Indonesia.go.id - Joglo Semar Berurat Nadi Jalan Beton

Joglo Semar Berurat Nadi Jalan Beton

  • Administrator
  • Rabu, 18 November 2020 | 01:48 WIB
INFRASTRUKTUR
  Ilustrasi pembangunan jalan tol. Foto: ANTARA FOTO/ Haviyan Perdana Putra

Ruas tol Bawen-Yogyakarta dipastikan dibangun pada 2021. Di akhir 2023 diharapkan dua ruas tol, yakni dari arah Semarang dan Solo, akan bertemu di Gamping, Yogyakarta Barat.

Setelah lama dibicarakan, dan bertahun-tahun maju mundur, narasi soal jalan tol Bawen-Yogyakarta sampai pada kata akhir. Jalan tol sepanjang 75,8 km dinyatakan akan mulai dibangun pada pertengahan 2021 dan direncanakan selesai akhir 2023. Hal tersebut ditandai dengan prosesi penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol yang digelar di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jumat (13/11/2020).

Perjanjian itu diteken oleh Danang Parikesit, sebagai Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dan Mirza Nurul Handayani, pimpinan dari Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Jasamarga Yogya Bawen, konsorsium yang akan menggarap proyek strategis tersebut. ‘’Konstruksinya dimulai setelah pembebasan tanah selesai, dan mudah-mudahan bisa selesai kuartal III tahun 2023,’’ kata Danang Parikesit.

Dalam BUJT Bawen-Yogya itu tergabung lima BUMN karya. Di situ ada PT Jasa Marga (Persero) Tbk dengan porsi saham 60%, dan empat persero lainnya, yakni PT Adhi Karya Tbk (12,5%), PT Waskita Karya (Persero) Tbk 12,5%, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk 12,5%, dan PT Brantas Abipraya (Persero) 2,5%.

Untuk masa pengusahaan jalan tol ditetapkan selama 40 tahun dimulai sejak penerbitan surat perintah kerja. "Dengan nilai investasi Rp14,2 triliun, diperkirakan internal rate of return-nya itu sebesar 12,48%," Danang menambahkan. Artinya, sebagai bisnis investasi itu layak.

Proyek jalan tol ini telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui Peraturan Presiden nomor 58 tahun 2017 dan ditetapkan pula sebagai Proyek Infrastruktur Prioritas melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada 31 Agustus 2017.

"Dengan jalan tol Yogyakarta-Bawen, kami mengharapkan peningkatan konektivitas dan kemajuan  ekonomi, khususnya Semarang, Solo, dan Yogyakarta dan mendukung kawasan pariwisata super prioritas candi Borobudur bisa terlaksana," kata Danang menambahkan.

Dengan jalan tol ini, jalur Semarang ke Yogya bakal lebih cepat. Selama ini, untuk menempuh sekitar 105 km, yakni dari Yogya ke Bawen (jalan regular 75 km) dan dari Bawen-Semarang 30 km jalan tol, diperlukan waktu lebih dari 2,5 jam. Kadang sampai 3 jam. Lalu lintas yang padat dan jalan yang sempit menjadi masalah yang makin hari semakin kronis.

Jalan tol Yogyakarta-Bawen itu melintas di wilayah Jawa Tengah sepanjang 67,05 km dan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) sepanjang 8,77 kilometer. Ruas tol ini terdiri dari enam seksi yaitu Seksi 1 Sleman-Banyurejo (8,25 km), Seksi 2 Banyurejo hingga Borobudur (15,26 km), Seksi 3 Borobudur-Magelang (8,08 Km), Seksi 4 Magelang-Temanggung (16,46 km), kemudian Seksi 5 Temanggung-Ambarawa 22,56 Km, dan Seksi 6 Ambarawa-Bawen (5,21 km).

Dalam pembangunannya, tol Yogyakarta-Bawen memiliki enam simpang susun (SS), yaitu SS Bawen, SS Ambarawa, SS Temanggung, SS Magelang, SS Borobudur, serta SS Banyurejo. Keenam SS itu juga akan menjadi pintu masuk-keluar jalan tol dari kedua arah. Jalur itu kelak akan diramaikan dengan enam buah tempat istirahat dan pelayanan (TIP) atau rest area.

Jalan tol ini akan memberikan akses Yogyakarta ke jalan tol TransJawa melalui Magelang dan titik temunya adalah di Bawen, simpul penting dalam sistem jaringan jalan raya di Jawa Tengah. Dari Semarang, baik dengan jalan tol maupun jalan regular melewati Bawen untuk menuju Solo. Di Bawen itu pula nantinya jalan tol bercabang, yaitu arah Timur menuju Solo, Selatan menuju Yogya, melewati Kota Ambarawa, wilayah Kabupaten Temanggung, Magelang, Borobudur, lalu ke DIY.

Dengan tol ini, perjalanan dari Kota Semarang menuju kota-kota pedalaman Jawa Tengah juga akan lebih cepat. Misalnya melalui simpang susun Temanggung, mobil bisa langsung menuju ke kota Temanggung dalam waktu 15 menit, untuk seterusnya menuju Wonosobo, Banjarnegara, dan Purwokerto. Dari simpang susun Borobudur, kendaraan itu akan lebih mudah mengakses Kota Purworejo, Kebumen, hingga Cilacap.

 

Segitiga Emas Joglo Semar

Ruas tol Bawen-Yogya ini diperkirakan akan rampung pada waktu yang bersamaan dengan tol Solo-Yogya yang kini mulai dikerjakan konstruksinya. Jalur ini juga tidak mulai dari nol, namun memanfaatkan jalur tol TransJawa yang sudah ada. Dari titik Kartasura (11 km dari Solo), ruas tol TransJawa itu disudet ke arah Barat Daya menuju Yogyakarta, melewati Klaten, dan Kompleks Candi Prambanan.

Jalan tol Solo-Yogya itu akan bertemu dengan tol Semarang-Yogya di daerah Gamping, kawasan Barat Yogya. Dari situ, ruas tol akan berlanjut ke bandara baru Yogyakarta International Airport (YIA). Dalam rencana jangka panjang, jalan tol tersebut akan memanjang ke barat, melalui Kota Purworejo, Kebumen, menuju Cilacap, dan seterusnya ke Bandung.

Dengan dua ruas tol baru itu, ada konektivitas yang kuat dari tiga kota besar yakni Yogya, Solo, dan Semarang-yang sering disingkat sebagai Joglo Semar. Wilayah segitiga emas Joglo Semar ini sejak lama dikenal sebagai sentral industri rumahan dan industri kecil. Sarana jalan tol bisa diharapkan menambah daya saing mereka. Segitiga Mas Joglo Semar ini juga terkenal sebagai daerah wisata domestik dan internasional, dengan Kawasan Wisata Candi Borobudur sebagai pusat gravitasinya.

Setidaknya sudah sejak bertahun-tahun lalu segitiga Joglo Semar itu digadang-gadang menjadi wilayah pengembangan strategis yang terintegrasi dan bisa saling melengkapi. Tiga kota, yakni Yogya, Solo, dan Semarang pun diproyeksikan menjadi pusat pertumbuhan bagi kawasan hinterland, yakni area pedalaman di belakangnya.

Dalam struktur produk domestic regional bruto-nya (PDRB), Yogya kuat di industri pengolahan, penyediaan akomodasi-makanan (hotel-restoran), informasi dan telekomunikasi, pendidikan, dan administrasi pemerintahan. Semarang menonjol dalam industri pengolahan, perdagangan besar dan ritel, serta kontruksi. Adapun Solo tercatat kuat di perdagangan dan konstruksi pada PDRB-nya. Pada gilirannya, pusat pertumbuhan itu juga mendorong tumbuhnya industri kecil di hinterland, seperti di Klaten, Karanganyar, Sleman, Salatiga, dan Magelang.

Secara nasional. Kawasan Joglo Semar itu pun dikenal dengan tingginya pencapaian dalam soal indeks pembangunan manusia (IPM). Pada 2018, misalnya, Kota Yogyakarta meraih IPM tertinggi di Indonesia, mengalahkan pesaing dekat Jakarta Selatan, Banda Aceh, dan Denpasar. Pada tahun yang sama, Kabupaten Sleman meraih posisi kelima, Semarang peringkat 6. Salatiga 8, Solo 13, Bantul 37, dan Kota Magelang 45.

Jalan Tol Bawen-Yogya dan Solo-Yogya tentunya akan menjadi urat nadi baru bagi Joglo Semar. Ruas tol itu tentu bisa diharapkan memberi percepatan perkembangan ekonomi dan sosial di kawasan tersebut, berikut wilayah pinggiran di sekeliling sisi-sisi segitiga tersebut.

 

 

Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini