2012, PT Industri Kereta Api atau PT INKA (Persero) yang merupakan BUMN manufaktur kereta api di Indonesia, menang kontrak pengadaan 50 gerbong kereta senilai Rp775 miliar. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 2014, INKA menang pengadaan 150 gerbong kereta senilai Rp1,1 triliun. Di tahun 2016 INKA juga telah mengekspor sebanyak 150 kereta dengan nilai kontrak senilai USD72,39 juta.
Tahun 2017 INKA kembali menang pengadaan 250 gerbong kereta untuk Bangladesh senilai Rp1,4 triliun. Dalam pelelangan proyek ini, INKA mampu menggeser produsen kereta dari Tiongkok dan India. Pada 2019, INKA juga kembali mengekspor sebanyak 250 gerbong kereta ke Bangladesh. Untuk pengiriman ini total nilai kontraknya sebesar USD100,89 juta atau sekitar Rp1,4 triliun.
Pada kedatangannya di akhir Februari 2020, Menteri Nurul Islam Sujan membuka kerja sama lebih luas dengan BUMN Indonesia khususnya di sektor transportasi kereta, Ia mengundang Menteri BUMN RI untuk datang ke Bangladesh.
Di Indonesia, Nurul Islam Sujan juga sempat meninjau langsung sistem persinyalan SiLSafe 4.000 milik PT Len Industri (Persero) yang beroperasi di Stasiun Madiun, jalur ganda lintas selatan Jawa. Nurul Islam Sujan mengapresiasi produk-produk milik PT Len di stasiun tersebut yang telah memiliki level keamanan SIL 4.
Di bidang perkeretaapian, Indonesia melalui PT Len Industri sudah menyuplai modifikasi sistem persinyalan kereta di Jalur Ishurdi-Joydepur dan ratusan gerbong kereta oleh PT INKA. Di level nasional, Len sendiri sudah memasang produknya di 219 stasiun, di sepanjang jalur 2.430 Km di seluruh Indonesia selama 37 tahun terakhir.
Len adalah salah satu perusahaan transportasi kereta api yang saat ini menjadi pimpinan dalam bidang sistem pensinyalan kereta api, sistem gardu induk, sistem tenaga, sistem telekomunikasi, dan sistem SCADA di Indonesia. Para insinyur kami juga telah memiliki lisensi IRSE (Institution of Railway Signal Engineers) dan AFEO (ASEAN Federation of Engineering Organisations).
Bangladesh, sejak 2009 melalui kepemimpinan PM Sheikh Hasina memberikan prioritas utama untuk investasi di sektor transportasi kereta. Kini, mereka memiliki 259 lokomotif, 1.624 gerbong penumpang, 3.486 gerbong (wagon) dengan total panjang lintasan 2.955 Km untuk melayani 43 distrik di Bangladesh.
Kerja Sama Bidang Lain
Selain kerja sama bisnis kereta api, saat ini Indonesia juga sedang mengkaji kembali kelanjutan kerja sama pembangkit listrik PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) di Bangladesh. Kerja sama ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Proyek tersebut dijalankan oleh anak usahanya, yakni PT Pertamina Power Indonesia (PPI). Pembangkit tersebut ditargetkan akan beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date/COD) pada 2025.
Menteri Erick Thohir menyebut Indonesia tidak hanya akan menjual produk ke Bangladesh. Tapi akan meningkatkan kerja sama di luar business to business (B2B). Dalam kesempatan tersebut Menteri BUMN tersebut menawarkan kerja sama dalam hal pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan pekerja di Bangladesh serta pengelolaan rumah sakit untuk mengatasi isu kesehatan di negara tersebut.
"Saya berharap di masa depan kita dapat mengadakan kerja sama dengan Bangladesh di sektor-sektor lainnya," kata Erick.
Penulis: Eri Sutrisno
Editor: Elvira
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini